Chapter 10

76 7 0
                                        

Mulmed : All Of Me - John Legend.

Koreksi apabila menemukan typo dan sejenisnya🙏 vote janlup bestie⭐



*Happy Reading*







Dalam sunyinya malam, seorang wanita memakai dress putih berjalan lesu, menyusuri gang yang cukup lenggang dan sepi, ditambah cuaca yang cukup dingin menerpa tubuh wanita itu. Masih teringat jelas bagaimana manusia-manusia itu menghinanya, setiap untaian kata bahkan tak bisa Aysel lupakan.

Meskipun sudah berusaha tegar, entah mengapa dihina seperti itu apalagi di depan Kale, membuat ia merasa malu. Padahal, selama ini ia baik-baik saja dengan keadaan autismenya. Tapi, mengapa? Mengapa ia merasa sakit hati ditatap seperti orang tak berguna dihadapan orang-orang dengan pangkat tinggi itu?

"Ini salah. Harusnya aku tidak perlu pergi jika apa yang mereka katakan benar, toh aku tidak butuh pembelaan dari siapapun. Aysel kan selalu diajari oleh Bu Patriya untuk berani menghadapi siapapun." ia bergumam, menyuarakan isi hatinya.

Sembari menatap langit di atas yang dipenuhi bintang-bintang, Aysel tersenyum merekah. Besok Bos galaknya pasti akan memarahi ia habis-habisan setelah meninggalkan pesta tanpa mengatakan apapun padanya.

Baru pukul delapan malam, Aysel masih sungkan untuk kembali ke panti, ia merasa perasaannya tidak karuan, dan tidak ada yang bisa menjelaskan termasuk dirinya sendiri. Autisme Aysel memang tidak bisa disembuhkan, namun dia tetaplah wanita yang cerdas, meski seluruh dunia mengucilkan orang dengan gangguan mental seperti dirinya.

Saat langkah kecilnya terus berjalan, sebuah tangan besar merengkuhnya dari belakang membuat Aysel terlonjak kaget. Ketika ia berbalik, rupanya itu adalah pria yang kini menjadi alasan kebimbangannya. "Kenapa kamu disini?"

"Mengikutimu. Kamu tidak membalas pesan, tidak mengangkat telpon, apa maumu Ay?" balas Kale, menatap sendu wanita yang daritadi tak lepas dari pikirannya.

Aysel melepaskan lengan Kale dari tubuhnya. "Aku ini sudah biasa dipermalukan, dihina, bahkan hampir dilenyapkan. Tapi rasanya sangat menyakitkan berada di sana dengan hinaan mereka yang membuatku kesulitan untuk bernapas. Ini bukan aku, aku bahkan menutup telinga saat rekan kerjaku sendiri mengataiku, tapi tidak dengan mereka. Apalagi, sahabatmu." tidak, Aysel tidak menangis, tidak ada alasan untuk menangis, tapi hatinya terasa panas bagai terbakar kobaran api.

Kale bergerak meremat bahu Aysel lembut, menatap lurus sorot mata Aysel begitu dalam. "Aku bisa membungkam mereka semua Ay, maafkan aku yang kurang tegas saat membelamu."

"Tidak ada alasan bagimu untuk membelaku cukup jauh, kamu berada disana karena kamu pantas. Sementara aku... Tidak sama sekali." tekan Aysel, ia membelakangi Kale, kembali berjalan meninggalkan Kale.

Tidak menyerah, Kale melangkahkan kaki jenjangnya dan berhasil membalikkan tubuh wanita itu lagi. Tanpa aba-aba ia meraup tengkuk Aysel, mencium bibir mungil wanita itu cukup lama. Sedang Aysel yang masih syok hanya mampu memelototkan matanya. Setelah ciuman itu dilepas Kale, baru Aysel menatap Kale tajam. "Apa yang kamu lakukan?!" kerasnya.

Kale terkekeh melihat raut Aysel dan bagaimana reaksi wanita itu setelah dicium olehnya. "Sekarang, tidak ada yang bisa menghalangi aku untuk bertemu kamu. Kamu, milikku." tegas Kale. Ia merengkuh lagi tubuh Aysel ke dalam dekapannya, mengelus belakang punggung Aysel serta surainya yang panjang.

Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang