20 - Sayap Vibrava

17 4 5
                                    

"Aku harus menyelesaikan ini dengan cepat. Tidak sabar untuk bersantai di atap pohon besar itu." ucap Neko sambil menghayal pohon besar yang ada di atas rumah bawah tanah mereka.

Pither tiba-tiba menepuk pundak Neko  dengan kakinya pertanda ada sesuatu. Neko langsung mewaspadai sekitar. Monster atau binatang buas mungkin sedang mengincarnya, Pither selalu menepuk pundak Neko jika melihat hewan yang berbahaya.

"Kau yakin pither ada sesuatu disekitar?" ucap Neko yang tak kunjung melihat apapun disekitarnya.

Neko merasakan kehadiran makhluk besar sedang berjalan kearahnya. Dia langsung bersembunyi dibalik pepohonan, sesosok beruang besar kini berdiri ditempat Neko berdiri tadi.

Wah, sangat besar. batin Neko yang lega karena terhindar bahaya.

Saat beruang itu berjalan pergi, Neko kembali melanjutkan perjalanan. Pither tiba-tiba menepuk kembali pundak Neko. Dia segera kembali bersembunyi. Entah dari mana sekumpulan binatang Hyena berlari terbirit-birit. Neko kembali berjalan lagi setelah para Hyena pergi. Pither sekali lagi menepuk pundak Neko. Kini Neko mulai kesal.

"Sebenarnya sial apa yang menimpa ku hari ini sih?" ucap Neko yang terus harus bersembunyi.

Namun kini Neko bertekad menghadapinya. Karena perjalanan yang terganggu oleh binatang-binatang yang lalu lalang disekitar. Neko memutar tulang revolusioner dan kini berbentuk sniper.

"Baiklah, binatang apa sekarang yang ingin menghalangi ku." kata Neko yang penasaran.

Pither yang takut segera terbang dan bersembunyi di pepohonan yang tinggi. Sesosok gorila merah dengan kepala beruang sedang menatap Neko. Binatang tersebut tiba-tiba terdiam saat melihat Neko.

Aku ketemu lawan yang salah, batin Neko.

Neko mulai mengeluarkan keringat, dia sadar jika binatang itu sangat berbahaya. Binatang itu meraung ke arah langit sambil mengeluarkan api berwarna biru kehitaman.

"Wahhh!!" teriak Neko yang kemudian lari dengan kencang untuk menjauhi gorila merah tersebut.

Sayangnya gorila merah langsung melompat tinggi dan jatuh tepat didepan Neko, karena sudah dicegat Neko langsung memutar balik tubuhnya dan kembali berlari.

"Apa ada cara mengalahkan makhluk abnormal itu?" ucap Neko sambil berpikir keras.

Seketika teringat dengan serangga Vibrava. Cuma makhluk itu yang bisa mengalahkan binatang tersebut. Vibrava sendiri adalah nyamuk yang berukuran sebesar tikus dengan sayap berbentuk diamond atau wajik, berkemampuan suara ultrasonik tiga kali lipat dari kelelawar.

"Langsung pergi ke sarang mereka." kata Neko menambah laju larinya menuju sarang Vibrava.

Akhirnya Neko sampai didepan gua tempat tinggal Vibrava tersebut. Neko menembakkan ke lorong gua dan bersuara keras, tepat gorila merah mulai terlihat. Neko segera bersembunyi di sekitar depan gua. Kini gorila merah berhenti di depan gua dan Vibrava seketika berbondong-bondong keluar. Vibrava mengepung gorila merah dan langsung menyerangnya dengan suara gema yang tinggi. Neko segera menutup telinga rapat-rapat, gorila merah langsung tumbang. Para Vibrava berebut menyedot darah gorila merah tersebut.

"Kesempatan bagus." ucap Neko.

Dia mengincar para Vibrava yang sedang asik dengan buruan mereka, dengan sniper tulang revolusioner satu persatu Vibrava tertembak dan mati. Sisa Vibrava langsung kembali ke sarang untuk menyelamatkan diri. Pither terbang hinggap dipundak Neko, Neko pun berjalan menuju bangkai gorila dan mengambil beberapa tetes darah serangga Vibrava untuk di oles di tulang revolusioner.

"Kita coba tembakan baru." kata Neko memutar tulang revolusioner.

Tembakan tersebut berbentuk seperti terompet, Neko segera menutup telinga dengan daun dan pither segera terbang menjauh dari Neko.

Winggg!! Winggg!! Winggg!!
Suara gema ultrasonik masuk kedalam gua dan Vibrava yang ada didalam semua pingsan. Neko mengisyaratkan pither untuk mencari tali untuk mengikat sayap-sayap Vibrava. Neko melangkah masuk ke sarang Vibrava.

"Ternyata sarang mereka hanya lubang-lubang di gua." ucap Neko.

Neko dibuat kaget karena melihat sebuah ukiran batu persegi ukuran kecil, dan terdapat tulisan huruf kuno yang tidak dapat Neko mengerti. Akhirnya Neko mengambilnya di tembok paling ujung. Sambil mengambil darah Vibrava yang dimasukkan ke botol kaca yang dia minta dari Silvia untuk dibuat amunisi senjatanya, dari pada memakai darahnya sendiri terus.

Sudah banyak mengumpulkan sayap Vibrava, pither juga membawa tali yang cukup panjang. Mereka kini berjalan untuk kembali ke pohon penginapan.

"Misi sukses yah pither." ucap Neko ke burung pelatuknya.

Saat berjalan kembali Neko melihat sebuah truk besar parkir tidak jauh dari tempat Vibrava tersebut. Neko sempat melihat orang-orang sedang membawa sesuatu di balok besar kayu. Sesaat melihat ternyata berisi tembakan-tembakan yang teramat berbahaya bagi binatang ataupun makhluk lain.

"Apa yang mereka rencana?" pikir Neko yang penasaran.

Setelah beberapa lama ada seseorang yang sedang melakukan transaksi, ternyata mereka sedang transaksi gelap persenjataan yang dilakukan teroris kelas kakap. Neko kini geram, dia berniat untuk gaduh dan membuat keributan.

"Pither, kembali lah dulu ke pohon." perintah Neko ke burung pelatuknya.

Neko memutar tulang revolusioner, dia juga meneteskan darah gorila merah yang tadi tersisa di depan gua. Tulang revolusioner berubah menjadi tembakan grand. Tanpa basa basi Neko menembak membabi-buta dan menumbangkan beberapa orang ditempat. Setelah mereka sadar sedang diserang, mereka mengambil tembakan dan menyerang balik Neko. Sayangnya Neko berhasil kabur, Neko juga menjaga jarak dari para teroris.

"Sekarang serangan jarak jauh." ucap Neko dan mengganti tulang revolusioner ke bentuk sniper.

"Sepertinya hari mulai gelap, aku selesaikan ini lalu pulang." kata Neko mulai menembaki para teroris.

Para teroris tidak dibuat mati melainkan depresi tingkat tinggi, dan beberapa dari mereka mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri atau menembak senjatanya ke tubuh sendiri.

"Waduh, ini sudah ke tingkatan yang menyeramkan. Lebih baik sudahi saja." kata Neko dan melangkah pulang.

Ternyata diperjalanan pulang Neko justru dihadang truk para penjual senjata ilegal tersebut, mereka siap dengan persenjataan dan beberapa sniper juga sudah mengarahkan bidiknya ke arah Neko.

"Wah, gawat juga sekarang." kata Neko yang terpojok.

Karena Neko membawa darah gorila merah, para kawanan gorila merah tiba-tiba muncul disekitar mereka.

"Hahaha, bantuan datang. Selamat tinggal!" ucap Neko dan berlari kabur ke arah yang lain.

Saat para teroris akan menembak, seekor gorila merah meloncat ke arah mereka dan memporak-porandakan truk dan para teroris. Kekalahan mereka sangat telak. Neko tidak lupa meninggalkan bekas darah gorila merah yang dia ambil dan kini Neko berhasil sampai di pohon penginapan.

Neko terkejut karena Camelia dan Lilith sudah sampai lebih dulu. Mereka sedang bersiap untuk makan malam.Wajar Neko terlambat karena habis bermain dengan teroris yang dia temui. Camelia dan teman-temannya mulai cerita bergantian tentang yang terjadi hari ini.

"Besok kita mulai pergi ke pohon paramecia, persiapkan tubuh dan mental kita agar tetap kondusif."

Silvia mengeluarkan sesuatu dari dalam karung dompetnya, sebuah koin yang sangat banyak membuat Camelia dan yang lain tidak menduga.
Camelia pun tidak mau kalah, dia mengeluarkan sebuah cangkang bulat  bertekstur kaca tebal yang dia ambil dari katak yang dipinggir sungai.

Neko yang tidak membawa apa-apa sedikit bingung dan dia memilih untuk keluar dari rumah bawah tanah, kemudian memanjat pohon besar hingga ke ranting paling tinggi sambil melihat bulan purnama dan bintang-bintang. Dia juga melihat pohon besar yang menjulang tinggi.

"Ternyata pohon paramecia sangat amat besar." kata Neko.

Archaeologist  : Mysterious in island dragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang