31 | B a g a s k a r a

307 8 8
                                    

Used to believe that everything happens for a reason.

"Putus aja ya sama Zara," cicit Arista pelan, sangat pelan.

"Iya."

Mendengar jawaban Althaf yang bahkan terkesan enteng itu, spontan Arista mengangkat alisnya tinggi-tinggi pertanda tertarik. "Beneran ya?"

"Iya kalo gue mau, kalo enggak?" cetus Althaf ringan. Lelaki itu bahkan meneguk minumannya hingga tandas, seakan masa bodoh dengan makian Arista di depannya ini.

***

Satu per satu para penghuni kelas 11S1 itu mulai meninggalkan kelas dan bergegas untuk pulang, menyudahi rasa lelahnya masing-masing.

Ya, kelas yang terkenal akan dua maskotnya itu; Alva dan Althaf, selalu menjadi kelas pertama dimana para siswa-siswinya sudah pasti akan memenuhi koridor bahkan sampai memenuhi lahan parkir motor tiap kali bel pulang dibunyikan. Tak heran jika banyak dari para siswa lainnya, bahkan para gurunya sendiri memberi label 'DTPC aka Datang Telat Pulang Cepat' pada kelas yang dihuni oleh Althaf dan kawan-kawannya itu.

Seperti biasa, jika tak ada panggilan dadakan dari tim sepak bola ataupun dari tim OSIS, Althaf akan segera mengemasi barang-barangnya untuk dapat segera menjemput Ara. Mengenai pesan semalam darinya untuk pria- apalah itu, Althaf tak begitu peduli jikalau pesannya dibalas atau mungkin hanya dibaca saja. Ia sama sekali tidak membuka ponselnya sedari semalam sebab dirinya tak sempat untuk sekadar membuka dan mengeceknya.

Semalam, seusai mengantar Arista, Althaf segera membuka jejeran tugas-tugas yang bodohnya sama sekali belum ia kerjakan barang sekata pun, sementara hari ini adalah tenggat waktunya.

Berbekal sisa-sisa tenaga, juga penglihatan yang mulai meredup, Althaf memaksa diri untuk mengerjakannya meski pada akhirnya selalu tertidur. Tak hanya sampai di situ, ia kembali memaksa tubuhnya begitu terbangun lebih awal pagi ini, mungkin sekitar jam empat pagi untuk kembali melanjutkan pekerjaannya semalam. Setelahnya ia harus melakukan ritual mandi paginya, membersihkan diri sebelum kembali membawa sang motor melaju di tengah dinginnya jalanan kota Bandung, mengantar Ara seperti biasanya.

See! Tidak ada waktu untuk sekadar bermain ponsel bagi standar lelaki acuh tak acuh seperti Althaf.

Dentingan ponselnya kali ini sukses menyita perhatian Althaf yang hendak meninggalkan ruang kelasnya itu. Dirogohnya celana abu-abu miliknya untuk mengeluarkan benda pipih nan canggih tersebut dari dalam sana.

Unknow number
To : Althaf
Maaf baru sempat buka pesan. Kebetulan saya lagi senggang, mau bertemu sekarang?

Tepat dugaan! Pria yang sempat terdeskripsi sebelumnya baru saja mengirim balasan untuk pesan Althaf kemarin malam. Mau tidak mau, Althaf harus segera mengiyakan dan meminta Arista untuk menjemput Ara di sekolahnya hari ini. Persetan akan pintanya semalam pada Arista untuk berhenti menjemput Ara.

Althaf
To : Arista
Minta tolong jemput Ara, bawa dia ke rumah lo dulu, nanti gue ke sana.

Tidak mungkin, bukan, jika Althaf harus membawa serta Ara dalam urusannya kali ini. Anak seusia itu tidak mungkin memiliki selera untuk ikut serta bersamanya dalam urusan antar lelaki ini, apalagi jika tanpa sogokan coklat atau ice cream sebelumnya.

Seperti biasa, aroma khas kopi seakan sudah menjadi pengharum alami bagi setiap kedai kopi yang didatanginya, memanjakan penciuman Althaf yang baru datang menyesap Americano, kopi pahit andalannya itu. Dibukanya kembali ponsel untuk sekadar melihat notifikasi-notifikasi yang berderet di tampilan lockscreen, entah apa saja isinya, setidaknya Althaf tidak terlihat sedang gabut di mata pengunjung lain tatkala dirinya tengah menunggu pria yang hendak ditemuinya saat ini.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang