SEASON 9 ZASHIKI WARASHI

325 38 0
                                    

            Saya yakin Anda pernah mengalami ini: membeli suatu barang atau berbelanja, lalu usai membayar, uang Anda dikepret-kepretkan pada barang-barang yang dijual oleh si pedagang atau penjual. Mereka juga akan berkata: laris...laris...laris, setelah itu uang baru masuk laci atau dompet atau kutang.

Biasanya, itu terjadi jika kita merupakan pembeli pertama. Sementara untuk pembeli kesekian, tapi si pedagang sudah mendapat "bisikan" dari orang "pintar" bahwa pembeli tersebut bisa nglarisi, lain lagi ritualnya. Contoh, yang terjadi pada Bulik saya.

Bulik tinggal kawasan Pasar Genjing, Rawamangun, Jakarta Pusat. Kalau sedang ingin memasak, beliau tinggal berjalan ke belakang rumahnya. Dan, setiap kali Bulik masuk pasar selalu mendapat sambutan meriah dari para pedagang, bukan cuma karena memang sudah saling mengenal, melainkan juga menurut "bisikan" itu Bulik memiliki "aura" nglarisi.

Jadi, ada pedagang yang tidak mau dibayar. "Nggak usah Bu Hajjah, sayuran saya dibeli Bu Hajjah saja saya sudah senang," kata seorang pedagang sayuran.

Pedagang lain ada yang menambahi jumlah yang Bulik beli. Misal, Bulik cuma membeli dua wortel eh diberi lima. Bulik cuma butuh wortel eh sayurannya dilengkapi, sehingga bisa untuk memasak sayur sop. Harganya? Sama dengan dua wortel. "Kamu enggak rugi begini ini?" tanya Bulik. "Enggak Bu Hajjah, malah laris," jawabnya, sambil tertawa senang.

Bukan cuma itu, ketika Bulik berjalan menyusuri pasar, beliau sering merasa tas belanjanya makin lama makin berat. Ternyata, para pedagang yang dilewati diam-diam memasukkan tomat, bawang merah dan putih, bayam, dawet (es cendol), dan sebagainya.

"Lho apa ini?" tanya Bulik. Mereka kabur sambil tertawa-tawa.

Saya pernah melihat sendiri ketika menemani Bulik belanja. Tiba-tiba ada yang memasukkan dawet atau es buah. "Buat Bu Hajjah ya Neng," katanya, ramah. Tapi, sampai di rumah, Bulik menyuruh saya yang meminumnya...sweger 😁.

***

Ibu saya, setiap ikut arisan atau acara apa pun, selalu mendapat hadiah hadir (mungkin itu yang sekarang mempunyai istilah keren "doorprize"). Konon, sama dengan adiknya alias Bulik, Ibu juga memiliki "aura keberuntungan". Abang No. 2 pernah iseng berkata, "Wah, asyik nih Ibu bisa untuk nebak lotre". 😁

Tetangga kami di Kartasura, mempunyai warung kelontong yang amat sangat sepi pembeli. Tapi, setelah Ibu mampir sekadar membeli gula atau garam, satu demi satu pembeli datang.

Juga, ketika di sebelah rumah dibuka warung soto. Konon, warung itu sewaktu dibuka di terminal sepi pembeli. Tapi, setelah dibuka di dekat rumah dan Ibu agak sering membeli, pembeli sampai meluber ke ruko-ruko (rumah toko) di sebelahnya. Padahal, warung-warung soto yang lain yang rasanya sama enaknya, sepi pembeli.

Pernah, suatu ketika, halaman rumah kami disebari bunga-bunga (lupa nama bunganya). Diduga yang menyebarkan pemilik warung soto.

Entah apa maksudnya, tapi bunga-bunga itu kemudian disapu oleh Kakak dan dibakar. Diduga, untuk mengikat Ibu sebagai.penglaris tanpa efek yang merugikan atau membahayakan Ibu.

Ketika Ibu meninggal, entah ada hubungannya atau tidak, pelan namun pasti, pembeli warung soto itu berkurang drastis.

Catatan:
Dalam dunia bisnis, unsur penglaris ini pasti ada. Bentuknya beragam, dalam arti, ada yang dengan cara seperti cerita saya di atas, ada yang agak mistis, dan ada pula yang memasukkan unsur beramal. Semua itu, di luar masalah pelayanan yang baik, produk yang berkualitas, dan harga yang masuk akal.

Kumpulan Cerita Pesugihan Penglaris DaganganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang