You give me comfort, but falling for you is my mistake.
Jalanan kota Bandung akan selalu nampak macet di setiap sudutnya, terlebih di waktu sore. Banyak pasang manusia yang ingin melepas penatnya masing-masing seusai mengadu nasib di kota besar ini demi mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Memang, hidup di kota itu keras, tidak bekerja tidak bisa makan. Begitu katanya.
Bak pemandangan pada umumnya, jalanan kota besar di waktu sore tidak pernah nampak lenggang. Satu kendaraan dengan kendaraan yang lainnya seakan berebut posisi untuk segera sampai di tujuannya masing-masing, melepas rasa lelah bekerja dari si empunya.
Althaf tak heran, seakan sudah terbiasa. Bagaimana tidak? Ia hidup sudah lebih dari tujuh belas tahun di kota ini, pun hampir setiap hari ia melewati jalan tersebut, tak dapat dipungkiri juga pemandangan-pemandangan seperti itu sudah menjadi santapan sehari-hari bagi lelaki jangkung yang tengah menumpangi motor matic putih kebanggaannya itu. Beruntungnya Althaf memiliki kekasih yang pandai mengingat jalan-jalan pintas yang ada di sana, sehingga dirinya tidak perlu repot-repot untuk berada di antara padatnya kendaraan yang saling beradu asap knalpot tersebut.
Seusai melakukan ritual makan bersama dengan rekan-rekan OSIS, juga mengantar Kirei hingga tiba di rumah dengan aman. Althaf kembali melajukan motornya cepat-cepat untuk dapat segera menjemput Ara. Ya, Arasely Bagaskara, adik perempuan satu-satunya itu. Mengingat dirinya sudah terlambat kurang lebih lima belas menit untuk mengantar Kirei tadi.
Sudah kisaran dua puluh menit Althaf mendudukkan diri di halte tempat biasa Ara menunggu dirinya, akan tetapi yang ditunggu tak kunjung menampakkan diri. Bahkan matahari sudah hampir menenggelamkan diri di ufuk barat, pun pedagang-pedagang sekitar mulai menutup kedainya, Ara tetap tidak kunjung keluar dari area sekolah.
"Nunggu neng geulis yang biasa duduk di sini, ya, A'? Tadi teh saya lihat dia udah dijemput taksi," celetuk salah seorang pemilik kedai memberi tahu.
Althaf segera menegakkan badannya, mengucap terima kasih atas informasi yang sudah diberikan wanita paruh baya tersebut sebelum ia berlalu dari sana.
Tepat dugaan, Althaf sudah mengira sedari tadi jika Ara kembali dijemput oleh Arista. Bagaimana juga Althaf tidak bisa membela diri, dirinya terlambat menjemput Ara lumayan lama, tidak mungkin dirinya memiliki banyak tega untuk membiarkan gadis belia yang bahkan belum menginjak angka 10 tahun itu untuk menunggunya hingga hampir petang seperti ini.
Ia buru-buru menarik gas motornya, mengendarai dengan cepat tak peduli klakson-klakson nyaring di belakang yang ditujukan untuk dirinya. Althaf ingin cepat sampai di rumah, memastikan bahwa Ara sampai di rumah tanpa ada satu pun yang kurang. Tak munafik, sebagian hidupnya adalah Ara, Ara berhasil mencuri seluruh perhatian dan kekhawatirannya saat ini hingga seterusnya, mungkin.
Seakan sudah tak peduli akan tatapan tegas dari Nazril, Papanya, yang tengah memeriksa berkas kerja melalui layar iPad. Althaf kembali mengalihkan sorot matanya pada langkah lebar miliknya yang semakin berjalan memasuki area rumah.
"Ara," panggilnya menggema ke setiap sudut ruangan. Entah mengapa Althaf tak menemui Yumna sedari tad. Biasanya di setiap Papanya itu penat akan pekerjaan, selalu ada Yumna yang mendampingi di sisinya.
"Ara," panggil Althaf lagi.
Kesal? Ya. Khawatir? Ya. Ara lama sekali menjawabnya.
"Iya, Abang? Ara lagi eek di belakang," jawab Ara sedikit berteriak. Tidak, bahkan sudah berteriak.
Althaf yang mendengar itu spontan membelokkan langkahnya menuju arah belakang, mendekati posisi Ara yang sepertinya sedang menggunakan toilet belakang dibanding toilet di kamarnya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAGASKARA
Roman pour AdolescentsAlthaf Bagaskara, si penguasa lapangan sepak bola yang memiliki aura menakjubkan tiap kali mengeluarkan keringat deras setelah mencetak gol di lapangan. Kepribadian yang suka mencari kesibukan membuatnya terfokus pada kesibukan yang tengah diemban...