"Baru balik lo?" Daniel menegur Saka yang tiba lebih telat daripadanya. "Tumben, ekskul?"
"Ya." Saka mengangguk sekali dan mengacir masuk begitu saja.
"Yeuh dasar kulkas!" cibir Dirga.
Dia kembali memandangi cokelat ditangannya lalu menyusul Saka dengan langkah cepat. "Woi! Ka!"
"Apa?" Saka yang baru saja menapaki tangga berbalik menatap kakak keduanya.
"Nih cokelat buat lo." Daniel menyodorkan sebuah cokelat merk terkenal yang tak mendapat respon apapun dari adik bungsunya itu.
"Gak makasih."
Mulut Daniel terbuka lebar melihat reaksi datar yang Saka berikan. "Gue jitak lo lama lama!"
"Jangan teriak teriak, Niel." Dirga muncul dari dapur dengan segelas air putih di tangan.
"Balik lo bang?" tanya Daniel dengan nada meremehkan. "Masih inget jalan pulang?"
"Jaga omongan kamu Daniel." Dirga menyorot tajam atas ucapan tidak sopan yang Daniel berikan.
"Oh maaf tuan maha sempurna," balas Daniel tak acuh. "Paling bentar lagi lo cabut kan? Kalo kata gue sih lo gak ada guna balik ke rumah."
"Daniel!" Dirga menyentak dengan suara lantang yang tak dihiraukan oleh adiknya itu.
Daniel melengos menuju kamar tak memperdulikan Dirga yang emosinya sudah berada di ujung kepala.
Dia berhenti di pintu kamar berwarna biru laut dengan gantungan nama 'Aquila Thaleeta' tangannya menggantung di udara ragu mengetok atau tidak.
Pasalnya hubungan antara Daniel dan Qila tidak sebaik itu. Mereka lebih sering mengisi waktu pertemuan dengan pertengkaran tidak penting. Sebenarnya kapan ya Daniel pernah mengajak Qila berbicara?
tok tok tok
Daniel memainkan kakinya menunggu pintu yang tak kunjung terbuka. Kesal karena menunggu lama akhirnya dia kembali mengetuk pintu dengan keras.
TOK TOK TOK
"Gue dobrak ya kalau gak lo buka sekarang!" ancam Daniel pada akhirnya.
"Woi buka!!"
TOK TOK TOK TOK TOK
"Apa sih berisik! Mau apa hah!" balas Qila tak kalah galak. "Ganggu istirahat orang."
Daniel menyentil dahi Qila kencang dengan wajah kesal. "Gak punya telinga lo dari tadi gue ketok gak dibuka-buka!"
"Bacot!" tukas Qila membuat Daniel kontan melotot.
"Mulut lo kaya gak pernah di sekolahin!" Daniel melotot kaget.
"Kalau gak ada urusan penting mending pergi aku lagi gak mau diganggu." Qila menutup pintu kamarnya yang segera dicegah Daniel.
Daniel mengamati sisa air mata di wajah Qila. "Kenapa lo?"
"Nangis kenapa lo?" ulang Daniel.
"Kepo. Mau apa sih!!?"
"Gue tanya baik-baik malah ngajak ribut mulu lo. Sana masuk gak mood gue liat muka lo." Daniel mendorong Qila kembali ke kamarnya dan membanting pintu itu kencang.
"GAK JELAS!" pekik Qila dari dalam kamar.
"Gak ada yang bener lo semua!" protes Daniel seorang diri.
brak!
Dia menendang pintu kamar Qila menyalurkan rasa kesalnya. Cokelat ditangannya ia buka dan masuk ke mulut sambil sesekali bersumpah serapah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradise (Terbit)
Teen FictionTerbit. Pesan di shopee lovely media. "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri, mendengar perkataan itu tak lagi menimbulkan sakit meski sesek...