29 - Arsenix vs Succimer

24 3 1
                                    

Silvia dan Neko tengah mencari sesuatu yang mereka inginkan masing-masing, namun ditengah perjalanan Neko bertemu Silvia.

"Belum ketemu juga barangnya?" tanya Neko.

"Iya belum, mending kita makan dulu bentar di kedai itu." ucap Silvia sambil menunjukkan kedai bubur roti.

Mereka berdua berjalan menuju kedai roti dan masuk kedalam kedai tersebut. Di dalam kedai terlihat lumayan ramai, ditambah bau roti dan bubur membuat perut mereka semakin keroncongan.

"Yuk kita pesan." kata Silvia.

Neko segera mencari tempat duduk yang pas untuk mereka berdua, Neko memilih di pojok ruangan dan Silvia seketika menyusul Neko selesai memesan.

"Kira-kira petanya sudah ketemu tidak ya?" tanya Neko ke Silvia.

"Kemungkinan sih sudah, mending kita nyari barang yang kita butuhkan dulu baru peta." jawab Silvia.

Tidak beberapa lama pesanan mereka pun datang, dua mangkuk bubur dan 2 helai roti tawar telah tersedia di meja mereka. Saat Neko hampir memakannya, Silvia mencegahnya. Silvia melihat sebuah kilau kecil di bubur dan roti tersebut. Warna metal lebih tepatnya, namun sangat kecil dan tidak mungkin orang biasa dapat menyadarinya.

"Ada apa? Aku sudah lapar." ucap Neko.

"Makanan ini berbahaya." kata Silvia.

Silvia melihat keadaan sekitar, yah meski jarak antar pembeli lain cukup jauh tetapi Silvia menyadari di bubur dan roti mereka terdapat bercak metal aneh.

"Apanya yang bahaya? Tidak ada senjata tajam atau apapun di makanan ini." ucap Neko sedikit pelan.

"Aku sudah tahu, ini adalah ramuan arsenix. Hitungan menit mereka akan muntah darah." ucap Silvia.

Selesai Silvia mengucapkan itu, Tiba-tiba satu pembeli mau membayar makanannya seketika dirinya muntah lendir dan sekaligus darah. Membuat pengunjung lain merasa terganggu nafsu makannya, Silvia yang melihat itu segera mencari obat di kantong dan tas cangkang kura-kuranya. Selagi mencari obat, Silvia tersadar jika lawan dari arsenix adalah Succimer. Kini Silvia menarik Neko keluar kedai.

"Ada apa? Kita belum bayar." ucap Neko.

Beberapa saat setelah keluar kedai, seisi pengunjung yang ada di dalam kedai semua muntah darah. Penjual bubur dan roti pun ketakutan. Neko yang tadinya bingung kini justru terkejut karena Silvia menyadari yang akan terjadi itu.

"Mereka keracunan." ucap Neko.

"Iya benar, kita butuh Succimer. Bahan itu sangat sulit didapat, semoga dipasar ini ada. Dan juga para pengunjung yang ada di kedai bisa bertahan sedikit lebih lama sampai aku selesai membuat ramuan Succimer." kata Silvia.

Ternyata yang sudah ada di luar kedai juga mengalami muntah darah. Neko dan Silvia terkejut, semua yang ada di pasar sedikit demi sedikit mengalami muntah darah. Silvia pun buru-buru mengambil kertas dan pensil, dia menulis semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat Succimer. Setelah selesai menuliskan, kertas itu diberikan ke Neko dan Silvia sendiri segara pergi mencari bahan tersebut.

" - Daun jeruk nipis, - Daun semanggi, - Bunga Terompet, - Arang kayu Chana, - Buah Simanalagi." Neko membacanya cepat.

Kini yang Neko pikirkan sekarang adalah kembali ke kapal dan memberi tahu ke Camelia dan yang lain. Silvia berlari menuju pedagang buah, dan sesegera membeli buah Simanalagi. Kemudian kembali berlari ke toko bunga untuk membeli bunga terompet dan daun jeruk nipis.

Kini tinggal dua bahan lagi, yaitu Daun semanggi dan Arang kayu Chana. Daun semanggi biasanya berada di dekat hilir sungai namun dikarenakan Silvia dan yang lain sedang berada di tengah laut, itu merupakan hal yang sulit. Sedangkan untuk mendapat arang kayu Chana itu sangat sulit hanya saja membedakannya mudah karena arang kayu Chana jika dinyalakan apinya berwarna hijau.

Archaeologist  : Mysterious in island dragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang