Mereka akhirnya sampai di sebuah rawa air terjun yang sebelumnya mereka melihat Kupu-kupu terbang didalam air. Karena tujuan mereka hanya sebuah kayu besar untuk pondasi kapal, untuk tujuan lain Camelia meninggal Silvia dan Neko di rawa air terjun tersebut.
"Burung Ospark sangat berbahaya bukan? Kenapa harus kita yang melakukannya?" kata Silvia.
"Jika ada bahaya, tinggal lari saja. Ada Neko, tenang saja." jawab Camelia.
Camelia dan Lilith akhirnya cabut dari tempat itu, kini tinggal Silvia dan Neko. Mereka saling pandang dan bingung apa yang harus mereka lakukan. Neko mengingat kata-kata Camelia sebelum pergi.
Untuk mengisi waktu luang.
Setelah Neko mengingat itu, dia segera menebang beberapa ranting pohon terdekat."Apa yang kau lakukan?" tanya Silvia.
"Hari mulai gelap, kau bisa hidup dalam kegelapan kah? Bagus kalo begitu. Aku butuh sesuatu yang menghangatkan tubuh dan juga bisa untuk memasak." kata Neko sambil menebas ranting-ranting.
Silvia meletakkan tasnya ditanah dan membantu Neko dengan mengumpulkan ranting yang dibawah. Mereka juga lupa membawa tenda, untung saja masih ada tikar di atas tas cangkang kura-kura milik Silvia.
"Kau tahu apa yang kita cari disini?" tanya Silvia.
"Bukannya kamu sendiri yang bilang ada binatang suci disini?" balas Neko.
"Iya karena waktu kita bertemu Xerneas juga kita melihat Kupu-kupu yang indah itu." jawab Silvia sedikit ragu.
"Sudahlah, mungkin aku juga masih penasaran dengan burung Ospark yang tiba-tiba ada didekat air terjun itu. Mari kita makan dan beristirahat," ujar Neko.
Silvia mengeluarkan makanan sayur dan daging-daging yang dipotong kecil dari dalam tasnya. Mereka membakar semua makanan hingga matang dan aroma daging menyebar keseluruhan kawasan rawa air terjun tersebut.
Malam semakin larut, suara burung hantu terdengar dari atas tebing tinggi. Neko memperhatikan burung Ospark yang terus saja memejamkan mata. Silvia sudah mengantuk dan hampir tertidur. Beberapa jam kemudian sebuah gelembung bercahaya biru keluar dari dalam air. Gelembung itu terbang tinggi dan terus bermunculan.
"Wah!" Silvia langsung terkejut dan rasa ngantuknya pun seketika hilang.
Neko mulai merasakan ada sesuatu akan terjadi. Burung Ospark pun membuka mata, sepasang bola mata berwarna kuning menyala dan sayap yang seketika mengeluarkan percikan listrik hingga ujung kaki. Dia terbang memutari rawa itu dan mengeluarkan listrik yang menyambar gelembung-gelembung. Neko langsung berdiri dan bersiap untuk menghindar jika terjadi sesuatu. Air terjun tiba-tiba terbelah, Varurona tiba-tiba melompat-lompat bagai lumba-lumba. Kupu-kupu yang membuat Silvia langsung mendekati tepi rawa sambil memperhatikan dengan penuh antusias.
"Binatang dewa?" ucap Neko terkejut melihat seekor rusa keluar dari belakang air terjun.
"Xerneas? Tapi berbeda? Apa makhluk itu?" Neko masih memperhatikan makhluk yang keluar tersebut.
Zlatoneas adalah rusa putih yang gemerlap keemasan di setiap tubuhnya dengan tanduk yang ujungnya saling bertemu dan menyatu hingga membentuk lingkaran, disetiap lubang di tanduk terdapat kristal emas yang menancap.
Varurona tiba-tiba terbang melingkar hingga membentuk pusaran air yang naik hingga pusaran itu sedikit tinggi. Burung Ospark kembali bertengger di tempat semula, sebuah tangga bercahaya muncul menuju bagian atas pusaran air. Zlatoneas menaiki tangga hingga berdiri diatas pusaran air tersebut.
"Kenapa seorang manusia ada di tempat seperti ini?" tanya Zlatoneas.
"Kau mirip temanku, Xerneas." kata Silvia tanpa rasa takut.
"Oh, kau sudah bertemu dengannya. Apa yang kau inginkan dariku hingga menungguku untuk menampakkan diri?" kata Zlatoneas.
Silvia dan Neko saling pandang, seolah mereka melupakan tujuan mereka. Neko pun berinisiatif tidak bermaksud untuk mengganggu, lalu dia kembali duduk dan menyantap sisa makanan yang masih ada.
"Kita tidak ada tujuan apa-apa, hanya kebetulan tempatnya nyaman dan piknik sebentar untuk perjalanan besok." jawab Neko.
"Kau punya yang seperti ini?" tanya Silvia ke Zlatoneas sambil menunjukkan bola angkasa pemberian Xerneas, meski yang Silvia tunjukkan adalah bola angkasa palsu.
Zlatoneas tiba-tiba menembakkan laser kuning dari matanya yang mengarah ke bola angkasa tersebut hingga bola angkasa palsu itu hancur tak berbekas.
"Kau tak perlu menerima pemberian binatang itu, biar aku berikan bola bintang emas yang lebih istimewa dari bola angkasa." ucap Zlatoneas.
Sebuah cahaya emas bersinar dari dalam rawa-rawa, sebuah bola terbang dari bawah hingga berhenti di depan Zlatoneas.
"Kok mirip bola di serial dragonball yah?" ucap Neko lalu tertawa.
Saat Neko sedang tertawa, gravitasi di tempat Neko berdiri berputar membuat Neko terbalik dan jatuh.
"Tapi jika kalian serius ingin membawa bola ini, ada satu hal yang ingin aku minta dari kalian." ucap Zlatoneas.
"Apa itu? Buah?" tanya Silvia.
"Bawakan sarang lebah biru kehadapanku." kata Zlatoneas.
"Lebah biru?" ucap Neko, dan Neko juga teringat sebuah gambaran dalam jurnal arkeolog bulan biru.
Bukannya itu yang dijaga sama naga air letodir. Batin Neko.
"Lebih baik kalian cepat ambil sarangnya, aku sangat ingin memakan madu birunya." ucap Zlatoneas sambil memainkan lidahnya seolah sedang menyantapnya.
Silvia dan Neko saling tatap, mereka akhirnya memutuskan untuk mencari sarang lebah biru. Mereka menuruni lembah dari dalam hutan hingga bertemu sebuah air terjun lagi. Mereka baru melihat sarang lebah biru menggantung di samping air terjun.
Saat Neko dan Silvia akan mendekati sarang lebah itu, sesuatu terjadi di dalam air bawah air terjun. Lebih tepatnya daun teratai bergetar dan bergerak kanan kiri mendekati kedua gadis itu.
"Itu Letodir! Kita hanya perlu tidak ada pergerakan, agar dia tidak melihat kita." ujar Neko.
Saat naga Letodir menampakkan diri, membuat Silvia hampir tertawa. Namun Silvia berhasil menahannya, karena wujud naga Letodir sangat unik. Kepala mirip kuda laut dengan rambut yang mirip daun teratai, dan tubuh yang mirip dinosaurus air zaman purba. Setelah naga Letodir berkamuflase lagi, Neko segera menembak bagian yang merekat sarang lebah biru. Dengan sekali tembak sarang lebah biru langsung terjatuh, dan Silvia langsung menangkapnya.
"Kita berhasil mendapatkannya, ayo kita segera kembali ke binatang suci itu." kata Silvia sambil berlari menuju Neko.
Tanpa sadar, naga Letodir kembali mendekati mereka dengan sangat cepat dari sebelumnya. Saat menampakkan diri, Silvia melempar sarang lebah biru ke Neko dan dia membuka tasnya, mengambil sebuah tempurung kaca berbentuk bulat dari Grell frog yang dihadiahi oleh Camelia. Silvia mengisinya dengan gas Molotov yang dia racik sendiri dari berbagai tanaman yang Silvia kumpulkan.
"Ayo kabur!" ucap Silvia yang tiba-tiba sudah di samping Neko.
Mereka akhirnya berlari memasuki hutan lagi dan kembali ke tempat Zlatoneas. Mereka langsung memberikan sarang lebah biru itu, dengan lahap Zlatoneas memakannya.
"Woi, imbalannya mana?" ucap Neko mengingatkan Zlatoneas.
Dengan cepat bola bintang emas terbang ke arah Neko. Silvia segera mengambilnya dan menyimpan ke tas cangkang Kura-kuranya. Silvia memberikan isyarat kepada Neko untuk segera pulang ke penginapan untuk menunjukkan kepada teman lainnya.
Memang hari belum sampai fajar tiba, namun Neko dan Silvia segera bergegas pulang tanpa memperdulikan Zlatoneas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archaeologist : Mysterious in island dragon
Mystery / Thriller[ Update Kalo Sempat ] ~ ON - GOING~ Seorang gadis Arkeolog yang tidak sengaja ditinggal sendiri dalam sebuah pulau misterius, dan kini dia harus menemukan orang tuanya yang telah diculik arkeolog jahat. Misteri demi misteri harus dia lewati, da...