12 - Flower Blossom

25 7 24
                                    

Camelia dan teman-temannya pun akhirnya ikut membersihkan padang bunga yang rusak. Tidak berselang lama, senja pun menyapa. Mereka semua beristirahat, Camelia dan teman-temannya mendirikan tenda di bawah pohon milik ratu naga kupu-kupu.

"Mel, kita bakal membuang waktu kita disini." ucap Neko tiba-tiba.

"Menurutku tidak apa-apa jika hanya sehari, sedangkan setelah ini kita akan pergi lebih jauh lagi dan tidak kembali kesini sampai misi kita berhasil." ucap Camelia sambil menundukkan kepala.

Silvia diam-diam keluar dari tenda, dan berjalan menuju hutan. Namun kali ini dia ditemani Pither dan Rabbit.

"Hahaha, kalian binatang yang baik. Mau menemaniku mencari rempah-rempah." ucap Silvia bangga ketika sudah masuk hutan.

Karena kau manusia paling lambat, tanpa penjagaan habis sudah nyawa kau, dasar merepotkan. batin Rabbit.

Malam yang dingin dan kabut dihutan mulai menebal, Silvia masih terlihat tenang. Meski dia tidak membawa tas cangkang kura-kura dan perlengkapan herbalnya.

"Wah, bunga Gladiol. Mungkin ini bagus untuk ditanam di padang bunga itu." ucap Silvia dan memetik bunga Gladiol kecil yang belum mekar.

"Kau tahu rabbit, kenapa bunga ini aku bawa begitu saja? Karena apapun tanaman yang mati, kini aku memiliki obat untuk menghidupkan kembali." ucap Silvia sambil masih mencari tanaman lain.

Kini Silvia sampai di sebuah air terjun yang lumayan tinggi. Dia melihat bunga Kitolod, meski bunga itu sebenarnya di perkampungan dan hutan sudah biasa ditemukan. Namun Silvia menemukan Kitolod jenis spesial, yaitu Kitolod pembeku. Bunganya sangat dingin dan berwarna biru muda.

"Ah, sepertinya sudah cukup. Ayo kita kembali." ucap Silvia ke Rabbit.

Phiter tiba-tiba terbang membawa bunga yang kini hampir punah. Bunga Gastera, namun Gastera ini jenis artefak. Gastera berwarna hitam yang Silvia sebut Gastera pemakan bayang. Akhirnya Silvia mengambil beberapa bunga Gastera untuk dijadikan bubuk senjata.

Setelah menjelang fajar, Silvia sudah terbangun lebih awal dan mulai melihat bunga-bunga yang dia petik dan akan mereka tanam di padang bunga.

"Bunga Adas, Snowdrop, tulip hujan, Yarrow, Gladiol, Gastera." kata Silvia yang masih merapikan bibit-bibit yang dia ambil.

"Wah, kau bangun lebih awal." ucap Camelia yang baru saja bangun.

Neko yang berjaga semalaman kini masih tertidur pulas. Mereka berdua keluar dari tenda dan disambut para naga kupu-kupu penjaga yang rata-rata sudah pulih. Sang ratu naga kupu-kupu pun terbang menuju pundak Camelia.

"Apakah kalian siap!" teriak Silvia menggema.

"Siap!" Seru para naga kupu-kupu.

Mereka pun memulai menanam bibit bunga, ditambah Camelia menjinakan tikus tanah untuk mencari pupuk dari kotoran naga tanah. Mereka menanam hingga tidak terasa terik matahari membuat mereka kelelahan dan bercucuran keringat.

Mereka semua memutuskan untuk istirahat sejenak. Kini Silvia menanam bibit semangka dan dia langsung memberikan bubuk pertumbuhan dekat pohon istana ratu naga kupu-kupu. Tidak disangka bubuk pertumbuhan bagaikan sihir, batang semangka menjulur panjang memutari pohon besar dan beberapa semangka tiba-tiba membesar dan siap langsung panen.

"Kau bisa pakai sihir?" tanya Camelia terheran-heran.

"Mana ada sihir, semua bisa dijelaskan dengan Saint. Tergantung kau mengolahnya." jawab Silvia sedikit berlagak sombong.

Mereka semua memetik semangka dan memakan bersama-sama, Neko yang masih tertidur pun bangun karena mendengar keramaian diluar.

"Kalian curang, tidak mengajakku." ucap Neko.

Silvia melempar semangka kecil ke arah Neko. Neko yang masih setengah sadar, dia mengambil tulang revolusioner dan menembak semangka dengan shotgun hingga hancur dan air semangka membasahi wajahnya.

Neko seketika kaget terbangun dan sadar seratus persen."Wah, kelakuanmu, Sil." ucap Neko kesal.

Silvia hanya mengacungkan dua jari sambil kemudian kembali memakan semangka. Camelia dan yang lain hanya tertawa.

Akhirnya Neko ikut makan semangka bersama. Setelah selesai acara makan semangka, mereka semua kembali melanjutkan pekerjaan menanam bibit bunga. Tidak berselang lama, matahari mulai menampakan warna orange nya. Pertanda waktu senja tiba.

"Tempat disini nyaman juga." ucap Silvia tiba-tiba.

"Besok kita harus kembali meneruskan perjalanan." jawab Neko.

Silvia yang sedang asik menyiram bibit bunga, dia tidak sengaja melihat bunga merah kecil di belakang pohon istana ratu naga kupu-kupu. Karena ini Silvia, dia juga mau memberikan bubuk pertumbuhan namun tidak sengaja Silvia menjatuhkan terlalu banyak.

Aman? Oh aman. batin Silvia sambil celingak-celinguk.

Silvia segera menyiram dengan air agar bubuk tersebut larut masuk kedalam tanah. Setelah selesai, Silvia kembali ke rombongan.

"Weh! Weh! Weh! Tanahnya bergetar?" ucap Neko kaget karena getaran tanah bagaikan gempa.

Salah satu naga kupu-kupu penjaga melihat seekor naga tanah dengan bentuk seperti Kura-kura dan cangkang tersebut mekar sebuah bunga Raflesia raksasa.

"Naga jenis baru?" kata Camelia dengan tatapan takjub.

Setelah semua dibuat kaget, seekor naga kupu-kupu berwarna emas terbang ke depan naga tanah tersebut.

"Ratu?" ucap salah satu naga kupu-kupu penjaga.

Seketika semua tercengang melihat naga tanah tersebut memberi hormat dengan menundukkan kepala didepan ratu naga kupu-kupu.

Sebuah cahaya kecil berwarna hijau berterbangan dari punggung naga tanah tersebut, dan masuk ke dalam bibit bunga yang mereka tanam dari pagi.

"Itu sihir?" ucap Silvia kagum.

"Katamu tidak mungkin ada sihir dan bisa dijelaskan dengan saint. Gimana sih?" cetus Camelia.

Seketika hari sudah gelap dan bunga-bunga tiba-tiba mekar serempak. Semua menikmati harum dan keindahan malam di tengah padang bunga dihiasi bulan purnama yang bersinar terang.

Para Lampurp juga mulai berdatangan, namun mereka menghindari kontak sentuh dengan makhluk hidup disitu.

Setelah menikmati keindahan padang bunga di malam hari, mereka semua segera kembali ke sarang mereka masing-masing. Camelia dan yang lain pun masuk ke tenda.

"Sepertinya kita harus membuat jurnal perjalanan kita ini, kemungkinan kita juga bakal jadi petualang hebat seperti mereka." ucap Camelia sambil melihat isi buku jurnal arkeolog kristal.

"Aku punya jurnal kosong. Yah, sebenarnya ingin ku buat tulisan resep ramuan herbal. Tapi setelah dipikir-pikir, aku tidak perlu menulisnya karena sudah begitu hafal semua resep dan jenis tanaman." kata Silvia.

"Yah, kita ukir sejarah untuk generasi petualang selanjutnya. Meski kita pemula, tapi beda orang beda cerita. " kata Neko.

Mereka semua akhirnya tertidur. Pagi hari yang ditunggu untuk kembali berpetualang menanti ketiga gadis pemberani kini telah bersinar.

Camelia dan yang lain bersiap-siap, berkemas dan juga membersihkan diri di air terjun dihutan ketika Silvia menemukan bunga kitolod. Mereka didampingi naga kupu-kupu penjaga agar tetap aman.

"Setelah ini kalian akan ku antar menuju sebuah tempat bersejarah." ucap ratu naga kupu-kupu tiba-tiba.

Camelia dan yang lain bingung, karena selama ini mereka pikir sang ratu belum lancar berbicara bahasa manusia.

"Kita akan diajak kemana?" tanya Camelia.

"Reruntuhan kuno." jawab ratu.

Ratu segera terbang dan naik ke pundak Camelia. Mereka tiba-tiba disuruh untuk naik ke punggung para naga kupu-kupu pekerja. Akhirnya Camelia dan yang lain dibawa terbang ke tempat yang disebut reruntuhan kuno.

Archaeologist  : Mysterious in island dragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang