Bagian 16.

8 0 0
                                    

Pagi ini seluruh murid SMK Negeri 1 akan menghadapi ulangan akhir semester. Seluruh murid sudah menyiapkan ulangan ini sejak  jauh-jauh hari. Ulangan-ulangan harian pun sudah mereka lakukan sejak dua minggu sebelumnya.

Termasuk Uma, gadis itu berusaha belajar lebih giat lagi untuk ulangan hari ini. Meskipun di kelas prestasi Uma tidak pernah berada bergerak di Ranking dua setelah Yoga. Uma selalu menyebutnya laki-laki berkepala perpustakaan. Karena kerjaannya Cuma belajar di perpus atau dikelas.

Mengenai hubungannya dengan Risa, sudah dua minggu ini mereka jarang berkomunikasi, entah itu di sekolah atau melalui sosial media. Saat disekolah Risa hanya mengatakan kalau ia ingin serius belajar untuk ulangan, tapi tetap saja membuat Uma merasa dia masih marah dengannya.

Kegiatan RKJ juga dihentikan selama masa ulangan, lagi pula Ana juga sudah mulai bekerja disalah satu butik milik temannya.

Uma sudah memutuskan untuk menyelesaikan permasalahnnya dengan Risa nanti setelah ulangan berakhir. Seharusnya saat-saat ini adalah saat mereka menikmati berada disekolah dan membuat kenangan indah sebelum akhirnya lulus dan sibuk pada urusannya masing-masing.

Empat puluh lima menit berlalu, Uma sudah selesai mengerjakan ujian matematika yang hari ini diujikan. Waktu masih tersisa lima belas menit lagi, dan Uma benar-benar tidak sabar untuk bertemu Risa. Uma hanya takut Risa langsung pulang karena kelas mereka memang terpisah, dan keduanya belum janjian untuk bertemu.

Saat bel pulang menggema keseluruh sekolah, Uma langsung berlari kedepan untuk mengumpulkan kertas ulangan dan keluar kelas menemui sahabatnya. Kelasnya yang bersebelahan membuat Uma tidak perlu jauh-jauh untuk mencarinya. Tapi sayang, saat sampai di kelas murid yang ada di ruangan hanya tersisa beberapa orang.

“Yog, Risa udah keluar?” tanya Uma pada Yoga yang baru saja akan keluar kelas.

Yoga mengganguk, “Iya tadi, paling masih di parkiran.”

“Makasih, ya, Yog!”

Uma berlari menuju tempat yang Yoga katakan. Parkiran yang masih banyak murid yang akan pulang membuatnya kesulitan mencari sosok Risa. Uma terus mencari, sampai bertanya pada teman yang ia kenal apa mereka lihat Risa atau tidak? Tapi Uma hanya mendapat gelengan, pertanda bahwa mereka juga tidak tau.

Sampai Uma melihat motor Risa yang masih berada di antara motor lain di parkiran, itu berarti Risa belum pulang kerumah, lalu dia dimana?

“Apa di kantin?” gumamnya.

Langkahnya kembali memasuki sekolah, matanya sibuk menatap kesegala arah, langkah kakinya pun di percepat. Saat di kantin, Uma menemukan Risa tengah duduk dan memainkan ponselnya. Uma bernapas lega.

“Sa!” panggil Uma saat sudah berada di dekat Risa.

Risa mendongak, untuk sesaat mata mereka bertemu tak lama Risa kembali bermain ponselnya. Seperti ini bukan Risa yang Uma kenal, bukan lagi Risa yang cerewet dan ceria. Bahkan saat beberapa hari lalu Uma meminta bantuan Ana untuk berbicara pada Risa, Risa bahkan mengatakan dengan keras kalau itu bukan urusan Ana, melainkan hanya mereka berdua.

“Kita perlu bicara.”

“Saya juga enggak ada larang kamu ngomong, tuh? Yaudah cepet! Saya mau pulang.” Risa melipat tangannya didepan dada.

Uma duduk di bangku depan Risa. Matanya terus menatap Risa, yang seakan enggan menatapnya.

“Apa ini soal nama dibuku itu?” tanya Uma to the point.

Risa enggan menjawab.

Uma menghela napas, diam Risa sudah pastinya mengartikan ‘iya'. Kalau cuma soal nama, kenapa Risa tidak langsung menanyakan padanya?

“Oke, Uma akui, Uma pernah suka sama Fajar. Entah itu cuma sekedar kagum atau memang perasaan suka kelawan jenis. Tapi itu dulu, Sa! Perasaanku emang udah ada dari lama, bahkan sejak smp. Tapi sekarang udah beda! Aku udah ketemu sosok laki-laki yang bisa buat aku nyaman!” terang Uma, lalu menghela napas lega. Setidaknya isi hatinya sudah ia keluarkan.

Lanjutnya, “Lagian aku mau fokus ke masa depanku, Sa. Jodoh udah ada yang ngatur!”

Uma menutup matanya, kenapa juga harus bilang kalau ia sudah bertemu laki-laki itu? Setelah ini pasti Risa akan bertanya siapa laki-laki itu. Uma benar-benar meruntuki ucapannya sendiri.

Lain dengan Uma, Risa justru tengah menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Tidak mungkin Uma berbohong, karena selama kenal lama dengan Uma, Risa jarang sekali melihat Uma yang bicara serius seperti tadi. Apa sikapnya memang berlebihan saat ini? Lagi pula wajar kalau Uma suka Faja, ‘kan? Karena memang mereka lebih lama kenal ketimbang Risa.

“Uma ... maaf,” lirih Risa sembari menunduk. Dia menyadari kesalahannya.

Uma tersenyum senang, hatinya sudah lebih lega. Lalu Uma menepuk bahu Risa yang mulai sesegukan. Seperti itulah sahabatnya, Risa akan menangis setelah menyadari kesalahannya.

Istigfar, Sa!”

****
Bersambung...

Assalamualaikum semuaaa akhirnya cerita ini bisa dilanjutkan lagi:)

♡ 03-03-2023. ♡

AZZUMA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang