Kale lagi-lagi mendapatkan keuntungan besar setelah seorang investor memberikan sahamnya yang begitu besar untuk usaha mebelnya. Bahkan ini diluar ekspektasinya, ia yakin ini semua adalah hasil kerja kerasnya. Saat ia mengecek ponsel, Kale kaget mendapat ada banyak miss call dari Mama nya.Karena pekerjaannya sudah selesai, Kale memutuskan untuk menemui Ibunya. Ia juga akan mengatakan kalau ia akan menikahi Aysel Minggu depan.
Di perjalanan, ia sudah memberitahu Aysel kalau ia akan pulang sedikit lebih lambat, dan Aysel pun memakluminya.
Kale menepikan mobilnya saat sudah sampai di depan gerbang pintu rumah Mamanya. Namun ia heran saat ada mobil silver juga terparkit disana, ia tahu itu adalah mobil Phavela.
Kale mematikan mesin mobilnya dan berjalan cepat ke sana. Ia harus menerima segala konsekuensi dari Mamanya, tidak peduli apapun. Kale harus menghadapinya.
Phavela duduk diam disana bersama Mama Kale, sepertinya mereka sudah lama menunggu kedatangan Kale. Saat Kale datang pun, Phavela hanya menatapnya sekilas, meski hatinya sangat ingin memeluk Kale karena ia amat merindukan pria itu.
"Jelaskan apa yang sudah kamu lakukan selama ini, Kale." Mama Kale bahkan sudah mengawasi Kale selama ini, ia sudah tahu menahu soal Aysel, wanita cacat mental yang saat ini dikencani Putranya.
"Kamu tidak seharusnya melakukan hal seceroboh itu Kale. Mama tidak akan pernah setuju, bahkan jika kamu meminta."
Kale memalingkan wajah, berkacak pinggang, ia tahu Ibunya pasti akan seperti ini. "Ma, aku akan segera menikahinya. Aku menginginkan Aysel, aku sudah melangkah sejauh ini." Pengakuan Kale sontak membuat Phavela terdiam seribu bahasa.
Ia tidak menyangka Kale akan bertindak sejauh ini hanya demi perempuan itu. Semenjak kehadiran Aysel, Phavela sudah terusik, ia takut jika Kale akan meninggalkannya. Ia benar-benar sangat takut.
"Apa kamu sudah gila?!" gertak Mamanya. Pandangan tajam diberikannya pada Kale.
"Kamu akan menikahi seorang wanita autisme, apa yang kamu pikirkan Kale!" suara Mamanya semakin meninggi dan mendominasi seluruh isi ruangan rumah.
"Kamu ini seorang pengusaha sukses yang tampan, bagaimana bisa kamu menikah dengan perempuan seperti dia?! Dia bahkan tidak layak untuk siapapun!"
"Dia akan mempermalukan kamu Kale."
"Mama tidak akan menyetujui pernikahanmu, titik." Tukas Mamanya, beralih dengan Phavela.
"Lebih baik kamu menikahi Vela yang sudah jelas asal usulnya, bukan wanita murahan seperti dia!"
"Ma, sudah cukup. Kali ini, aku akan maju sendirian. Jika Mama tidak setuju, tidak apa-apa. Tapi, Mama harus tau kalau Aysel bukan wanita murahan. Aku datang kesini dengan maksudku demikian, jika Mama segan untuk hadir di pernikahanku maka aku akan sangat senang. Dan, Phavela dia masih tetap menjadi wanita penting bagiku."
Seperginya Kale, Niken tidak habis pikir mengapa Putranya kini menjadi tidak penurut, ia yakin Kale sudah dipengaruhi oleh wanita cacat mental itu.
"Tante, Kale sudah berubah." Phavela mengusap kasar air matanya.
"Aku akan menyusul Kale, Tante tenang saja, aku akan meluruskan segalanya."
Phavela menghentikan Kale yang hendak masuk ke mobil, ia memeluk Kale dari belakang. Terisak-isak dan memukuli Kale berkali-kali. "Kamu jahat Kal, kamu sangat jahat!" Kale menghembuskan napas kasar, ia tidak tau harus berbuat apalagi, disatu sisi ia merasa kecewa dengan Vela, disisi lain ia tidak mau menyakiti hati wanita ini.
"Vela, bukankah kita sudah berjanji akan menghargai keputusan masing-masing, ini adalah keputusanku. Aysel sendirian Vela, dia seorang diri di dunia ini. Kamu tidak akan kehilangan aku meski aku dan Aysel akan menikah, kamu akan tetap menjadi prioritasku."
"Bulshit!" geram Phavela.
"Kamu mengatakan itu hanya untuk menenangkan aku, sementara disini akulah yang terluka Kal! hatiku sakit saat mendengar kamu akan menikahi wanita tidak tahu malu itu! apakah benar kamu sudah tidak mencintaiku Kal? Apa kamu bisa mengatakannya?!"
"Vel, dua hal itu berbeda. Aku menyayangimu layaknya kamu sudariku sendiri, perasaan itu sudah lama terkubur Vela."
"Aku tidak peduli!" Phavela melumat bibir Kale cepat tanpa mau melepaskan, Kale syok mendapatkan serangan tiba-tiba dari Phavela, ia hampir kehilangan keseimbangannya. Kale melepaskan ciuman Phavela agak kasar sampai wanita itu merasa malu.
"Vel, jangan seperti ini. Aku mohon terima keputusanku."
Phavela tidak menjawab, memilih pergi dari sana dengan keadaan kacau. Ia tidak bisa berpikir jernih saat ini, semua rasa kecewa dan cinta yang menyakitkan ini membuat ia tak tahu harus berbuat apa lagi supaya Kale kembali ke sisinya.
Kale melepas jas nya saat sampai di rumah, ia memanggil Aysel berkali-kali namun tidak ada sautan dari perempuan itu. Ia pun bertanya kepada Bibi, dan akhirnya mendapatkan jawaban kalau Aysel saat ini sedang di rooftop rumahnya.
Kale tersenyum sumringah saat melihat wanita cantik itu berdiri kedinginan sembari melihat pemandangan dari atas rooftop. Kale segera menghampiri Aysel dan memeluk wanita itu, sampai Aysel sendiri kaget akan kehadiran Kale.
"Aku lama, ya?" tanya Kale, menciumi leher Aysel membuat wanita di depannya kegelian.
"Kale, geli ih!"
Kale tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum puas setelah menjahili Aysel, ia membalikan badan Aysel dan dapat leluasa memeluknya. "Aku ingin mengatakan sesuatu, disini saja."
"Aysel Savitaara, menikahlah denganku." ujar Kale dengan mata berkaca-kaca.
Aysel terdiam cukup lama, ia berjinjit dan mengalungkan kedua tangannya di leher Kale, Aysel mengecup bibir Kale. Satu ciuman itu sudah cukup memberikan jawaban atas pernyataan Kale.
"Terima kasih sayang, terima kasih."
"Kale, janji ya jangan meninggalkan Aysel. Aysel tidak punya siapa-siapa lagi, Kale adalah satu-satunya sekarang."
Kale menyentil hidung bangir Aysel manja. "Tentu saja tidak sayang, bagaimana bisa aku hidup tanpa kamu, hm?"
Ponsel Kale berdering, ia segera memencet tombol hijau di layar saat tahu yang menelponnya adalah Jane.
"Kal, cepat ke rumah sakit, Dams kecelakaan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Losing You
RomanceTidak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan seseorang yang sangat kamu cintai, segala usaha yang kamu lakukan untuk mempertahankan ikatan suci itu pun tak menyisakan apa-apa kecuali luka yang semakin menganga, hingga pada akhirnya kamu teta...