Bagian 5.

10 0 0
                                    

****

Pagi di hari minggu kali ini Uma habiskan dengan berdiam diri dirumah. Seperti anak remaja kebanyakan, hari libur ini akan di habiskan dengan berkumpul bersama keluarga, melakukan hobi, atau sekedar rebahan sampai capek sendiri.

Pagi-pagi Uma sudah bangun untuk sholat subuh, lalu mulai membereskan rumah dimulai dari kamarnya. Merapikan tumpukan buku atau barang yang tidak berada ditempatnya. Mengenai buku, tanpa sengaja Uma melihat buku yang di dalamnya ada hasil karangannya sendiri.

Uma tersenyum masam. Selain Rumi suka sekali melarang anak tunggalnya itu untuk mengenakan pakaian kebesaran atau hijab lebar, Rumi juga melarang hobinya satu ini, menulis. Padahal, saat ia masih duduk dikelas sembilan Uma suka sekali mengerimkan karya tulisnya berupa puisi atau cerpen ke event-event menulis yang siap menerbitkan karyanya bersama penulis lainnya.

“Menulis kayak gitu itu cuma buang waktu belajar kamu, Uma!”

Begitulah kira-kira ucapannya setiap kali dulu Uma kepergok menulis oleh ibunya.

“Uma, ayo kita sarapan dulu!” suara teriakan lantang membuat Uma tersadar dari lamunannya.

Buru-buru ia merapikan buku-buku dihadapannya, sembari menyahut “ Sebentar, Bu!”

Setelahnya gadis remaja itu keluar kamar dan bergabung bersama kedua orang tuanya di meja makan.

“Mau ibu ambilkan, Ma?” tawar Rumi.

“Enggak, Bu, Uma bisa sendiri kok!” jawabnya sambil tersenyum. Lalu menyendok nasi dan menaruhnya diatas piring putih didepannya.

“Bapak enggak ngojek?” tanya Uma pada Jufri-bapaknya.

“Enggak, Uma, ini kan hari minggu, masa orang kantoran aja yang boleh libur?” katanya bercanda.

Uma dan Rumi terkekeh pelan. Seperti ini lah kebiasaan dikeluarga Uma. Sesekali bercanda saat Jufri ada. Perkerjaan kedua orangtua Uma yang menyita banyak waktu, membuat Uma kekurangan rasa seperti ini. Jufri yang bekerja sebagai tukang ojek pengkolan dari pagi hingga sore, dan Rumi penjual kue di toko dari siang hingga malam. Sebab itu lah kenapa Uma sering kali tidak langsung pulang sehabis sekolah, karena melihat rumah yang sepi hanya akan membuatnya bosan, lebih baik baginya untuk mampir ke cafe sampai sore setelah pulang sekolah atau mampir kerumah Clarisa sampai sore.

Hanya saja, hubungan Uma dengan Rumi kurang baik kalau itu mengenai hijab yang lebar. Sebenarnya Uma dibolehkan mengikuti kajian anak remaja yang sering ada di masjid dekat rumahnya. Hanya saja, Rumi kurang suka saat Uma memakai baju gamis dan hijab yang panjang saat hanya berada dirumah apalagi untuk bermain ke rumah Clarisa. Katanya tidak modis, seperti mak-mak lah, dan beberapa ucapan yang kadang menyakiti hati Umi.

Tapi Rumi tetap Rumi, seorang ibu yang hebat bagi Uma. Ibu yang tangguh, dan menyayangi anaknya seperti ibu-ibu lainnya. Ucapan Rumi soal hijab juga tidak sepenuhnya salah bagi Uma. Karena Rumi hanya menginginkan kebaikan bagi anaknya, agar anaknya tidak dipandang buruk oleh orang lain. Umi hanya berdoa,  semoga hidayah cepat menghampiri keluarganya.

“Gimana sekolahmu, Ma?” tanya Jufri, saat ketiganya sudah berada di ruang tamu keluarga untuk menonton tv.

“Lancar, kok, Pak.”

“Alhamdulilah,  inget jangan pernah tinggalkan sholat, ya, Ma! Kata orang; berdoa tanpa usaha itu kosong, berusaha tanpa doa itu sombong!” ucap Jufri memberikan petuah.

“Iya, Pak.”

“Hari ini kamu tidak ada acara, Ma, atau main kerumah Risa gitu?” kini giliran Rumi yang bersuara.

“Tidak, Bu, kemarin kata dia, dia mau jalan-jalan sama keluarganya" jawab Uma dengan senyum manisnya.

Tapi di mata Jufri, terselip rasa iri dari mata putrinya. Kadang, dia juga ingin membahagiakan keluarganya. Mengajak anak-istrinya pergi untuk jalan-jalan, tapi apa daya? Keuangan mereka yang pas-pasan agak sulit untuk berlibur keluar yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

“Bapak kok bengong?” tanya Rumi memegang bahu suaminya.

Jufri hanya menggeleng sambil tersenyum. Jufri yang berada ditengah antara anak dan istrinya itu, merangkul keduanya. Dalam hati ia berdoa,  agar keluarganya akan terus bersama dan bahagia selamanya.

****
Bersambungg ....

Jangan lupa vote & coment🤗

AZZUMA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang