SEASON 9 SEMPAK!

290 33 0
                                    

           Sudah seminggu ini kedai bakso     langganan Mul itu sepi. Isu adanya sempak sebagai bumbu penyedap kuah membuat satu per satu pembelinya pergi. Di tengah masyarakat yang masih percaya dengan penglaris, pesugihan, dan segala macam hal-hal mistis lainnya, kisah sempak di dalam kuah masakan adalah cerita yang kerap terdengar.

"Benar waktu itu kamu menemukan sempak, Jo?" tanya Mul.

"Bener, Mul. Buat apa juga aku bohong. Aku kan gak punya kepentingan apa-apa."

"Ceritakan bagaimana kamu menemukan sempak itu, Jo. Aku kok merasa ada yang janggal. Masak pak Wito menggunakan cara-cara seperti itu?"

"Hati orang siapa yang tahu, Mul. Kamu saja yang mungkin terlalu berprasangka baik."

"Yo wes ayo kamu cerita, Jo."

Bejo lalu bercerita. Saat itu ia sedang membeli bakso di tempat pak Wito. Karena kuahnya kurang, ia meminta tambah. Pak Wito sendiri saat itu sedang sibuk membuat es teh di dalam.

"Pak Wit, aku minta kuah yo?"

"Ambi sendiri, Jo. Sepuasmu," jawab pak Wito.

Setelah mendapat izin, Bejo lalu mengaduk-aduk isi dandang bakso. Tujuannya sih mencari potongan tulang yang masih ada cuilan dagingnya. Di saat tengah sibuk mengaduk itulah tampak kain berwarna putih ikut teraduk.

"Begitu ceritanya, Mul."

"Kamu angkat tidak kain itu, Jo?"

"Lah yo buat apa? Sudah pasti itu sempak seperti yang sering diceritakan orang-orang itu."

"Kamu ceroboh, Jo. Sekarang coba pikir. Kalau benar pak Wito memasukkan sempak di situ, apa dia akan biarkan kamu mengambil kuah sendiri?"

"Benar gak omonganku, Jo?"

"Iya juga sih, Mul. Kenapa kok aku gak kepikiran yo?"

"Soalnya isi kepalamu sempak, Jo. Sekarang kalau bakso pak Wito jadi sepi begini bagaimana?"

"Lha terus kain di dandang itu apa lo, Mul? Meski bukan sempak, bisa saja itu jimat penglaris. Memange ada bumbu masak berupa kain?"

"Makanya kalau gak tahu itu tanya, Jo. Jangan sok tahu. Apa susahnya sih waktu itu kamu tanya ke pak Wito?"

"Emange kamu tahu apa kain itu, Mul? Jangan-jangan kamu yang sok tahu?!"

Perdebatan mereka di warung itu memancing perhatian pengunjung lainnya. Mul tersenyum, tujuannya mengkonfrontasi Bejo di tempat itu memang agar dilihat banyak orang. Mul lalu mengambil benda di kantong keresek yang dibawanya. Diletakkannya benda itu di meja.

"Ini kan kain yang kamu lihat di dandang bakso pak Wito?"

Bejo menatap kantong kain berwarna putih yang masih berlumur kuah bakso itu.

"Benar gak, Jo?"

"Benar, Mul. Memang ini kainnya."

"Sempak, bukan?"

Bejo hanya terdiam. Sementara kerumunan orang semakin banyak mengelilingi mereka. Mul lalu membuka kantong kain dan mengeluarkan satu per satu isinya.

"Untuk membuat kaldu yang enak, bumbu tidak dihaluskan, Jo. Tapi dibiarkan utuh dan direbus lama bersama tulang-tulang sapi itu. Kantong ini bukan sempak atau jimat, Jo. Ini kantong tempat bumbu masak."

"Aku kan gak tahu, Mul," bisik Bejo sambil menunduk.

"Makanya cari tahu. Jangan malah membuat isu. Untung pak Wito sabar, kalau tidak bagaimana? Periuk nasi orang sudah kamu jungkirkan, Jo."

"Tolong antarkan aku, Mul."

"Mau ke mana?"

"Ke tempat pak Wito. Aku mau minta maaf."

Mul dan Bejo lalu meninggalkan warung. Sementara di warung sendiri orang-orang sibuk membicarakan berita penglaris sempak yang ternyata cuma hoax.

Kumpulan Cerita Pesugihan Penglaris DaganganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang