Qila merasa tidak enak badan sejak kemarin malam. Tubuhnya menggigil padahal pendingin ruangan sudah dimatikan, seluruh tulangnya terasa linu seperti ditekan dari dalam.
Untuk bangun dari tempat tidur saja rasanya sakit sekali. Qila merenggangkan tubuhnya, matanya terkesiap saat melihat lebam-lebam pada kaki dan ujung tangan.
Hng? Apakah ini bekas terpentok meja saat bersih-bersih kemarin? Tetapi kenapa sampai membekas padahal benturan kemarin tidak terlalu keras.
"Shhh," ringisnya begitu lebam itu ditekan.
Bola mata Qila memutar malas membaca balasan pesan yang muncul dari notifikasi ponsel.
Ayah: ya terima kasih, urusan dikantor msh banyak. nnt sj
Bang Dirga: sorry Qi gue nginep kost temen, bsk kelas pagi
Daniel: gue ketiduran di kost temen, lo lanjutin aja sama yg lain
Saka: gue gk plg.
"Basi."
Kecewa.
Tentu saja tak perlu ditanya. Semangat yang Qila pupuk sejak awal runtuh begitu saja. Akan tetapi, Qila tak memiliki hak untuk marah.
Qila terlanjur menaruh harap yang besar sehingga kecewanya terluka semakin dalam.
Manusia memang mudah untuk kecewa dan Qila terlalu banyak merasakannya hingga mati rasa.
Benar kata Saka semua hal yang Qila lakukan sia-sia. Rumah ini sudah terlalu kacau untuk diperbaiki.
Rasanya terlalu berat bila hanya Qila yang mau berusaha tetapi yang lain memilih putus asa. Padahal keinginannya amat sederhana, keluarga utuh yang normal, yang saling perduli satu sama lain.
Jam digital diatas nakas menunjukkan pukul 05.00 WIB, Qila bergegas bangkit menguncir rambutnya dan bersiap pergi sekolah.
Hari ini dia perlu piket ruangan teater karena sore akan ada jadwal latihan rutin. Qila tak mau menerima cap tak becus jika terlambat hari ini.
"Bi, Qila berangkat duluan ya," pamit Qila pada Bi Iyem yang fokus membuat nasi goreng.
"Neng pagi banget berangkatnya, sama siapa atuh?" tanya Bi Iyem risau.
"Qila udah pesan gojek kok Bi, aku berangkat ya."
Bi Iyem mengangguk, "Nggak sarapan dulu? Bibi bekal kan nasi gorengnya ya neng buat sarapan di sekolah."
Qila menggeleng. "Qila beli aja, Bibi jangan lupa buatin bekal buat Saka."
"Iya Neng," jawab Bi Iyem apa adanya. "Hati-hati atuh ya, semangat belajarnya."
"Siap! Hehe, Qila berangkat dadah bibiiii~"
"Ya allah, kuatkan hati Neng Qila," gumam Bi Iyem sedih.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradise (Terbit)
Teen FictionTerbit. Pesan di shopee lovely media. "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri, mendengar perkataan itu tak lagi menimbulkan sakit meski sesek...