Chapter 14

52 6 0
                                        


Koreksi typonya bestie!

Happy Reading

...

Suasana di tenda yang disiapkan Kale sungguh amat menenangkan, tak lupa pula pria itu menata kayu bakar dan menyalakan korek api untuk membuat api unggun. Malam ini Kale hanya ingin berdua bersama Aysel, masalah hatinya sudah begitu rumit ditambah dengan masalah kantor, yah begitulah pikirnya.

Kale menilik Aysel yang sedang merapikan alas tidur, lelaki dengan kulit putih itu tersenyum sekilas memperhatikan Aysel yang tampak antusias saat ia ajak berkemah malam ini. "Kamu mau minum kopi nggak?" tanya Kale.

Aysel menoleh sambil memanggutkan kepala. "Boleh Kale, Aysel juga sudah lapar."

"Aku mau memanaskan makanannya dulu, kamu cepat keluar ya, api unggunnya sudah menyala." Kale keluar lagi untuk memastikan api unggun agar tidak terlalu besar nyalanya.

Sambil memanaskan makanan instan yang ia beli di supermarket, Kale menggelung lengan kemejanya, ia sampai berkeringat karena telah melakukan banyak pekerjaan. Malam ini mungkin terasa dingin bagi Aysel, namun rasanya sangat panas untuk Kale. Pria berotot itu menanggalkan kemeja kantornya sehingga hanya menyisakan kaos putih dan celana hitam panjang.

Karena dirasa tidak cukup, Kale melepas lagi kaosnya dan sekarang ia benar-benar telanjang dada, dada bidang dan roti sobeknya terkekspos di depan mata Aysel.
"Kok Kale nggak pakai baju?"

"Gerah sayang." Kale menata makanan Aysel di piring begitu juga dengan dirinya.

"Makanlah, kamu sudah sangat lapar." ujar Kale sambil mengelus pipi Aysel yang hangat dan lembut.

Aysel pun cepat-cepat menghabiskan makanannya, dia begitu girang dengan api unggun itu, matanya berbinar-binar dengan wajahnya yang polos itu membuat Kale semakin bahagia.

Kale terus menatap Aysel, lekat dan penuh kasih sayang. "Aku tidak tahu sejak kapan aku menginginkan kamu Ay."

"Aku bahkan mencoba untuk sadar kembali, nyatanya itu tidak mungkin. Aku seperti sudah terpikat olehmu."

Aysel dengan baik menyimak dan mencerna apa yang diucapkan Kale, meski tidak semua bisa ia mengerti. "Kale, kalau suatu hari nanti Aysel membuat Kale kesal, memang Kale tidak akan menyesal?"

"Itu tidak akan terjadi, mau kamu membuat aku kesal pun, aku tetap mencintaimu."

Kale mengangkat telapak tangannya di atas kepala Aysel, mengelus surai wanita itu penuh cinta. Semakin ia memperhatikan Aysel semakin dalam pula hasratnya, ia pelan-pelan mendekati Aysel lalu meraih tengkuk wanita itu, menciumnya lagi penuh gairah.

Kale membawa Aysel ke dalam tenda, membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakan Aysel, menatap lurus sorot mata perempuan tersebut, dapat ia rasakan degub jantung Aysel yang berpacu sangat cepat, dan ia juga yakin kalau ini adalah kali pertama bagi Aysel.

Kale semakin memperdalam pagutannya dan Aysel mengalungkan tangannya di leher Kale, malam yang harusnya dingin kini sudah panas membara.

"Kalau sakit, bilang ya Ay. Aku akan melakukannya perlahan."

Malam ini adalah surga dunia bagi Kale, katakanlah ia sudah gila sampai merenggut kesucian seorang perawan yang juga autisme, namun hasratnya kini sudah tak bisa ia tahan. Ia butuh seseorang untuk diraihnya dan melepaskan sesuatu bersama, lagipula ini bukan kali pertama bagi Kale. Kale begitu takjub mendengar erangan Aysel di bawah sana saat ia mulai menggerakkan pinggul, Aysel meremat punggungnya sekuat tenaga, atau bahkan sudah mencakarnya sampai Kale merasakan perih. 

Losing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang