13 | B a g a s k a r a

234 16 0
                                    

Abang tuh disekolahin bukannya makin pinter malah makin bego. – Ara SWAG

Kelas IPS memang dikenal dengan kelas paling rusuh jika dibanding dengan kelas IPA, memang itu benar adanya. Sebab anak IPS lebih mengutamakan solidaritas bersama, sedangkan anak IPA lebih ke berjuang secara individu.

Percaya atau tidak, memang itu faktanya.

Althaf Bagaskara merupakan salah satu siswa yang masuk ke dalam barisan anak IPS itu. Jiwa sosialisasinya yang tinggi juga mudah bergaul dengan siapa pun membuatnya sangat layak disebut-sebut sebagai anak IPS.

Cowok jangkung itu tetap diam di bangkunya, masih enggan menoleh kanan kiri padahal banyak dari teman-temannya yang sudah mencak-mencak tidak waras sebab waktu ulangan di jam terakhir ini tersisa 10 menit. Ya, Althaf tidak senang mencontek juga menconteki. Bisa dikatakan pelit memang, akan tetapi ini baik untuk dirinya dan teman-temannya. Bukankah kerja bersih hasilnya pun akan bersih juga?

Althaf Bagaskara, memang bukan murid yang cerdas hingga menduduki peringkat tiga besar di kelas. Namun, dirinya yang tumbuh dalam keluarga berkelas membuatnya dituntut untuk menjadi lelaki yang perfect dan berkelas. Tidak hanya unggul di bidang nonakademik, ia pun dituntut untuk unggul di bidang akademik. Meski kemampuannya di bidang akademik tidak sehebat di bidang nonakademik, ia tidak putus harapan untuk bisa.

"He!" panggil anak yang duduk paling pojok bermaksud meminta jawaban kepada temannya yang lain.

"Kunci jawaban dong elah," gerutu anak yang duduk di tengah-tengah barisan.

"Gue nomor satu aja belum," balas anak yang ada di sampingnya.

Kelas yang awalnya hening seketika berubah menjadi bising ketika Althaf maju lebih dulu untuk mengumpulkan jawabannya. Althaf menghela nafasnya gusar merasa tidak nyaman berada di antara anak yang senang meminta jawaban ketika ulangan, maka dari itu ia harus segera menyelesaikan jawabannya dan dikumpulkan sebelum dimintai contekan.

"Mas Althaf sukanya main sendiri-sendiri, uwoo!" sungut Alva merasa dilupakan oleh salah satu anggota 4A itu.

"Bukan teman gue," sungut lainnya.

"Gue gak kenal."

"Yang tidak suka dengan ulangan saya boleh keluar," kata Pak Latief dingin dan terkesan menakutkan. Guru killer itu menerima lembar jawaban Althaf dan mempersilakan cowok itu meninggalkan ruangan.

"Yang tidak suka saya mengumpulkan duluan, boleh nyinyir di sosmed, sekalian tag saya," lanjut Althaf setelahnya yang sukses membuat kelas semakin bising karena sorakan.

***

Kelas telah dibubarkan beberapa menit yang lalu, guru killer itu juga telah meninggalkan ruangan beserta jawaban anak-anak yang sudah ada di tangannya. Jawaban yang benar-benar beragam, ada yang hanya kertas putih polos, ada yang ditulisi jawaban setengah lalu baliknya digambari gambaran absurd, juga ada yang hanya ditulisi nama beserta nomor absen saja.

"Apaan nih, anjyr. Ulangan dadakan gini tanpa kabar, udah kek doi aja pergi dadakan tanpa kabar," sebal Juan yang terkenal paling rusuh seantero 11 IPS 1.

"Ngebucin, Mas?" sambar cewek bername tag Jenny, gebetan Juan.

"Uwo dinotice doi! Ganteng banget lo, Wan," sambar lainnya yang sukses mendapat delikan Juan dan Jenny bersamaan.

Althaf hanya duduk di bangkunya, mendengar obrolan mereka tanpa berkeinginan untuk ikut-ikutan. Memang sebelumnya cowok itu sempat meninggalkan kelas setelah mengumpulkan lembar jawabannya, tetapi sepeninggal Pak Latief dari kelas, cowok itu kembali masuk mencari Alva yang tak kunjung keluar kelas, masih sibuk dengan agenda OSIS ke depan.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang