19 - Pisang Listrik

19 7 1
                                    

Mereka akhirnya terbangun siang hari, namun Silvia ternyata bangun awal dan sosoknya sudah tak terlihat di rumah tersebut.

"Silvia dimana?" tanya Camelia ke Neko.

"Katanya pergi ke pusat kota, dia mau cari koin dengan berjualan." jawab Neko.

Camelia dan teman-temannya yang lain bersiap-siap untuk pergi ke kebun pisang. Disitu Neko menghampiri Camelia.

"Bukannya aku tidak bisa ikut, aku harus mencari sayap Vibrava. Aku mengambil misi sendiri dan sayap tersebut yang akan dibuat kincir air kapal kita." ucap Neko.

Camelia seketika melihat Lilith yang kini sudah bersiap. Akhirnya Camelia menyepakati apa yang akan dilakukan Neko.

"Kau harus pulang hidup-hidup. Kita akan segera berangkat." kata Camelia sambil menaiki tangga dan akhirnya keluar dari rumah bawah tanah.

"Aku bawa pither, rabbit sudah bersama Silvia. Jadi kalian berhati-hatilah, kita bertemu lagi besok." kata Neko yang kemudian juga pergi ke suatu tempat.

Camelia dan Lilith segera menuju kebun pisang yang dimana pisang dan binatang disekitarnya bisa mengendalikan listrik. Karena kemarin sudah diberikan penjelasan oleh Viona, mereka sudah tahu letak kebun pisang yang katanya tidak jauh.

Mereka berdua akhirnya sampai pada hilir sungai, dan melihat kebun pisang yang sangat lebat diseberang sungai. Sungai di situ sangat dangkal dan banyak bebatuan besar yang bisa dibuat pijakan untuk menyeberang. Sesampai diseberang Lilith seketika menarik lengan Camelia yang dia ingin segera masuk kebun tersebut.

"Jangan masuk dulu, kau ingat bukan? Serangan listrik dari Acrobogan? Kita buat zirah perlindungan dulu." kata Lilith.

"Oh yah, kamu benar. Kemungkinan kadal itu menunggu kita dan melumpuhkan kita saat kita masuk." ucap Camelia.

Mereka akhirnya membuat baju zirah dari daun kering pohon pisang tersebut. Camelia dan Lilith akhirnya menyelesaikan zirah tersebut dan kini langsung masuk ke kebun pisang listrik.

Baru saja masuk, tidak begitu lama Lilith menahan Camelia berjalan. Dia seperti melihat sesuatu.

"Kau bisa menjinakkan sesuatu bukan?" tanya Lilith tiba-tiba.

"I-iya?" jawab Camelia bingung.

"Cepat jinakkan serangga itu." ucap Lilith sambil menunjukkan ke arah seekor Laba-laba berwarna kuning yang sedang menempel di batang pohon pisang di dekat mereka.

"Untuk apa?" tanya Camelia.

"Sudah, jinakkan dulu. Nanti aku kasih tahu, mumpung serangganya belum kabur." kata Lilith dengan wajah tergesa-gesa.

Akhirnya Camelia menggambar laba-laba tersebut dan laba-laba itu bisa melompat ke arah Lilith. Dia segera meletakkan laba-laba tersebut di pundaknya.

"Memang laba-laba macam apa?" tanya Camelia sambil melihat laba-laba tersebut dari dekat.

"Namanya Galvantula. Ini laba-laba yang bisa mengeluarkan benang listrik, dan bisa memancarkan cahaya senter dari empat mata kecilnya. Benang listrik dia yang akan kita buat kabel di dalam kapal kita nanti." jelas Lilith.

"Wah, pintar juga. Aku bisa buat peralatan listrik dan sebagainya nih nanti." kata Camelia yang sambil menghayal.

"Yang terpenting adalah pisang listrik, karena itu yang menjadi sumber listrik kapal kita." kata Lilith.

Mereka berdua kembali melanjutkan pencarian pisang listrik. Namun yang mereka temukan hanya pisang buah yang biasa dimakan. Mereka juga tidak melihat monster lain selain laba-laba Galvantula, kera putih yang katanya tidur pun tidak terlihat.

"Aku merasakan ada yang aneh ditempat ini." kata Lilith.

"Lebih baik kita tetap waspada." saran Camelia.

Saat Camelia dan Lilith mendekati pohon pisang yang rimbun, sebuah gerakan kilat dibelakang mereka mengintimidasi hingga bulu kuduk mereka berdiri.

"Apa kau merasakannya?" tanya Camelia.

"Yah, tepat dibelakang kita bukan?" jawab Lilith.

Mereka berdua membalikkan badan untuk melihat apa yang ada dibelakang mereka, seekor Acrobogan dengan kecepatan tinggi hampir menabrak mereka. Namun sayangnya Camelia mendorong Lilith ke sisi lain dan Camelia juga ikut terpental untuk menghindari tabrakan dengan monster ganas tersebut.

"Aduh, hampir saja." ucap Camelia yang terjatuh dan bergegas untuk berdiri lagi.

Acrobogan kini menjadi menempel di batang pohon pisang, sambil memperlihatkan sirip disekitar wajahnya yang mekar dan berselimut listrik.

"Mel, kita pancing dia ke sungai." ucap Lilith.

"Dia lebih cepat dari kita, apa ada cara lain?" ucap Camelia.

Ayo Camelia, berpikirlah. Idemu banyak, pasti ada jalan lain. batin Camelia sambil melirik disekitar untuk mencari solusi.

Camelia seketika tersenyum, dia mengambil pisang didekatnya. Menggerakkan pisang ke kiri lalu kekanan. Acrobogan tiba-tiba mengikuti arah pisang yang dipegang Camelia, seketika Camelia sadar kalo Acrobogan terkecoh oleh buah pisang.

"Lari!" teriak Camelia ke Lilith bersamaan melempar pisang tersebut sangat tinggi dan jauh.

Lilith dengan segera berlari dibelakang Camelia, mereka berlari ke arah sungai. Acrobogan dengan kecepatan kilatnya berhasil menangkap pisang tersebut, namun segera membuangnya karena sadar dirinya ditipu.

Mereka akhirnya sampai ditepi sungai, mengambil beberapa air dengan mangkuk yang dibawa Lilith.

"Sejak kapan bawa mangkuk?" tanya Camelia sedikit menahan tawa.

"Tadi pagi setelah sarapan tidak sengaja kebawa." jawab Lilith sedikit malu.

Acrobogan seketika terbang dengan kecepatan tinggi hampir menabrak mereka yang kedua kali, namun Camelia dan Lilith menghindar. Acrobogan tidak tahu jika dibelakang kedua gadis tersebut adalah sungai.

"Bwuurr!!"
Acrobogan seketika masuk kedalam air, dan saat mencoba berenang dengan lemas karena listrik dari tubuhnya malah menyetrum dirinya sendiri. Saat sampai di darat, Camelia dan Lilith menyiram air yang mereka bawa dengan mangkuk. Acrobogan seketika tidak sadarkan diri.

"Akhirnya berhasil." ucap Lilith.

"Ayo kita ambil pisangnya lalu pulang, hari sudah hampir gelap." kata Camelia.

Mereka segera berjalan menuju pohon pisang yang terakhir mereka lihat. Ternyata benar, pisang listrik ada disitu. Karena takut akan tersetrum pisang tersebut, Lilith mengambil semua pisang yang menggantung bersama pisang listrik tersebut.

"Mari pulang, biar aku yang bawa." kata Lilith.

Lilith meski badannya kecil, kekuatan fisiknya lebih kuat dari Camelia mungkin setara dengan Neko. Karena dia selalu bekerja di gua-gua dan penambangan.

"Kira-kira Neko berhasil tidak yah mengambil sayap Vibrava, aku juga penasaran sama itu binatang. Kalau saja itu naga yang keren, ingin ku jinakkan dan aku pelihara dirumah." ucap Camelia sambil menghayal.

"Setahu ku, Vibrava jumlahnya sangat banyak dan dipulau ini tersebar ke berbagai daerah. Meski begitu aku juga belum pernah lihat makhluk Vibrava itu. Tapi kedengarannya bukan naga deh." kata Lilith.

Saat sampai di sungai, Lilith dan Camelia dikejutkan dengan binatang katak yang memiliki cangkang berbentuk lingkaran seperti cangkang siput namun ini sangat bulat bagai bola.

"Apa mereka berbahaya?" tanya Camelia.

"Tidak sih, mereka hanya katak biasa. Kita ambil cangkangnya, bisa dibuat wadah dan kamu tahu Silvia bukan, meski aku baru kenal dia sehari tetapi aku tahu kalo dia maniak sama ramuan. Kita bisa hadiahkan itu buat dia." ujar Lilith.

"Iya juga, lagian kalo memang tidak berbahaya. Mari kita tangkap beberapa." kata Camelia.

Mereka berdua hanya berhasil menangkap beberapa ekor, dan ketika melihat langit ternyata bintang-bintang sudah bersinar.

Archaeologist  : Mysterious in island dragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang