"Gak apa berjamur, yang penting cinta gue ke kamu gak berjamur," kata Althaf.
"Apaan sih, Al. Receh banget," kata Zara
"Tapi kamu cinta," kata Althaf lagi.
Dengan rasa menyesalnya, Zara segera meninggalkan aula dan bergegas menghampiri Althaf yang saat itu mungkin masih beristirahat di sekitar lapangan.
"Kenapa kesini?" tanya Althaf pelan sembari mengisyaratkan Alva untuk berhenti mengurutnya.
"Maaf," cicit Zara pelan, pelan sekali.
Althaf memicingkan matanya tidak mengerti, "Maaf untuk?'
"Untuk yang tadi."
"Apa?"
"Yang aku marah-marah."
"Emang tadi kamu marah?"
"Ya iyalah marah."
Althaf manggut-manggut pura-pura mengerti, "Oh jadi marahmu seperti itu? Coba ulang. Tadi gak sempat lihat ekspesimu soalnya."
Zara mengangkat tangannya tinggi-tinggi siap untuk menghantam kaki Althaf yang baru sembuh dari pemulihan, "Goda aja terus, kutonjok kakimu!"
"Geer."
"Oh ya sudah."
Althaf terkekeh, mengacak kasar rambut panjang hitam legam milik kekasih dua tahun ini.
"Nanti pulangnya sama gue aja, ya, jangan sama Ken."
Zara menganggukkan kepalanya antusias sebelum tangan mungilnya tergerak untuk merogoh ponsel dan memainkan benda canggih tersebut.
"Masih main instagram?" tanya Althaf agar tidak terkesan serta merta mengabaikan Zara di sampingnya.
Zara mengangguk singkat sembari membuka aplikasi instagramnya.
"Masih banyak yang follow?"
"Iya, gak tahu kenapa. Padahal berita tentang kita pacaran kan udah berjamur."
Althaf terkekeh kecil, mengamati sekilas ekspresi Zara yang tetap fokus pada akun instagramnya tanpa sedikit pun menghiraukan dirinya, "Gak apa berjamur, yang penting cinta gue ke kamu gak berjamur."
Seketika Zara menghentikan jarinya yang asik menscroll feeds. Matanya teralihkan sepenuhnya pada lelaki receh itu dengan wajah yang terpasang sedatar mungkin, sebelum akhirnya gelak tawa mereka terbit dengan sintingnya.
"Apaan sih, Al. Receh banget," ledek Zara masih dengan tawa lebarnya.
"Tapi kamu cinta."
"Idih, jijik banget sih!"
Zara kembali sibuk dengan aktifitas menscroll, sedangkan Althaf kembali dibuat pusing untuk mencari topik pembicaraan baru.
"Oh iya. Kemarin gue buka instagram kamu, ada dm dari mantanmu tuh," celetuk Althaf watados. Tak mengapa, Althaf sengaja membicarakan hal itu agar dapat melihat ekspresi Zara secara langsung.
Bukan ekspresi kaget yang terbit seperti dugaan Althaf sebelumnya, melainkan ekspresi datar Zara seperti biasanya. "Ya terus?"
"Gak ada niat buat balikan gitu?"
"Enggaklah, yang bener aja."
Serasa diterbangkan ke atas, Althaf menyunggingkan senyum salah tingkahnya. "Kenapa enggak?"
"Kan aku punya kamu," cicit Zara tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel yang masih menyala terang.
"Apa? Coba ulang, gak denger," goda Althaf sekali lagi. Rasanya ia ingin berada pada posisi seperti ini saja, tanpa perlu perang dingin tiap kali Zara tiba-tiba mendiamkannya, tanpa perlu bertengkar tiap kali Zara tidak ingin mengalah dan selalu ingin benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGASKARA
Fiksi RemajaAlthaf Bagaskara, si penguasa lapangan sepak bola yang memiliki aura menakjubkan tiap kali mengeluarkan keringat deras setelah mencetak gol di lapangan. Kepribadian yang suka mencari kesibukan membuatnya terfokus pada kesibukan yang tengah diemban...