Annyeong yeorobunn! Maaf aku lama menghilang dari peradaban wp hahaha, setelah melewati masa ospek yg panjang dan melelahkan akhirnya aku bisa balik nulis lagi, semoga dari kalian masih ada yang nyimpan cerita ini yaa hahaa!
Love youuu✨
~HAPPY READING~
AWAS TYPO!Kale memberitahu Aysel kalau dia akan pulang terlambat dikarenakan kliennya mengalami masalah atas proposal yang diajukan olehnya. Pria itu dari tadi berdebat panas dengan klien yang berasal dari luar kota sampai mereka harus menunda rapat mengenai pembaruan atau rekontruksi permebelan.
Kale mendatangi investor yang sangat ia percayai, dia nampak kelelahan mengurus semua pekerjaannya, meski begitu ia tidak mudah putus asa untuk menggaet investor lain supaya usahanya makin berkembang. Ada kalanya kendala seperti ini terjadi, dan ia yakin akan ada keberuntungan setelah mengalami kesulitan.
Ia bahkan tidak sempat makan siang bersama istrinya dikarenakan pekerjaannya yang mendadak, Kale merasa sedih karena Aysel telah berusaha memasak makanan kesukaannya. Ia berharap bisa pulang lebih cepat dan makan malam bersama Aysel.
Dengan langkah panjangnya Kale berjalan menyusuri ruangan privat yang memang khusus untuk dirinya sendiri. Kale mengangkat gelas berisi kopi dan meneguknya setengah.
Ia membuka arsip dokumen bulan lalu mengenai anggaran yang dikeluarkan perusahaannya, semua terlihat stabil, lalu ditutup kembali berkas itu. Kale melonggarkan kemeja dan menggulung setengah lengan kemejanya sampai urat lengannya bisa terlihat jelas.
Ia duduk bersila di bawah alas karpet tebal sembari menopangkan kepalanya pada ujung sofa. Perlahan menghembuskan napas, tak terasa sampai matanya terpejam, lelap. Sementara di rumah, Aysel amat khawatir karena sudah lima kali dia menelpon suaminya itu namun tidak ada jawaban. Aysel menatap sendu makanan yang ia tata di meja, berharap Kale akan pulang lalu memeluknya dari belakang, lalu menyantap makan malam bersama.
Sudah pukul sebelas malam, dan tidak ada tanda-tanda Kale akan pulang, beberapa pesannya juga masih ceklis dua, belum di baca sama sekali. Aysel terus berpikir positif dari segala kemungkinan buruk yang ada.
Kale pasti sangat sibuk sampai lupa mengabari aku.. pikirnya
Dering dan getar ponsel Kale baru ia rasakan saat perlahan mulai membuka matanya, Kale mengerjap. Ia merasa sudah tertidur lama sekali, ia meraba-raba ke sampingnya mencari ponsel.
Lima panggilan tak terjawab dari Aysel dapat ia lihat di notifikasi, namun ada satu yang membuatnya beralih.
Phavela is calling..
Tanpa berpikir panjang Kale segera mengangkat panggilan dari sahabatnya itu. Bukannya mendengar suara Phavela, justru suara laki-laki yang entah siapa di seberang sana.
'Woi lo cowoknya Vela bukan? Nih anaknya mabok sampai teler, HA-HA-HA!'
"Club mana?" tanya Kale.
'Jakarta selatan, cepetan dateng. Udah banyak yang mau grepe grepe nih'
Kale memutuskan sambungan telepon itu cepat, hanya ada satu club' terkenal di Jaksel, dan ia yakin Phavela berada di sana. Ia mengenakan jasnya, lalu segera berlari menuju garasi mobil.
Dengan kecepatan yang tidak biasa, Kale menginjak pedal gasnya, memutar kemudi menuju club untuk membawa Phavela pulang. Rasa khawatirnya bahkan sampai membuat tenggorokannya tercekat.
Bukan sekali dua kali Phavela seperti ini, padahal ia sudah seringkali mengingatkannya agar tidak terus pergi clubbing.
Dan saat ini pula, Kale melupakan hadirnya Aysel, ia bahkan tidak ingat ada wanita malang yang menunggu kepulangannya hanya untuk makan malam bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Losing You
RomansTidak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan seseorang yang sangat kamu cintai, segala usaha yang kamu lakukan untuk mempertahankan ikatan suci itu pun tak menyisakan apa-apa kecuali luka yang semakin menganga, hingga pada akhirnya kamu teta...