Akbar menggenggam tangan Qila yang bebas dari infus. Dulu, tangan ini begitu kecil, menggemaskan, dan kini sudah menjadi lentikan cantik sekaligus sumber penyesalannya.
Tangan ini lah yang kerap kali menjadi sasaran kemarahannya, ia sering memukul tangan Qila dengan rotan yang ada di loteng rumah, setelah itu mengurung putrinya sampai sehari penuh dengan begitu kejam.
Membayangkan betapa dingin dan kesepiannya Qila selama di hukum olehnya mungkin takkan pernah sebanding dengan penyesalan yang saat ini ia rasakan.
Akbar menyesal, sungguh dan teramat sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradise (Terbit)
Teen FictionTerbit. Pesan di shopee lovely media. "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri, mendengar perkataan itu tak lagi menimbulkan sakit meski sesek...