****
“Uma, mau pesen apa?” tanya temannya pada Azzuma yang sedang mencari tempat duduk yang masih tersisa.
“Mau pesen roti coklat sama es teh aja, Sa!” Gadis berkerudung hitam itu mengangguk patuh dan segera pergi kepenjual yang ada di kantin. Sementara Azzuma atau yang dikenal dengan ‘Uma’ disekolahnya itu memilih mencari tempat duduk untuk mereka berdua.
“Makasih, Sa,” ujarnya saat Clarisa baru saja datang dengan membawa pesanan milik Azzuma dan juga miliknya.
“Oke, sama-sama.”
“Oiya, Ma, gimana soal surat yang kemaren? Kamu mau dateng?” tanya Risa.
Ucapan Risa barusan membuat Azzuma kembali mengingat saat kemarin pagi ketika dirinya datang paling awal dikelas, sebuah surat berada diatas mejanya. Uma yang tidak merasa pemiliknya memilih untuk menyimpannya dibawah laci meja sampai ada yang mencarinya. Ternyata, sampai dijam pulang pun tidak ada yang mencarinya.
Risa yang diberitahu Uma itu memaksa untuk membukanya, tapi Uma tetap menolak karena memang surat itu bukan miliknya. Sampai saat bel berdering menunjukkaan waktu pulang sekolah tiba, Risa membuka surat itu tanpa mendengar ucapan Uma.
Ternyata, isinya adalah mengenai isi hati seseorang yang ditunjukkan pada Uma. Didalam surat itu, seorang laki-laki itu mengajaknya berpacaran, padahal Uma tidak tau siapa pengirim suratnya. Di sana dijelaskan bahwa laki-laki misterius itu sudah lama memperhatikan Uma diam-diam, dan ia meminta kalau Uma setuju untuk berpacaran dengannya, maka ia harus bertemu di taman belakang sekolah saat pulang sekolah nanti.
“Aku enggak tau, Sa, kamu pasti tau jawabanku, ‘kan?”
“Kamu enggak mau pacaran, ‘kan? Emang kenapa, sih, Ma?”
Uma terdiam sejenak, lalu berkata “ Karena Allah membencinya, Sa, aku enggak mau jadi pen-zina dihadapan Allah, Sa. Aku memang bukan manusia yang baik, tapi aku juga enggak mau jadi manusia yang buruk di hadapan Allah. Aku mau memperbaiki diri aku dulu, Sa” terangnya.
Clarisa yang mendengarnya hanya terdiam, bukan baru kali ini dia menanyakan kenapa sahabatnya itu tidak mau berpacaran? Dan dia menjawab dengan perkataan yang kurang lebih sama.
“Lagian, kalau cowok itu katanya cinta atau sayang sama kita, dia pasti enggak akan ngajak kita pacaran, Sa. Pacaran itu cuma rayuan setan agar kita dijauhkan dari Allah! Naudzubillah,” tambahnya.
“Naudzubillah, apa Allah akan ampuni dosa aku, ya, Ma, karena pernah berpacaran dulu?”
“Insyaallah, kalau kamu sudah berniat untuk bertobat, dan tidak akan lagi melakukan kesalahan itu, Allah pasti maafkan kamu, Sa. Allah itu Maha Pengampun. Dalam Qur'an surah An-Nisa:110 . Yang berbunyi :
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
Yang artinya: Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
“Masyaallah, kalo lagi dengerin suara kamu ngaji kayaknya adem banget, yah, Um.” puji Clarisa pada suara sahabatnya saat melantunkan ayat suci Al-quran.
“Jadi kamu enggak akan dateng?” lanjutnya bertanya.
“Uma, dateng, kok. Uma cuma mau bilang aja ke laki-laki itu kalau Uma tidak mau diajak berpacaran, tapi kamu ikut, ya, Sa? Uma enggak mau kalau kami cuma berdua-duaan.”
“Iya, nanti aku temenin, kok, sekalian pulangnya aku mau mampir beli kerudung ditempat kita biasa beli,” jawab Clarisa dengan senyum terpampang diwajahnya.
“Inget, jangan beli barang baru mulu! Nanti kalo yang lain jadinya enggak kepake’kan sayang! Apalagi setiap barang yang kita punya bakal kita di pertanggungjawabkan, loh, dihadapan Allah!”
“Iya, Uma-ku sayang! Aku cuma mau beli satu kerudung, kok, buat kondangan kerumah sodara minggu depan.”
“Ouh, yaudah, nanti aku temenin belinya.”
“Hore! Makasih, Umaa!” sorak Clarisa yang kesenangan sambil bertepuk tangan.
Uma hanya menggeleng sambil tersenyum karena melihat tingkah sahabatnya itu.
****
Terik matahari yang mulai hilang itu menemani Uma dan Clarisa ke sebuah taman belakang sekolah. Waktu sudah menunjukkan pukul 15:12 WIB. Sesuai dengan ucapannya saat dikantin tadi, jadilah mereka berdua pergi ke taman setelah bel pulang sekolah.
Sebuah taman yang tidak cukup luas, dengan bentuk taman yang memanjang dan dikelilingi pagar besi ini sering kali dijadikan tempat lari santai bagi warga sekitar. Pohon-pohon yang tumbuh menjulang membuat suasana terasa lebih sejuk.
Keduanya memilih untuk duduk dibangku taman sembari menunggu kedatangan seseorang yang dia sendiri tidak tau. Mungkin dia akan menunggu seorang cowok dengan seragam seperti mereka yang nanti akan menghampiri. Semoga saja surat itu benar, bukan tipuan yang membuat mereka membuang waktu di taman ini.
“Kok lama banget, ya, Ma?” tanya Risa mulai bosan menunggu.
Uma hanya mengangkat bahunya dia sendiri tidak tau kenapa cowok yang mengajaknya bertemu itu lama sekali datangnya.
Sampai setengah jam berlalu, tapi kehadiran pengirim surat itu juga belum terlihat. Azzuma jadi meragukan isi surat tersebut. Apa ini cuma permainan teman sekelasnya? Tidak ada kerjaan sekali mereka!
“Uma, pulang, yuk? Kayaknya surat itu cuma prank deh. Awas aja sampe aku tau siapa yang lakuin ini, bakalan aku jewer kupingnya!” ujar Risa.
“Yaudah, pulang aja, yuk, Sa! aku anter kamu ke tempat beli kerudung dulu, yah?”
“Enggak usah, deh, Ma, udah enggak mood! Kita pulang aja!” putus Risa kesal.
“Beneran?” tanya Uma memastikan.
“Iya!” jawabnya ketus.
****
Bersambung ....
Jangan lupa vote & coment yah🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
AZZUMA (END)
SpiritualMenunggu kamu adalah hal yang tidak pernah aku kira akan seberat ini akhirnya. Tanpa kepastian ada apa diujung sana, apa cerita ini akan berakhir bahagia atau akhirnya aku hanya membuang waktu saja. AZZUMA INAYAH PUTRI, gadis akhir jaman yang memili...