Bab VI

49.9K 2.5K 22
                                    

Qila sudah siap dengan pakaian sekolah dan rambut dikuncir atas. Dia memutuskan untuk melupakan perkara kemarin seperti hal yang tidak pernah terjadi.

Masa bodoh dengan protes dari orang tua Inez, Qila tak perlu merasa takut karena dia tidak sepenuhnya salah. Qila tahu jika tindakannya kemarin sangatlah bodoh dan ceroboh.

Tetapi ia tak akan bisa tinggal diam pada siapapun yang mengusik benda berharga miliknya. Apalagi menyangkut bunda.

"Ayo Qila semangat!" Qila menepuk pipi berkali-kali. "Tonjok semua yang jahatin kamu!"

Setelahnya dia terkikik sendiri di depan cermin. Qila bersenandung ringan menapaki satu persatu anak tangga. Suasana hatinya sangat cerah hari ini.

Sudah lama sekali Qila tidak menghabiskan waktu bersama kakak pertama. Semenjak Bang Dirga sibuk dengan dunianya sendiri, Qila sungguh merindukan masa itu. Masa dimana Qila tak perlu khawatir akan apapun.

"Pagi Bi iyem!" Qila memeluk pengasuh yang sudah seperti ibu keduanya itu dengan sayang. "Gimana penampilan Qila?"

Bi iyem mesem dan mengangguk beberapa kali. "Neng Qila mah selalu paling cantik, paling top!" ujarnya memberikan dua jempol.

Qila tertawa dan mengibaskan rambut lebatnya dengan ekspresi bangga. "Qila gitu loh."

"Perih mata gue pagi-pagi," sewot Daniel yang turun dengan rambut basah yang masih acak-acakan.

"Sok asih deh," cibir Qila memutar bola matanya. "Udah yok bi ada penghancur suasana."

"Ngomong apa lo barusan!????"

"Aku bilang ada penghancur suasana, apa? Gak terima?"

"Sini lo gue jitak biar otak lo geser!"

"Gak mau wleeee!" Qila bersembunyi dibalik badan Bi iyem yang sibuk menata makanan di meja makan. "Dasar iblis!"

"Udah ayok sarapan keburu dingin," ajak Bi iyem agar Qila duduk di mejanya.

"Ayah udah berangkat ke kantor bi?" tanya Qila mengamati bangku paling ujung.

"Ya neng pagi-pagi buta bapak dapet telpon ada urusan mendadak." Bi iyem tersenyum singkat sebelum pergi kembali ke dapur.

"Jelek muka lo cemberut gitu."

Qila melotot pada Daniel yang sejak tadi mengajaknya untuk beradu mulut. "Apa sih ikut campur mulu!"

"Cih. Dasar otak udang."

Qila mengabaikan ejekan Daniel begitu melihat Saka turun dengan pakaian rapihnya. "Saka! Ayo sarapan bareng."

Qila melambaikan tangannya mengajak Saka bergabung yang tidak digubris sama sekali oleh kembarannya itu.

"Males," katanya singkat.

"Pffftttt." Daniel menutup mulutnya menahan tawa.

"Kalau gak sarapan bisa sakit perut. Kegiatan kamu juga banyak kan hari ini atau mau dibawain bekal aja?" Qila masih ngotot tak ingin menyerah begitu saja.

"Berisik! Urus urusan lo sendiri." Saka melengos begitu saja dengan tatapan dingin.

"Pffftttt HAHAHAHAHAHA kasian dikacangin." Daniel memeluk perutnya karena tertawa. "Mampus."

"Diem deh!" protes Qila. "Dasar gak peka."

"Huh gue heran apa bener lo berdua anak kembar? Gak ada miripnya sama sekali lagi hahahaha." Meskipun sepanjang menghabiskan nasi goreng miliknya Daniel tak berhenti mengolok-olok Qila, gadis itu tetap diam tak lagi menyahut seperti sebelumnya.

Paradise (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang