i wish i could tell someone everything
***
Pop up notification from message
Selamat ulang tahun, ayah
...
Pagi-pagi sekali ayah sudah duduk di meja makan dengan tablet putih di tangan kiri. Mulutnya sesekali menyesap kopi hitam yang selalu menjadi minuman pagi favoritnya.
Qila turun dengan mata lesu, semalam ia tak bisa tidur karena kesakitan, linu di sekujur badan. Melihat punggung tegap ayah dari belakang membuat perasaan Qila menghangat.
"Pagi ayah," sapa Qila seperti biasa.
Ayah melirik kembali fokus pada dokumennya, akhir-akhir ini perusahaan sedang mengurusi proyek besar.
Sehingga ia tak memiliki cukup waktu untuk bersantai, meskipun itu sekedar basa basi saat makan.
"Hari ini ayah pulang cepat?" Qila bertanya pelan. "Ayah gak lupa, kan, ini hari apa?"
"Hari apa?" timpal Daniel yang baru turun.
"Ulang tahun ayah lah," jawab Qila.
Baik Ayah maupun Daniel sama sama tertegun.
"O-oh ya? Haha bener juga hari ini ulang tahun ayah," ujar Daniel.
"Ihhhhh pada lupa ya? Parah banget ngelupain ulang tahu ayah." Qila bersikap seperti biasa, kembali melupakan kejadian semalam sebagai angin lalu.
"Siapa yang lupa gue juga inget kali gak usah ngejek lo."
"Masa," ledek Qila. "Kalo inget gak mungkin kaget pas aku bilang hari ini ulang tahun ayah."
Sial! Daniel tak bisa membantah karena dia memang tak mengingat hal itu sama sekali.
"Woi Saka! Gak sarapan dulu lo?"
Daniel sedikit berteriak melihat Saka menenteng tas sekolah tanpa niatan sarapan bersama.
"Kenapa Ka? Kok buru-buru banget," timpal Qila pemasaran.
"Gak," jawabnya ketus.
"Ih galaknya," keluh Qila di meja makan. "Saka jangan pulang larut! Kita mau rayain ultah ayah!"
Qila mengeluh semoga saja kuping kecil adiknya itu bisa mendengar lengkingan suaranya.
Ayah tertegun melihat punggung Saka yang menjauh dari ruang makan. Anaknya itu bahkan tak melirik sama sekali ke arahnya.
"Hari ini ayah bisa pulang cepet, kan? Kita rayain kecil-kecilan aja. Nanti Qila beli kue dekat sekolah dijamin enak!"
Melihat wajah lesu itu berusaha ceria sedikit menggerakkan perasaan Akbar.
"Harus banget?" tanya Daniel tak acuh. "Gue ada kerkom di rumah temen."
"Kok malah nanya gitu sih?" kesal Qila. "Masa luangin waktu sesekali gak bisa. Ya ayah? Bisa yaaa?"
"Hm tidak janji tapi ayah usahakan."
Mata Qila membulat senang, sungguh keajaiban dunia ayah menjawab dengan nada santai dan mengiyakan ajakannya.
"Beneran? Seriusssss?"
"Ayah, ayah serius kannn? Qila udah terlanjur senang nih."
"Fokus saja pada makanmu, jangan banyak bicara."
Qila mengatupkan bibirnya tanpa melepas senyum senang. Kakinya bergerak pelan dibawah meja. "Yesss," gumamnya senang.
"Nanti aku yang hubungin Bang Dirga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradise (Terbit)
Teen FictionTerbit. Pesan di shopee lovely media. "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri, mendengar perkataan itu tak lagi menimbulkan sakit meski sesek...