Bagian 14.

7 0 0
                                    


Seorang laki-laki dengan peci putih andalannya baru saja sampai di sebuah masjid untuk menunaikan ibadah sholat ashar. Seperti biasa dia akan ikut sholat ashar berjamaah di masjid sehabis pulang sekolah, itu pun kalau sempat. Langkah kakinya memelan saat melihat dua wanita yang tengah asik bercengkrama berjalan menuju masjid, sepertinya mereka juga akan sholat.

Bukan keduanya yang menarik bagi Ali, tapi perempuan bernama lengkap Azzuma Inayah Putri itu lah yang membuatnya tersenyum tanpa sadar. Perempuan yang belakangan ini sering ia temui, bahkan tak jarang keduanya pun saling menyapa jika bertemu. Ingat, hanya menyapa!

Tanpa sadar pun jantung Ali berdetak lebih kencang saat melihat Uma tersenyum pada sahabatnya. Matanya yang ikut menyipit, dan sedikit cetakan lesung pipi disebelah kanannya membuatnya terlihat manis dimata Ali. Ali yang tersadar buru-buru mengalihkan padangannya dan ber-istigfar.

Ketika ia kembali menatap ke arah Uma tadi, dua perempuan itu sudah hilang entah kemana. Dan Ali mengucapkan hamdalah, setidaknya itu baik untuk hatinya. Ali memasuki masjid setelah melepas sepatu sekolah yang ia kenakan. Berjalan ketempat wudhu karena sang Muadzin sudah qomat, pertanda bahwa sholat ashar berjama'ah akan segera dimulai.

Setelah sholat selesai Uma tidak langsung pulang dulu bersama Risa, karena disini mereka sudah membuat janji untuk bertemu dengan Ana. Cukup lama mereka menunggu, sampai akhirnya wanita bergamis hitam dengan hijab panjang berwarna milp serta cadar yang berwarna senada itu datang menghampiri mereka yang berada di bangku depan masjid At-Taqwa.

"Sudah lama menunggu?" tanyanya setelah mengucapkan salam.

"Belum terlalu lama juga, kok, Kak, soalnya kita juga sekalian sholat ashar juga tadi disini."

Ana hanya ber-Oh ria mendengar penjelasan dari Uma.

"Jadi apa yang mau kita omongin?"

"Jadi gini, Kak, aku dan Uma punya rencana buat kayak acara bakti sosial gitu, lah, jadi semacam memberikan makanan ke anak jalanan, atau mengajar belajar mereka gitu, Kak!" terang Risa, mengenai rencananya dengan Uma.

"Bukannya kalian masih sekolah?"

Risa dan Uma saling menatap, lalu Uma menjawab, "Kita kan bisa adainnya pas hari libur aja, Kak? Soalnya Uma nemu tempat yang sering ditempati ramai sama anak jalanan, Kak."

"Aku suka sama ide kalian, masih muda tapi pikiran kalian sudah mau menolong sesama," ucap Ana setuju.

"Loh, Ali?" panggil Ana pada sosok laki-laki yang cukup banyaknya Uma kenal, karena kali ini bukan lagi kali pertama mereka bertemu.

Ali nampak mengerutkan dahinya, mungkin cowok itu masih mencoba mengenali siapa wanita yang memanggilnya.

"Ini aku Kak Ana, Li!" ujar Kak Ana seakan faham dengan kebingungan Ali.

"Ouh, Ya Allah, maaf, Kak, Ali enggak ngenalin." Ali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bagaimana bisa ia lupa pada anak dari kakak ibunya ini?

"Enggak papa, Kok, lagian kakak maklumin juga, kita kan udah jarang ketemu setelah kamu SMA ini." Ali hanya menanggapinya dengan tersenyum canggung, jangan lupa kalau masih ada Uma dan Risa yang memperhatikan keduanya.

"Kamu abis sholat disini juga?" lanjutnya bertanya.

"Iya, Kak."

Ana menoleh pada Uma dan Risa, mengerti akan tatapan bertanya dari keduanya membuatnya menarik tangan Ali untuk lebih mendekat ke arah mereka berdua.

"Uma, Risa, perkenalkan dia Ali, sepupuku," ujar Kak Ana memperkenalkan Ali di hadapan keduanya.

"Assalamualaikum," ucap salam Ali untuk Uma dan Risa.

AZZUMA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang