21 - Pohon Paramecia

16 5 2
                                    

"Kalian mau sampai kapan tidur," ucap Lilith yang sudah bangun lebih awal dan merapikan peralatan yang berantakan.

Camelia dan Silvia akhirnya bangun, Mereka segera bersiap-siap. Pagi yang cerah juga membangunkan Neko yang tidak sadar dirinya tertidur di atas pohon. Camelia dan yang lain berkumpul diruang tengah, kecuali Neko. Dia sudah berada diluar dengan peralatan yang biasa Neko bawa. Tiba-tiba Camelia melihat sebuah batu berbentuk persegi, dia juga melihat tulisan kuno dibatu tersebut.

"Kau yang membawa batu ini?" tanya Camelia ke Silvia.

"Bukan," ucap Silvia "Coba tanya ke Lilith."

Lilith dari jauh hanya menggelengkan kepala pertanda tidak tahu apa-apa. Kini Camelia menyimpan batu tersebut ke dalam tas. Mereka segera keluar dari rumah bawah tanah dan menghampiri Neko.

"Tujuan kita ke pohon paramecia bukan?" tanya Neko memastikan.

"Iya," jawab Camelia "Kau yang tahu jalannya kan?"

Mereka akhirnya berjalan mengikuti Neko, karena saat misi sayap Vibrava Neko tidak sengaja menemukan jalan menuju pohon paramecia meski tertutup sebuah bukit. Berjalan cukup lama, mereka akhirnya berhenti di sebuah area yang dekat dengan air terjun.

"Kita berhenti sejenak disini, kita sarapan dahulu sebelum kita dibuat sarapan sama monster pulau ini." kata Camelia sambil membuka tas.

"Woi.. Candaanmu ngeri banget cuy." bantah Silvia.

Mereka akhirnya makan bersama, tidak terasa hari mulai panas. Lilith dan Neko menyadari ada binatang berbahaya disekitar.

"Kau merasakannya bukan?" tanya Lilith ke Neko.

"Teman-teman! Ada kupu-kupu dalam rawa ini," ucap Silvia yang memandangi kupu-kupu yang berenang kesana kemari dengan sayapnya.

"Varurona," kata Lilith.

Varurona adalah kupu-kupu perenang dan kadang terbang ke permukaan hanya untuk mengambil nektar bunga teratai.

"Bukannya setiap ada kupu-kupu pasti ada binatang suci?" ucap Silvia yang mencari keberadaan binatang lain.

"Disana," tunjuk Camelia.

Seekor burung elang hitam raksasa yang sedang tertidur, dilihat dari jauh elang tersebut juga memiliki kemampuan unik meski belum bisa dipastikan.

"Itu Ospark, namun sepertinya dia jenis yang bisa mengendalikan petir. Lebih baik kita tidak membangunkannya." kata Neko.

"Biarkan ini urusan nanti, kita lanjutkan perjalanan ke pohon paramecia dulu." kata Camelia yang mulai berjalan dahulu ke arah pohon raksasa paramecia.

Mereka berjalan lebih jauh lagi dan tiba di sebuah pepohonan yang pendeknya setinggi badan manusia. Disana terdapat banyak sekali burung unta yang sedang memakan buah dari pohon-pohon sekitar. Silvia mencoba memetik satu buah dan langsung memakannya. Ketiga temannya melihat dengan ekspresi penasaran.

"Ini aman, dan enak dimakan." ungkap Silvia sambil terus memakan buahnya.

Meski mereka penasaran, namun mereka memilih tidak makan. Buahnya mirip dengan buah leci tetapi ukuran lebih besar. Kini yang memakan buah hanya Silvia dan Rabbit. Tidak lama mereka sampai di pohon raksasa yang menjulang tinggi ke langit. Lilith maju untuk memastikan batang pohon paramecia dengan belencongnya. Ternyata batang pohon tersebut teramat kuat hingga membuat Lilith terpental.

Rabbit yang penasaran langsung menerjang pohon tersebut dengan pisau tajamnya, tetapi tetap saja terpental dan hanya berbekas goresan kecil di pohon tersebut. Neko dari kejauhan mencoba menembak, ternyata masih bisa ditembus hingga ke dalam pohon.

"Bentar! ukuran pohon ini sudah tidak wajar, ditambah percuma jika memotong batangnya. Lebih baik potong yang bagian ranting." saran Camelia.

Mereka semua langsung melihat ke langit. Seketika menghembuskan nafas pasrah.

"Kita saja tak melihat rantingnya, hanya batang yang terus menjulang ke atas!" ungkap Neko.

"Kita harus bisa terbang dan baru mencari ranting, belum lagi kita harus memotong ranting yang mungkin sangat keras." ucap Silvia.

"Sebaiknya kita tidak perlu ribut dulu, karena disini sangat sejuk dan nyaman suasananya mending kita buat tenda dan camping." usul Lilith.

Tanpa basa basi Lilith langsung mengeluarkan tendanya dan mendirikan seorang diri. Neko dan Silvia akhirnya ikut mendirikan satu tenda lagi. Camelia berjalan-jalan disekitar pohon untuk mencari cara agar bisa mencapai ranting pohon paramecia.

Kalau tidak salah disekitar hutan ini ada aliran sungai, karena barusan ada air terjun. Mungkin aku harus coba kesana, batin Camelia.

Silvia dan lainnya menyiapkan makanan dan cemilan di depan tenda mereka, mereka mempercayakan misi kayu pohon paramecia ke Camelia. Dia yang paling hebat mencari cara dalam hal sulit. Camelia berjalan tidak jauh dari tenda mereka, ditemani Rabbit dan Pither.

"Disini sungainya," ucap Camelia yang   telah sampai di tepian sungai.

Tidak disangka Camelia menemukan sebuah pondok rumah tua yang sudah usang. Dia menghampiri pondok tersebut. Disamping pondok terdapat keranjang raksasa dan beberapa kain besar yang menyangkut dipohon yang tinggi.

"Ini, balon udara!" ucap Camelia antusias.

Camelia segera mengecek kondisi balon udara dan perapian serta perlengkapan didalam pondok tua. Banyak barang yang tua tapi masih berkualitas untuk dipakai.

"Lebih baik aku segera memberitahukan teman-teman," kata Camelia.

Camelia kembali ke tenda, namun sesampai disana Camelia langsung di hidangkan makanan.

"Makan dulu, mikir juga butuh energi. Lebih baik makan saja dulu," ucap Lilith.

"Wah, Mie Jamur." tanpa lama Camelia segera duduk dan mulai makan.

Rabbit dan Pither mendekati Neko, mereka memberitahukan sesuatu yang mereka temukan dengan bahasa binatang. Neko terkejut, dia segera menyiapkan diri  dan membawa tulang revolusioner.

"Balon udara biar aku yang urus, kau istirahat dulu saja." kata Neko.

"Balon udara?!" serentak Silvia dan Lilith.

Camelia segera menelan mie yang di mulutnya "Kita sama-sama kesana, karena masih banyak yang harus kita perbaiki."

Selesai Camelia makan, mereka mengemasi tenda dan berjalan menuju rumah pondok tua dekat sungai. Tiba di sana mereka dibuat kaget karena di atap genteng pondok tua, sosok naga putih besar berbulu sedang berdiri.

"Naga angsa?" ucap Silvia.

Camelia tanpa menunggu lama, segera mengeluarkan buku gambarnya dan menjinakkan naga angsa tersebut. Tidak lama naga angsa turun dari atap dan berjalan santai menuju samping rumah tersebut. Camelia mendekati naga tersebut dan mengelus, ternyata naga angsa berhasil dijinakkan. Mereka akhirnya mengecek segala sesuatu disekitar.

"Kita hanya bisa terbang besok, untuk sekarang kita perbaiki balon udara tua ini dan kita mendirikan tenda lagi disini untuk bermalam." kata Neko.

Mereka segera membagi tugas, Camelia membersihkan keranjang balon udara bersama Lilith. Silvia mendirikan dua tenda sendirian, sedangkan Neko memanjat pohon untuk mengambil kain balonnya yang  sangat besar. Mereka memperbaiki hingga sore hari.

"Sepertinya balon udara bisa digunakan besok, untuk alat pemotong ranting kita sudah ada gergaji mesin dari pondok tersebut. Nanti malam kita harus benar-benar istirahat dan besok kita bisa memulai menuju langit." kata Camelia memberi semangat.

Malam tiba, Camelia dan yang lain makan malam lalu langsung tertidur. Tugas penjagaan dilakukan Rabbit dan Pither. Karena Camelia rasa tempat sekitar sangat aman dari binatang buas ataupun sesuatu yang berbahaya, ditambah ada seekor naga angsa yang tidur di depan tenda mereka.

Archaeologist  : Mysterious in island dragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang