SEASON 5 ~Penglaris Ular Hitam~

1.4K 153 4
                                    


               Warung mbak Dewi selalu ramai pengunjung. Lapak kaki lima di trotoar jalan itu menyediakan aneka masakan. Nasi dengan bermacam jenis sayur dan lauk pauk lengkap dengan minuman teh, jeruk dan juga kopi. 

Setiap pagi warung Mbak Dewi selalu antre pembeli. Mereka rela berbaris untuk mendapatkan sepiring nasi dengan lauk tumis sayur dan telur dadar. Bangku yang tersedia di warung itu pun selalu penuh sesak. Beberapa tikar digelar di trotoar untuk disediakan bagi pembeli yang tak kebagian bangku untuk duduk.

Warung mbak Dewi menjadi lokasi pemadam kelaparan favorit bagi Supriyo dan teman-teman di kantornya. Lokasinya yang strategis, mudah dijangkau dari kantor menjadi alasannya. Nyaris setiap hari Supriyo dan teman-teman menyambanginya.

**

Siang itu Supriyo melepas penat di warung mbak Dewi. Kebetulan Supriyo mendapatkan tempat duduk di dekat bangku kasir. Supriyo memesan menu nasi rames dengan sayur tumis pare dan telur dadar krispi. Segelas es teh melengkapi makan siangnya itu. Supriyo makan dengan lahapnya.

Selesai makan, Supriyo mendekati mbak Dewi. Ia mengeluarkan lembaran ratusan ribu rupiah untuk membayar makanannya. Setelah menghitung tagihan, mbak Dewi membuka laci penyimpanan uang di warung itu. Tak sengaja mata Supriyo tertuju pada benda hitam berbentuk pipa di dalam laci itu. Diamatinya dengan jelas, benda itu bergerak. Ternyata seekor ular hitam sedang menjulurkan lidahnya. Matanya merah seolah marah dan menatap tajam pada Supriyo. 

Supriyo tercekam. Ia hanya terdiam. Usai menerima uang kembalian Supriyo melenggang. Ia kembali ke kantornya tak jauh dari warung Mbak Dewi. Masih terngiang-ngiang di kepalanya mata tajam ular hitam itu. Hingga beberapa hari mata merah ular hitam itu terus menghantui pikiran Supriyo. Supriyo ketakutan. Namun ia enggan menceritakan peristiwa yang dialami kepada teman-temannya.

Sepulanya ke rumah, Supriyo merasa tak enak badan. Tubuhnya panas mendidih tetapi ia selalu kedinginan. Keringat sebesar biji jagung mengucur dari wajahnya. Tapi ketika dibawa ke rumah sakit, para dokter tidak menemukan penyakitnya. Supriyo justru segar bugar begitu menginjakkan kaki di rumah sakit.

Selama tiga belas hari lamanya Supriyo merasakan simtom tersebut. Penyakit itu datang tiap menjelang maghrib dan hilang menjelang subuh. Ia dan istrinya keheranan sendiri. Penyakit apa yang menjangkit dirinya. 

Kegelisahan Supriyo membuat kerjaannya tak beres. Banyak pekerjaan yang terlantar lantaran Supriyo tidak fokus. Purwanto pun merasa ada yang janggal. 
“Kamu tu kenapa sih Supriyo? Belakangan performa kerjamu menurun. Kerjaan gak beres. Apa sih yang mengganggu pikiranmu?” tanya Purwanto tegas.

Supriyo kebingungan menjawab pertanyaan sahabatnya. Ia ingin sekali memberitahu kejadian tersebut, tapi tiap teringat sorot mata ular hitam itu seluruh badannya bergidik. Supriyo tak sanggup menceritakan ketakutannya. Ia juga tak mau membawa petaka bagi sahabatnya itu.

Supriyo pun menjawab seadanya.
“Akan ku jawab pertanyaanmu, tapi kamu harus janji untuk tidak memberitahu siapa pun. Aku juga tidak dapat menceritakan semuanya kepadamu. Aku takut kamu bisa celaka bila mengetahuinya” jelas Supriyo.
Purwanto berdebar mendengar penuturannya, namun ia mengangguk memahami sahabatnya.

“Aku melihat apa yang seharusnya tak ku lihat. Karena itu, aku percaya bahwa aku jadi sakit-sakitan. Kala maghrib datang, tubuhku akan menggigil kedinginan, tetapi aku merasakan panas membara dalam tubuhku. Penyakit ini akan hilang sendiri saat subuh tiba. Aku berharap aku salah, tetapi sepertinya aku telah ditandai” jelas Supriyo hati-hati.
Seketika Purwanto lemas. Ia mengerti apa yang dimaksud. Purwanto juga yakin, sahabatnya itu mengetahui apa yang selanjutnya akan terjadi. Tiga tahun lalu, Supriyo dan Purwanto hobi menggandrungi cerita mistis dan klenik.

Di kala senggang, mereka berdua akan mengikuti tur klenik di sekitar kota. Banyak cerita korban pesugihan yang telah mereka dengar dari tur itu. Termasuk cerita pesugihan menggunakan hewan berbisa. Dan terkena penyakit setelah melihat hewan mistis pun baru permulaan.

**

Tak ada yang bisa mereka lakukan. Keduanya juga melakukan aktivitas biasa seperti tak ada yang terjadi. Tetapi hal nahas terjadi tak lama setelahnya. Empat hari setelah Supriyo menceritakan kisahnya ke Purwanto, ia meninggal.

Ketika hendak menuju parkiran mobil di kantornya, ia tak sengaja menginjak ular yang berasal dari hutan sebelah. Meski sempat dilarikan ke rumah sakit, nyawa Supriyo tak tertolong. Ia telah menjadi korban pesugihan warung makan Mbak Dewi.

Kumpulan Cerita Pesugihan Penglaris DaganganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang