11 - Hutan Naga Kupu-kupu

28 10 9
                                    

"Tempat yang menenangkan." ucap Camelia.

Mereka berjalan pelan ke tengah padang bunga. Mereka melihat jenis kupu-kupu yang beragam dan bentuk naga yang juga bervariasi. Camelia dan teman-temannya memperhatikan  pohon besar yang berdiri di tengah-tengah padang bunga tersebut. Pohon tua berdaun orange, ditambah apel-apel merah bergelantungan.

"Ayo kita kesana." ajak Silvia.

Sebelum Silvia melangkah dengan cepat, sosok naga kupu-kupu dengan zirah daun mendarat dengan cepat di depan Silvia. Naga kupu-kupu raksasa itu menatap Camelia dan yang lain. Camelia dan teman-temannya pun tercengang. Mereka merasakan bahaya akan datang jika menyerang naga tersebut.

"Ada perlu apa manusia kesini?" tanya Naga penjaga tersebut.

"Wah! Bisa bicara!" teriak Silvia antusias.

"Tenang, tenang, tenang. Kita bertiga kesini berniat melihat kondisi hutan ini. Ada penjahat dari bangsa kami yang sedang merencanakan hal jahat dengan hutan ini." jelas Neko tiba-tiba.

Naga tersebut memasang raut wajah tidak mengerti. Namun sesaat mereka sedang menjelaskan, raungan Seekor Griffin terdengar dari langit.

"Mereka?!" ucap Silvia sambil melihat seseorang yang menaiki Griffin diudara sambil dikelilingi burung rajawali merah.

Naga penjaga tersebut segera meraung tanda bahaya. Beberapa naga penjaga lain mulai berdatangan. Burung rajawali merah menyemburkan api, para naga kupu-kupu disekitar seketika berhamburan untuk menyelamatkan diri. Keadaan mulai sangat kacau, para burung rajawali merah itu menyembur ke berbagai arah hingga kebakaran padang bunga tersebut.

"Kita juga harus mencari tempat aman." ucap Camelia.

Silvia seketika melihat bunga tulip hujan. Dia sempat jongkok dan mengambil dengan cepat, memasukkan ke tas cangkang kura-kura. Saat keduanya sedang berlari, Rabbit menarik baju Neko memberitahu bahwa Silvia masih di tengah padang bunga.

"Dasar maniak herbal!" ucap Neko kesal.

Neko menarik baju leher belakang Silvia, dia terseret dengan kencang karena Neko langsung berlari. Untung tubuh Silvia sangat kecil dan ringan. Para naga kupu-kupu kini bersembunyi di hutan belantara, sedangkan para naga penjaga bertarung melawan arkeolog rajawali di udara.

Camelia dan teman-temannya berhasil bersembunyi, Rabbit langsung menaiki pohon dan berdiri diujung. Rabbit melihat seekor naga kupu-kupu berwarna emas keluar dari pohon yang ditengah padang, sambil membawa kristal dengan bentuk kompas. Dengan segera Rabbit turun dan memberi tahu ke Neko dengan bahasa tubuh hewan yang bisa Neko pahami.

Neko segera memanjat pohon, sesampai diatas Silvia yang dari tadi sibuk dengan bunga tulip hujan, dia berhasil meracik nya dan melempar ke atas untuk ditangkap Neko.

"Gunakan itu, pelurumu bisa memunculkan hujan deras." kata Silvia.

"Sudah tahu." jawab Neko.

Neko memutar tulang revolusioner sambil membayangkan senjata sniper terbaik. Selang beberapa menit tulang tersebut membentuk sniper dan proses pembentukannya bagaikan transformer. Neko memasukan sedikit bubuk bunga tulip tersebut.

Membidik api yang yang menghalangi jalan naga kupu-kupu emas tersebut, tembakan demi tembakan berhasil membuat jalan keluar untuk naga tersebut. Namun dari kejauhan Doggy dari arkeolog rajawali tersebut juga menembakkan sniper, sayangnya meleset dan hanya menggores pipi Neko.

"Berani juga kau." geram Neko.

Neko mengganti pelurunya dengan darah di jarinya yang dia gigit.

"Jangan salahkan aku kalau kau depresi." ucap Neko sambil membidik Doggy.

Archaeologist  : Mysterious in island dragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang