****
Acara terus berlangsung, suara riuh dari suporter dari masing-masing sekolah saling memberikan dukungannya. Ada yang menggunakan aksesoris untuk memeriahkan acara, ada juga yang menyemangati pasangannya ketika berlomba.
Saat ini Uma dan Risa tengah berada di balkon lantai dua dari sekolah Bunga Bangsa. Sekolah tetangga yang memiliki dua gedung ini memang terlihat lebih mewah dari sekolah mereka. Meski SMK Negeri 1 hanya punya satu gedung bertingkat 3, banyak pepohonan yang ditanam disekitar sekolah, itu lah yang membuat sekolah mereka terlihat lebih asri. Kalau sekolah tetangga terlihat lebih tandus, hanya ada beberapa pohon besar yang sengaja ditanam di dekat lapangan bola. Namun kalau soal fasilitas? Sekolah tetangga lebih maju ketimbang sekolah mereka
“Uma, aku mau ambil ponselku dulu di ruangan, yah?”
“Yaudah, ayuk!”
“Eh, jangan, kamu disini aja! Jagain tempat kita, aku bentar doang, kok.” Uma tampak ragu, memang didekatnya banyak anak kelas dua belas dari sekolahnya, tapi tetap saja ada murid dari tuan rumah yang ikut berbaur dengan mereka.
“Sebentar, doang, kok!” Risa coba meyakinkan Uma.
“Yaudah, tapi jangan lama-lama, ya, Sa?” jawab Uma setuju.
Akhirnya Risa berjalan menjauh dari Uma. Uma menghela napas, Uma sebenarnya tidak suka ditinggal sendiri, apalagi ditempat ramai dan tidak ia kenal seperti ini.
Saat ini, lomba sepak bola tengah berlangsung. Bayu dan kawan-kawan yang mewakili kelas dua belas itu tengah bertanding dibawah. Poin bagi tim Bayu memang lebih unggul dari lawannya, tapi terlihat sekali kalau kekuatan kedua tim tidak beda jauh. Terlihat saat beberapa kali tendangan ke arah gawang mampu di tahan oleh penjaga gawang.
Tiba-tiba Uma kaget, karena melihat murid berseragam sama dengannya berdiri menempati tempat Risa. Jarak keduanya teramat dekat membuat degub jantung Uma seperti habis berlari. Uma sedikit tau mengenai orang yang berada disampingnya ini. Laki-laki berpostur tubuh tinggi, dengan wajah kearab-araban serta hidung mancung itu bernama Ardi Ahmad. Dia adalah teman Fajar, karena Uma pernah melihat mereka berdua sewaktu pulang sekolah. Risa juga pernah bilang kalau Ardi adalah teman smp-nya dulu.
“Temennya, Clar, yah?” tanyanya.
Uma yang kepergok memperhatikan laki-laki itu mengernyit heran.
“Clar?” Uma mengulang ucapan Ardi yang tidak ia pahami.
“Maksud saya Clarisa,” jelasnya.
“Ouh, iya,” jawab Uma singkat.
“Terus dia dimana?” tanyanya, sambil melihat kesamping sebelah kanan Uma, mencari keberadaan Risa yang ternyata nihil.
“Dia lagi keruangan, ambil ponselnya yang ketinggalan.”
Ardi hanya ber-oh ria sambil mengangguk dan kembali menatap kearah pertandingan bola yang masih berlangsung.
Yang Uma tau dari Risa, Ardi sebenarnya memiliki kemiripan sama Fajar, keduanya sama-sama rajin solat dan lebih suka di mushola ketimbang di kantin. Dalam hal prestasi juga Risa bilang kalau Ardi sering menjuarai perlombaan ceramah atau pembacaan Al-quran. Mungkin itu lah sebab Fajar dan Ardi dapat berteman akrab.

KAMU SEDANG MEMBACA
AZZUMA (END)
SpiritualMenunggu kamu adalah hal yang tidak pernah aku kira akan seberat ini akhirnya. Tanpa kepastian ada apa diujung sana, apa cerita ini akan berakhir bahagia atau akhirnya aku hanya membuang waktu saja. AZZUMA INAYAH PUTRI, gadis akhir jaman yang memili...