21 | B a g a s k a r a

244 13 3
                                    

Seringkali hatimu dengan saya, tapi ragamu dengan dia. Bukan apa-apa, saya hanya takut dia memiliki keduanya, dan saya tersingkir begitu saja- Zara

"Masuk," titah Ken begitu motornya telah berhenti tepat di depan pagar tinggi kediaman keluarga Zara.

Zara tersenyum, ia menatap kedua mata Ken cukup lama sebelum menganggukkan kepala mengerti.

"Ngapain senyum-senyum?"

"Lo manis banget hari ini."

"Dih," sela Ken cepat. Seketika senyumnya turut terbit, kepalanya melengos dengan mata yang mengedar kemana saja entah menatap apa, yang jelas ia sedang tidak ingin menatap Zara.

"Terima kasih ya sudah jadi sahabat gue."

"Iya, sahabat."

"Emang," gantung Zara, sebab itu Ken kembali menolehkan kepalanya jadi menghadap Zara penuh, "lo maunya apa?"

"Gak ada. Dah sana masuk, gue mau balik."

"Ya udah balik aja."

"Lo belum masuk."

"Ya gue tinggal masuk."

"Ya udah masuk, Ra."

"Iya nih gue masuk," balas Zara sedikit kesal dengan ancang-ancang mulai membuka pagar tinggi di belakangnya itu.

"Eh," panggil Ken, lagi, "janji dulu sama gue."

"Janji apa?"

"Soal tadi, jangan diingat terus-terusan, ya?"

"Soal tadi?"

Ken mengangguk, bibirnya menipis khawatir gadis di depannya ini tersinggung akan ucapannya.

"Soal yang mana? Yang di lampu merah atau yang waktu lo pegang tangan gue?" tanya Zara pura-pura tidak tahu dengan kekehan menyebalkannya di akhir kalimat.

Ken memutar kedua bola matanya malas, "Lampu merah."

"Oh lampu merah?"

Ken mengangguk pelan, dari raut mukanya sudah terlihat jelas ia malas memperpanjang obrolan dan berakhir mempermalukan dirinya saat ini.

"Iya janji," ucap Zara riang. Ekspresi gadis itu masih sama; ceria, lebih tepatnya berusaha ceria. Dan tentunya Ken paham betul mana Zara yang asli dengan mana Zara yang palsu, mana Zara yang ceria dengan mana Zara yang pura-pura ceria.

Ken mengacungkan jari kelingkingnya, meminta Zara pun menautkan jari kelingkingnya di sana, pertanda perjanjian telah diresmikan oleh kedua belah pihak.

Sedikit lebih lama Zara diam tidak merespon. Matanya terus melihat ke arah kelingking Ken yang tak kunjung mendapat balasan darinya sampai beberapa saat setelah itu Ken mulai menarik kembali kelingkingnya. Malas memperpanjang urusan dengan Zara ketika sifat menyebalkan gadis itu kambuh.

Mendapat respon yang seperti itu, Zara jadi terkekeh gemas tanpa henti. Ditariknya lagi jari kelingking Ken lantas ia tautkan dengan miliknya, "Janji!"

"Ngapain pegang-pegang tangan gue?" tanya Ken datar, sukses mendapat tabokan keras dari Zara pada punggung tangannya.

"Lo maksa gue!"

"Kapan?" tanya Ken, lagi. Kali ini ia terkekeh, tidak sedatar sebelumnya.

"Bodo!"

"Yang di motor tadi juga lo maksa gue buat pegang tangan lo."

Zara melengos, sama seperti apa yang dilakukan Ken tadi di awal, "Halah bilang aja modus, cowok emang gitu."

"Dih, gue beda dari cowok-cowok di luar sana."

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang