Silvia dengan riang langsung menuruni bukit. Kicauan burung mengiringi ketiga bocah selama menuruni bukit. Sesampainya di bawah, Silvia dikejutkan dengan naga dengan bentuk manusia. Dia hanya diam memperhatikan Silvia yang sedang menganga tanpa suara ataupun ekspresi yang jelas sehingga membuat manusia setengah naga tersebut memandang dengan sorot bingung.
"Biasa saja kali." ucap Neko sambil menepuk bahu Silvia.
"Maaf sikap temanku ini yah, Pak." ucap Camelia seketika.
"Oh yah tidak apa-apa." balas manusia setengah naga tersebut, kemudian beranjak pergi.
"Apa itu tadi?" tanya Silvia.
Neko dan Camelia saling tatap.
"Itu namanya Hybrid, naga atau pun hewan lainnya yang berwujud seperti manusia mereka dinamakan hybrid. Dalam jurnal arkeolog bulan biru juga tercatat tentang negeri Hybrid." jelas Neko.
"Oh, berarti kita telah sampai dinegeri Hybrid." ucap Silvia.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju kota. Sesampai di ladang sebelum mencapai balai kota, mereka melihat seorang hybrid kesusahan mendorong grobak yang berisi buah-buahan. Dia nampak tidak kuat untuk menarik grobak tersebut. Akhirnya Camelia dan kedua temannya membantu mendorong grobak tersebut.
"Terima kasih atas bantuannya, ini paman punya sedikit rezeki untuk kalian." kata paman hybrid sambil menyerahkan lima koin.
"Sama-sama paman." balas Camelia dan kedua temannya.
Mereka kembali berjalan di sekitar kota, nampaknya disana juga banyak manusia biasa. Hybrid dan manusia hidup berdampingan di negeri tersebut. Setelah beberapa menit berjalan, Silvia melihat brosur bertuliskan serikat petualang.
"Kita lebih baik ke serikat, kita akan berpetualang secara resmi." ucap Silvia.
"Tentu saja, namun sebelum itu kita harus ke pasar dan membeli beberapa perlengkapan." balas Neko.
Camelia hanya mengikuti arah kemana mereka ingin dituju. Sesampai di pasar, Neko ingin mencari sebuah peta, senjata, dan makanan. Namun seketika ditepis Camelia agar tidak menghabiskan uang tersebut dengan percuma.
"Kita beli peta saja," ucap Camelia.
"Kita belum makan, Mel." ucap Neko dibarengi anggukan Silvia.
"Untuk makan kita akan mencari diluar, setelah kita mendaftar di serikat." balas Camelia.
Mereka pun hanya menuruti kata Camelia. Dia lebih paham hal lebih penting sehingga keduanya tidak ingin mendebatkannya. Mereka membeli peta dan langsung berjalan menuju serikat.
Bangunan tua mirip dengan sebuah gereja di sana banyak orang berkerumunan dengan perlengkapan petualang, ketiga bocah perempuan itu memasuki ruangan dan menuju ke sebuah pelayan yang sedang kosong.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" tawar seorang pelayan perempuan dengan ramah.
Untung pelayan yang manusia, batin Silvia. Dia masih saja canggung dengan para hybrid disekitarnya.
"Kami ingin mendaftar dan mencari misi tertentu." ucap Camelia.
"Baiklah isi formulirnya dan biaya pendaftarannya empat koin, silahkan." ucap pelayan sambil menyerahkan formulirnya.
"Kebetulan sekali koinnya tinggal empat." bisik Neko didekat Camelia.
Camelia pun menyelesaikan formulirnya, Neko berjalan-jalan ke arah papan pengumuman dan beberapa misi yang belum ada petualang ambil. Disana Neko berpusat ke sebuah gambar kapal yang diberi bintang lima. Disana juga terdapat tulisan 'KAPAL NUH' yang berarti misi menemukan sebuah kapal. Neko yang sudah membaca jurnalnya tentang legenda-legenda, dia sama sekali tidak kaget dengan kapal nuh. Dia sudah mengetahui jika kapal nuh adalah salah satu harta mulia yang sangat legenda dan tak ada seorang pun yang menemukannya. Tapi dibalik itu banyak petualang yang sudah berhasil melihatnya dan menghilang setelah melihat kapal tersebut. Itu adalah bagian misteri yang dihindari banyak petualang karena bisa katakan berbahaya, meski tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Camelia kini selesai menyelesaikan formulirnya, dia menghampiri Neko bersama Silvia.
"Kau ambil misi apa?" tanya Neko.
"Kapal nuh." ucap Camelia membuat semua orang terdiam dan menatap bingung Camelia.
"Kau ambil bagian yang paling menyenangkan." balas Neko sambil menyeringai.
"Bukannya kapal nuh hanya dongeng? Kemana kita mencarinya?" tanya Silvia.
"Rahasia. Untuk malam ini kita menginap dinegeri hybrid, besok kita baru memulainya." ucap Camelia.
Mereka pun langsung keluar dari ruangan serikat, beberapa orang membicarakan mereka. Namun menurut Camelia tidak masalah, karena dia tahu kapan harus menanggapi orang lain.
Akhirnya ketiga bocah tersebut keluar dari negeri hybrid dan mencari tempat untuk berkemah, meski tidak jauh dari negeri hybrid mereka harus tetap waspada.
"Lebih baik kita buat disini, disini agak rimbun dan sulit penjahat menemukannya." ucap Neko.
Camelia mulai mendirikan tenda dengan berbahan kain yang dia bawa dari pasar setelah pergi dari negeri hybrid. Begitu juga Silvia, dia membawa bekas besi kecil sangat banyak didapat dari bekas pedang-pedang buangan.
"Hahaha, kalian hebat bisa membuat barang dari bahan buangan begitu." ucap Neko meledek.
"Lebih baik kita beristirahat, besok kita akan memulai perjalanan." ucap Camelia.
"Biar aku yang jaga malam ini, kalian tidur saja." ucap Neko.
Malam mulai tiba, mereka melupakan api unggun untuk penghangat tubuh. Akhirnya Neko memutuskan untuk mencarinya, dia juga kelaparan karena belum makan. Kemungkinan kedua temannya juga sedang lapar, hanya saja mereka menahannya.
Lebih baik mencari tidak jauh dari sini. batin Neko.
Neko akhirnya mengumpulkan kayu dan membakarnya, tidak begitu dan tidak begitu kecil apinya. Untuk berjaga dari penjahat yang melihat mereka lengah dan juga hanya untuk penghangat dinginnya malam.
Setelah api dibuat, Neko dengan kecepatan geraknya dia segera masuk kedalam hutan kembali untuk berburu. Di negeri hybrid sangat sulit mencari hewan buruan. Neko tidak menjumpai satu pun hewan, akhirnya dia pergi ke sungai untuk mencari ikan. Sesampai di sungai dia melihat banyak ikan, tidak tunggu lama Neko membuat jebakan ikan.
Semoga ini cepat, sambil menunggu lebih baik aku mencari buah-buahan. batin Neko.
Tidak jauh dari sungai dia melihat buah Kersia, buah yang mirip dengan jeruk namun berwarna ungu berbentuk hati. Dia mengumpulkan lumayan banyak, tidak sengaja dia juga melihat kelinci hitam dengan bola mata biru. Tanpa tunggu lama Neko menghabisi kelinci tersebut dengan cepat, mendapatkan dua ekor.
Selang beberapa menit, dia kembali mengambil hasil tangkapan ikan. Beruntungnya dia berhasil mendapatkan banyak.
Sesaat kembali ke perkemahan, keadaan masih normal. Dia segera membuat makanan, dengan membakar ikan dan membuat sate kelinci hitam. Tak sadar jika Rabbit berada di dekatnya.
"Wehehehe, jangan marah bray. Ini kelinci hitam dengan bola mata biru, ini bukan sekutumu." ucap Neko salah tingkah.
Rabbit hanya menggelengkan kepala dan kemudian memberi jempol hebat ke Neko. Sebenarnya kelinci hitam bola mata biru adalah makanan favorit si rabbit jenis prajurit tersebut.
Ternyata kanibal juga nih hewan, mengerikan. batin Neko.
Selesai membakar makanannya, Neko membangunkan kedua temannya.
"Woi bangun, makan dulu habis itu lanjut tidur lagi." ucap Neko membangunkan keduanya.
Mereka pun terbangun dan kaget ada banyak sekali makanan di depan mereka. Neko tertawa kecil. Rabbit sudah makan terlebih dahulu. Yang tidak bisa bangun hanya burung pither. Mereka bertiga menghabiskan malam dengan damai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archaeologist : Mysterious in island dragon
Mystery / Thriller[ Update Kalo Sempat ] ~ ON - GOING~ Seorang gadis Arkeolog yang tidak sengaja ditinggal sendiri dalam sebuah pulau misterius, dan kini dia harus menemukan orang tuanya yang telah diculik arkeolog jahat. Misteri demi misteri harus dia lewati, da...