32 | B a g a s k a r a

144 6 0
                                    

You are the heaven that I need.

Seperti yang sudah-sudah. Siapa, sih, yang tidak khatam dengan kelakuan penghuni-penghuni kelas 11S1 itu jika bel pulang telah dibunyikan hingga menggema ke setiap penjuru sekolah?

Kelas dengan suasana ricuh di tiap harinya itu seakan sudah seringkali mendapat maklum dari para penghuni kelas lainnya, terlebih oleh guru-guru yang kala itu melewati kelas tersebut seusai mengisi jam pelajaran di lantai dua gedung SMA Garuda, dimana pada lantai dua dihuni oleh para siswa-siswi kelas sebelas dari berbagai jurusan.

Seperti biasa, siswa-siswi 11S1 berhamburan keluar kelas berdesak-desakan untuk dapat segera berlari menuruni anak tangga menuju parkiran sebelum dirasa tempat parkir tersebut mulai ramai oleh para siswa lainnya. Jangan lupakan beberapa yang lainnya yang masih terduduk di dalam kelas hanya untuk re-touch up make up,  atau untuk sekadar menyengaja pulang paling akhir karena malas berdesakan. Engap.

"Lo kan yang nyebarin video gue!" teriak Jenny histeris setelah membuka notifikasi yang muncul paling atas pada ponselnya. Ia yang baru selesai memakai sweater tebalnya itu mendadak berdiri menodong Juan yang tidak tahu menahu perihal apa pun.

"Video apaan dah." Begitu jawab Juan, lelaki itu bahkan baru saja akan melepas kancing kemeja putihnya itu, Jenny sudah mencak-mencak tidak waras di sampingnya.

"Ngaku deh lo!" kekeuh Jenny masih tidak menerima alasan.

"Noh Althaf noh cabul tukang share," lempar Juan setelah melirik Althaf yang hampir saja beranjak dari tempatnya duduk. Sementara Althaf yang dituduh pun langsung menoleh cepat ke sumber suara dajjal.

"Pala lo, monyet!" sembur Althaf saat itu juga. Namun, semburan itu tak berlangsung saling tuduh setelah dirasa ada getaran kecil yang datang dari ponselnya. Althaf lantas kembali melanjutkan langkahnya sembari membuka pesan masuk yang baru saja terkirim kepadanya.

Zara
To : Althaf
Boleh minta waktunya sebentar? Aku di taman depan sekolah kamu, bisa ke sini?

Dari Zara. Althaf menarik senyumnya tipis setelah membaca kata demi kata yang ia dapatkan dari kekasihnya itu.

Segera ia semakin mempercepat langkahnya, merogoh saku celana guna mengambil kunci motor matic putihnya itu. Taman, memang tempatnya begitu dekat dari sekolahnya, bahkan tidak sampai dua menit pun, Althaf sudah sampai di sana, tepat di depan Zara yang tengah terduduk manis dengan setelan seragam putih abu-abu sama seperti dirinya. Rambut panjangnya itu diikat ke atas dengan beberapa helaian anak rambut yang melipir ke sana ke sini terbawa hembusan angin sore.

Cantik, batin Althaf.

"Ke sini naik apa?" tanya Althaf pelan, didudukkannya dirinya tepat di sisi kiri Zara, gadis cantik yang telah membersamainya hingga hari ini.

"Sama Nazla." Begitu jawaban Zara. Entah mengapa kali ini Althaf langsung menangkap jawaban dengan nada dingin itu, jawaban yang tidak seperti biasanya.

Meski begitu, Althaf berusaha untuk tidak terlalu menghiraukannya.

"Mana?" tanyanya kembali dengan gerak-gerik mencari seseorang yang dimaksudkan Zara sebelumnya.

"Pulang duluan."

Hening. Jawaban dingin itu lagi.

"Ada apa, kangen?" gurau Althaf enteng, benar-benar tanpa menghiraukan Zara yang mulai menatapnya datar. Ia sudah tahu pasti bahwasanya sebentar lagi pasti akan ada peperangan batin. Ia sudah hafal betul.

"Aku mau ngomong," cicit Zara semakin terdengar dingin nan menusuk. Tatapannya lurus menerawang jauh ke depan, entah apa yang sedang dilihatnya, tanpa menoleh, pun juga tanpa melirik setitik pun pada Althaf.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang