26 - Pasar Terapung

26 4 1
                                    

"Kita turun," ucap Lilith melepaskan jangkar kapal.

Sebuah anak tangga dari kayu dari bawah meletakkan di samping kapal, pertanda petugas penjaga kapal di pelabuhan siap menangani mereka. Satu persatu membawa perlengkapan yang mereka anggap penting untuk dibawa bersama mereka.

"Dia orang yang akan menunjukkan kita jalan di pasar terapung ini? Apa dia meminta bayaran?" tanya Camelia ke Silvia yang ada di sampingnya.

"Kemungkinan begitu." jawab Silvia.

Namun Lilith maju berbicara kepada orang yang akan menunjukkan jalan ke pasar. Dia menolak diantar dengan bayaran, Lilith memahami keuangan anggota sehingga mencegah pengeluaran yang tidak berguna.

"Good job, Lilith!" ucap Silvia saat berpapasan dengan Lilith.

"Pasar terapung ternyata ramai juga," kata Neko yang melihat banyak perdagangan dan orang-orang yang berpakaian seperti petualang.

Mereka berjalan untuk melihat keadaan pasar, Camelia dan yang lain diperlihatkan banyak koleksi harta mulia yang sangat keren namun harga yang sangat tinggi membuat mereka hanya menelan saliva.

"Kita lebih baik pergi ke Serikat petualang dulu, untuk menelusuri pasar akan kita lakukan berpencar. Yang terpenting kita telah mendapatkan peta di Serikat dan penginapan disini." ujar Silvia.

"Itu ide yang terbaik." sambung Lilith.

Mereka akhirnya berjalan menuju Serikat petualang untuk mencari sebuah peta di lantai sepuluh. Tidak lupa juga melihat-lihat papan misi di Serikat. Saat Camelia menanyakan peta pada petugas di serikat, ternyata mereka tidak menjualnya. Para petualang mendapatkan peta dari pedagang sekitar pasar terapung.

Silvia dan Neko tiba-tiba terkejut ketika melihat papan informasi yang ada disamping papan misi, sebuah kabar tentang arkeolog kristal yang kini mendirikan sebuah pasukan khusus. Mereka juga sedang mencari anggota sebanyak-banyaknya.

Camelia yang tidak mendapat peta, dia berjalan menemui teman-temannya yang sedang melihat dipapan misi. Saat itu juga Camelia ikut terkejut melihat pengumuman tentang arkeolog kristal.

"Arkeolog kristal adalah tempat orang misterius, ada yang memainkan nama kelompok mereka. Kemungkinan jika ini benar pun akan terjadi banyak kekacauan." ucap Camelia.

"Lebih baik kita cari penginapan, hari juga mulai gelap." ucap Lilith yang sudah tidak betah di serikat tersebut.

Mereka akhirnya berjalan menuju pasar kembali mencari penginapan. Sayangnya penginapan dipasar ternyata sudah penuh oleh petualang lain yang baru berdatangan juga. Mau tidak mau mereka kembali ke kapal Nuh.

"Ternyata sudah ada banyak kapal yang menepi ke pasar terapung, kemungkinan banyak harta karun baru yang belum kita ekspose di dalam pasar." ujar Silvia.

"Kita beristirahat dulu di kapal, tunggu besok. Bisa berbahaya kita bergerak malam hari di keramaian yang tidak kita kenal." kata Camelia.

Camelia dan yang lain akhirnya memasak, kemudian makan bersama sebelum mereka tidur. Mereka juga melakukan pergantian tidur, untuk menjaga satu sama lain bila ada pencuri atau orang jahat yang mendekat kapal mereka. Setelah terlelap tidur, pagi pun kini tiba.

Mereka kembali berjalan ke pasar, namun kali ini mereka menelusuri pasar terapung dengan berpencar sendiri-sendiri. Tapi Camelia memprioritaskan untuk mendapatkan peta di lantai sepuluh tersebut. Saat mereka berpencar—tidak sengaja Camelia melihat seseorang yang menggunakan jaket kulit tebal berwarna putih, dibelakangnya terdapat lambang kristal.

Mereka arkeolog kristal? Tidak mungkin seorang arkeolog kristal menunjukkan identitasnya begitu saja, batin Camelia.

Setelah Camelia membuntuti, ternyata mereka benar dari arkeolog kristal. Dan yang Camelia ikuti adalah pasukan khusus yang baru dibentuk oleh arkeolog kristal. Camelia harus memberitahu kepada yang lain agar berhati-hati. Namun sayangnya para pasukan khusus dari arkeolog kristal sudah dahulu mencari keberadaan Camelia dan Timnya.

"Jika kembali ke kapal kemungkinan mereka menyergap kita, bagaimana cara supaya mereka pergi yah?" pikir Camelia.

Camelia kemudian berjalan melihat sesuatu di pelabuhan, ternyata dugaan Camelia benar. Puluhan orang di pelabuhan menggunakan jaket putih dari arkeolog kristal sedang menunggu kedatangan Camelia dan yang lain.

"Apa ini gara-gara kemarin kami menangkap mereka?" pikir Camelia yang harus mencari jalan keluar.

"Ah sial, padahal kami belum mendapatkan petanya," sambung Camelia yang kesal.

Camelia pun mengendap pergi ke pusat pasar lagi untuk mencari teman-temannya. Pasukan khusus arkeolog kristal juga telah menyebar ke seluruh pasar. Kini kelompok Camelia harus bersembunyi terlebih dahulu hingga pasukan khusus tersebut pergi dari pasar. Tidak berselang lama akhirnya para pasukan khusus itu menyerah dan kembali menaiki kapal mereka, lalu pergi meninggalkan pasar terapung.

Kelompok Camelia pun keluar satu persatu dari persembunyian mereka masing-masing. Camelia sendiri kembali ke kapal Nuh dan mengecek isi kapal.

"Untunglah mereka tidak ada yang memasuki kapal," ucap Camelia.

Ternyata didalam kapal ada rabbit dan peliharaan Neko si burung pelatuk. Camelia hanya melihat rabbit yang sedang membersihkan pedang kecilnya, dan Pither yang sedang makan biji-bijian.

"Yang lain kemana ya kira-kira?" benak Camelia.

Silvia yang pergi bersama Euphy justru sedang berada di toko kopi. Sekarung biji kopi dan alat penghalus biji kopi kini mereka bawa menuju kapal Nuh mereka. Neko juga mampir ke toko senjata, alih-alih bertanya pedagang yang menjual peta. Sayangnya tidak ada informasi yang mengatakan ada pedagang yang jualan peta.

Silvia dan Euphy akhirnya sampai di kapal Nuh, dibarengi Neko yang ternyata juga berjalan di belakang mereka beberapa meter.

"Apa yang kalian bawa?" tanya Camelia yang penasaran dengan isi karung yang dibawa Silvia.

"Coba kau cium baunya," kata Silvia.

"Kopi, kau membeli barang yang mahal." ucap Camelia.

"Tidak-tidak, ini hanya lima koin perak, Aku juga beli alat penghalusnya tiga koin perak." ujar Silvia, Euphy membantu membuka tas cangkang kura-kura mengambil alat penghalus kopi yang terbuat dari bambu.

"Wah untung murah, kalo uang kita habis susah untuk beli peta nantinya." ucap Camelia.

"Aku bawa tepung roti, ini gratis. Tadi waktu kembali kesini tidak sengaja melihat pedagang roti akan membuang tepungnya ke laut. Daripada mubazir mending aku bawa." kata Neko.

Mereka akhirnya bersiap-siap untuk menyiapkan hidangan tengah hari yang mulai sedikit mendung. Dan kebetulan mereka memiliki kopi.

"Cuaca yang pas untuk bersantai bukan?" ucap Neko sambil mengolah adonan tepung roti.

Camelia dan Silvia menyiapkan kopi, Euphy mengatur meja dan kursi di tengah kapal di bawah langit mendung. Karena mereka memiliki bola angkasa, membuat rintik hujan yang jatuh di atas kapal mereka tiba-tiba membelok menjauhi kapal. Kekuatan gravitasi yang di luar nalar.

Hidangan akhirnya selesai dibuat, mereka pun berkumpul. Sembari menikmati suasana rintik hujan, mereka baru tersadar ada yang ketinggalan.

"Apa kau merasakannya?" tanya Camelia ke kedua temannya.

Silvia dan Neko saling tatap. Euphy juga masih mikir. Kemudian mereka semua serentak teringat.

"LILITH?!" ucap ketiga gadis tersebut.

"Wah bagaimana bisa kita melupakan dia?" ucap Camelia bertanya-tanya penuh bingung.

"Aku sungguh tak mengingatnya, kenapa hal semacam ini bisa terjadi?" ucap Silvia.

"Aku juga, baru kali ini aku merasa lengah yang sedemikian rupa." sambung Neko.

"Kemungkinan dia berada di zona yang memiliki kemampuan sihir atau penyedot dimensi. Sehingga kita melupakannya." jelas Euphy yang dia tahu soal hal diluar nalar.

Euphy sendiri memiliki kemampuan berbicara dengan binatang laut dan mengendalikan tetesan air. Ditambah kemampuan pengetahuan Euphy sebagai navigator.

"Mari kita cari Lilith segera," ucap Camelia.

Mereka segera membereskan makan dan minuman mereka, kemudian bersiap kembali menuju pasar.

Archaeologist  : Mysterious in island dragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang