15 | B a g a s k a r a

209 17 0
                                    

Kamu boleh berteman dengan siapa saja, berbaik hati kepada banyak wanita, asal ingat bahwa kamu masih menjadi milik saya.

Rusuh, seakan sudah menjadi maskotnya kelas-kelas IPS, salah satunya 11 IPS 1 saat ini. Seperti hari-hari biasanya setiap jam istirahat maupun setiap jam pelajaran kosong tak pernah lepas dari kata 'rusuh'. Salah satu personilnya –Juan- semakin membuat keadaan kelas rusuh tak terkendali sebab kerecehan yang ia lontarkan.

"Istirahat gini masih aja stay di kelas, stay di hati aku kapan?" celetuk Juan menghampiri Jenny, gebetannya.

Jenny melirik sinis, "Gue tonjok mulut lo, ya."

"Lo tonjok mulut gue, yang sakit hati gue, hiya hiya hiya," balas Juan semakin menyaringkan suara membuat hasrat Jenny untuk menonjok mulut cowok itu semakin meninggi.

"Yang gak ke kantin, gue doain mati kelaparan, ya?" celetuk Juan seraya berlari menjauh sebelum Jenny mengamuk.

"Sembarangan lo!" sembur Jenny sembari bangkit dari duduknya, membuntuti salah seorang teman kelasnya yang juga hendak ke kantin.

"Jenny kalo ke kantin hari ini, jadi pacar gue. Fix,"celetuk Juan lagi yang berhasil menghentikan langkah Jenny. Cewek itu jadi berbalik menatap tajam Juan.

Di antara aksi jambak-jambakan Juan dengan Jenny, salah seorang siswi yang berdiri di tengah pintu berteriak dengan nyaringnya, "ALTHAF BAGASKARA, DICARIIN DEGEM LO!"

Merasa terpanggil, Althaf jadi mengalihkan perhatiannya sejenak dari layar ponsel, "Apaan?"

"DEGEM LO NYARIIN!" pekik siswi itu lagi.

Althaf mengkerutkan dahinya bingung dengan istilah-istilah zaman sekarang. "Degem apaan? tanyanya pada siapa pun yang berada di dekatnya.

"Dedek gemes."

"Ha? Sejak kapan gue punya yang gemes gemes, anjir!" umpat Althaf.

"Lah cewek lo kan banyak," celetuk Alva yang diam-diam menguping.

"Zara seorang, bro," sambar Althaf seraya bangkit dari duduk manisnya, mulai berjalan ke depan kelas guna menghampiri degem yang dimaksud.

"Halah bentar lagi juga Zara minta putus," celetuk Alva lagi tanpa dosa.

Bersamaan dengan celetukan laknat Alva, kini langkah Althaf berada tepat di depan seorang gadis berambut sebahu dengan pipi bulat kelebihan muatan.

"Eh Kirei. Kenapa, Ki?" tanya Althaf santai, tanpa basi-basi.

Gadis itu terlihat kesusahan mendekap setumpuk berkas di depan dadanya membuat Althaf jadi menurunkan tangan, membantu.

"Ini, kak. Proposal agenda OSIS selanjutnya, kegiatan bakti sosial. Kakak cek aja dulu, kali aja ada yang salah, aku revisi ulang secepatnya," tutur Kirei lugas bersamaan dengan ia menyerahkan beberapa lembar kertas HVS berwarna putih.

"Oh, proposal. Masih lama loh kegiatannya, Ki. Udah dibikin proposal aja," kekeh Althaf, tapi tetap menerima proposal tersebut.

Mendengar kata proposal membuat Alva selaku ketua OSIS yang beberapa hari kemarin sempat meminta sekretarisnya -Kirei- untuk membuat proposal pengajuan jadi ikut berjalan ke depan kelas, mendekat ke sumber suara.

Begitu langkah sang ketua OSIS itu berada di belakang punggung Althaf, ia jadi menyunggingkan senyum ramah ketika tatap matanya bertemu dengan tatap mata milik Kirei, sekretarisnya, sekaligus adik kelas satu tingkat di bawahnya.

"Lagi bahas proposal, ya?" tanya Alva tiba-tiba membuat Althaf membalikkan tubuhnya kaget.

"Iya, kak," balas Kirei sedikit canggung.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang