Bagian 21.

5 0 0
                                    


Ujian Nasional telah selesai, dan hari ini adalah hari dimana seluruh murid kelas dua belas dikumpulkan dilapangan untuk membicarakan mengenai acara wisuda, pengambilan rapot, ijazah, dan juga SKL.

“Ibu ucapkan selamat kepada kalian semua karena telah berhasil melalui ujian demi ujian hingga akhirnya selesai melaksanakan ujian Nasional kemarin. Ibu harap, kedepannya kalian bisa menjadi calon-calon orang sukses dan dapat bermanfaat bagi orang sekitar, dan juga membanggakan orangtua kalian tentunya. Tidak panjang-panjang, ibu hanya akan mengumumkan mengenai kelulusan kalian, dan hasilnya adalah ...” wanita yang menjadi kepala sekolah itu menjeda ucapannya dan menampilkan wajah sedihnya.

“Jangan bilang ada yang enggak lulus lagi Ma?” bisik Risa.

“Hus! Enggak, kita pasti lulus semua!”

“Aamiin.”

“HASILNYA ADALAH KALIAN LULUS SEMUAA!” seru ibu kepala sekolah menggelegar.

Mendengar hasil itu seluruh murid berteriak kelegaan, akhirnya mereka selesai dalam menempuh pendidikan sekolah menengah atas. Semua murid mulai berteriak segala macam, entah itu mengucapkan terimakasih pada guru atau beberapa hal yang terdengar lucu, seperti;

“Mak! anak emak akhirnya lulus juga!”

“Otw lamar anak camer!”

“Selamat tinggal sekolah tercinta!”

Dan masih banyak lagi yang lainnya. Banyak yang saling berpelukan dengan sahabat mereka, bahkan tidak sedikit yang menitikan air mata haru. Akhirnya perjuangan mereka sekolah dua belas tahun tidak sia-sia.

“Sayang, Uma!” seru Risa memeluk Uma, begitu pun Uma.

“Sayang Risa juga! Pokoknya kalau mau nikah sama Fajar Uma harus dapet undangan yang spesial!” bisik Uma ditelinga Risa saat mereka berpelukan.

Otomatis pipi Risa memerah karna malu. Bisa-bisanya Uma menggodanya disaat seperti ini. Padahal berjodoh saja belum pasti.

* * * *

Waktu menunjukkan pukul 07:12. Dalam ruangan yang tidak terlalu luas, dengan cat biru dan putih mewarnai dindingnya. Di depan meja kaca, seorang wanita cantik berbalut kebaya dengan rok lilit bermotif batik itu tengah tersenyum menatap pantulan dirinya.

Hijab pasmina yang terbalut dikepalanya hingga menutup dadanya itu menambah kecantikan Uma hari ini, hiasan tipis-tipis hasil karya Rumi benar-benar cocok diwajah putihnya. Sederhana juga tidak terkesan tua.

Hari ini adalah hari wisuda kelas 12 di SMK Negeri 1, acara akan diadakan di gedung serbaguna yang sudah di pesan untuk acara hari ini.

“Cantik sekali anak bapak ini,” puji Jufri pada putrinya. Menatap pantulan mereka berdua dari kaca.

Uma tersenyum malu. Melihat ayahnya berpakaian batik serta celana panjang hitam itu terasa membahagian baginya. Akhirnya kerja keras sang ayah untuk sekolahnya berbuah manis.

“Ayo, berangkat! Mobil pesanannya udah didepan!” seru Rumi masuk kedalam kamar Uma dengan kebaya dan riasan sederhana.

“Putri bapak ini pasti jadi yang paling cantik nanti!”

“Ish, Bapak ini bisa aja!”

“Siapa dulu dong yang dandanin? Ibu gitu, loh!” sahut Rumi menyombongkan diri.

Jufri dan Uma hanya tertawa, ketiganya berjalan keluar rumah dan mulai berangkat dengan mobil yang sudah dipesan Uma tadi.

Tidak butuh waktu lama dari rumah untuk sampai ketempat acara. Sesampainya disana, Uma merasa gugup karena memang baru kali ini ia mengenakan riasan berbalut kebaya seperti ini. Dulu sewaktu smp ia tidak bisa mengikuti acara wisuda karena memang ada kendala, yaitu kecelakaan neneknya atau ibu dari Rumi yang mengakibatkan beliau meninggal dunia.

“Jangan gugup gitu! Putri bapak harus keliatan PD! Masa udah dandan cantik tapi mukanya kayak nahan buang hajat?” tegur Jufri sedikit bercanda.

Rumi merangkul bahu Uma, tersenyum kearah putrinya bermaksud menyalurkan semangat dalam diri Uma.

“Bapak ini, masa wajah Uma seperti orang mau buang hajat!” gerutu Uma.

Jufri terkekeh, “Iya, iya! Putri bapak ini memang yang paling cantik! Tapi tetap cantikan ... ibumu,” goda Jufri membuat Rumi tersipu malu.

Uma berharap kebahagian keluarganya akan terus seperti ini, dan kelak ia dapat membahagiakan kedua orang hebat yang sangat berjasa dalam hidup Uma selama ini.

“Assalamualaikum, Om, Tante!” sapa Risa yang datang bersama kedua orangtuanya.

Kedua orang tua mereka saling bersalaman, karena memang mereka sudah cukup dekat. Apalagi kadang mereka tak sengaja bertemu saat pengambilan rapot disekolah.

“Kamu cantik banget, Sa!” puji Uma pada sahabatnya.

“Makasih, kamu juga cantik, kok, Ma!” balasnya.

Acara wisuda pun berjalan dengan lancar. Sesi akhir bagi setiap mirid untuk berfoto bersama keluarga. Hampir semua murid menghabiskan sisa waktu yang ada sebelum pulang untuk berfoto bersama dengan teman sekelas dengan para guru, atau bersama sahabat-sahabat mereka.

“Udah, ih, foto mulu!” keluh Uma pada Risa yang tidak ada henti-hentinya mengajaknya ber-selfi menggunakan telephone genggam miliknya.

“Iya, iya, udah pegel juga, nih.” Risa mematikan dan menyimpan ponselnya kedalam tas.

“Oiya, Sa, besok ikut aku mau, yah?”

“Kemana?”

“Ketaman deket sekolah.”

“Ngapain?”

Uma hanya tersenyum dan mengangkat kedua bahunya.

****
Bersambung ...

14/03/2023.

AZZUMA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang