Prolog

1.8K 131 2
                                    

Jiang Cheng dengan nama lahir Jiang Wanyin...

Si lelaki suram yang kasar!

Seperti itulah orang lain menilai dia.

Namun, bukankah ketidaktahuan mengenali orang lain menuntun kita menilai sebebasnya? Itu memang tidak menyalahi aturan hidup atau mungkin justru memang begitu hidup berjalan. Satu dua cerita tentang orang lain membuat kita berspekulasi salah. Penilain seakan sesuatu yang ringan, menyimpulkan seakan sesuatu yang gampang. Apa yang kita lihat, itulah yang kita percayai. Benar begitu?

Tepat sekali! Karena sejatinya musuh alami manusia adalah pemikiran dan penilaiannya sendiri.

Orang di sekitar memandangnya buruk. Padahal Jiang Cheng adalah satu dari sekian juta manusia yang bertahan hidup dengan cara bersandiwara.

Dengan wataknya yang di kenal tertutup dan kasar, siapa yang akan mengira dirinya lemah? Jiang Cheng yang terlihat adalah sosok lelaki tangguh yang tidak perduli sekitar.

Padahal siapa yang tahu?

Bahwa sebenarnya dia adalah awan yang tertutup malam juga bulan yang ditelan kelam.

Hitam! Bahkan warna lain hampir tak nampak di kehidupannya.

Bagaimana tidak? Saat itu ia hanyalah seorang anak lelaki yang dipaksa untuk hidup sendiri sejak usia 14 tahun. Nyawa orang tuanya di renggut paksa dalam perjalanan pulang. Kecelakaan mobil waktu itu membuat Jiang Cheng menjadi sebatang kara. Tak hanya itu, kepergian orang tuanya pun berakibat fatal pada kondisi mentalnya. Selain merenggut nyawa orang tuanya, kejadian itu juga merenggut dirinya yang ceria dan penuh tawa. Dimasa remaja nya dia sudah harus menelan kenyataan dan getirnya kehidupan.

Katakan kepahitan dan kesialan macam apa yang belum dia rasakan?
Semuanya sudah ia telan dalam-dalam.

Salah satu kejadian yang membuatnya semakin kehilangan jati dirinya adalah beberapa tahun lalu, ketika usianya sekitar 16 tahun. Malam itu dia di perjalanan untuk kembali kerumahnya setelah kerja paruh waktu. Tidak pernah ada hal-hal aneh sebelumnya, karena dia memang terbiasa menapaki jalan ini sendirian. Tapi malam itu, entah kenapa insting kewaspadaannya mendadak naik. Pikiran buruk tiba-tiba hinggap di kepalanya saat sadar bahwa ada bayangan orang lain yang mengikuti dibelakang nya. Semakin ia mempercepat langkahnya, semakin dekat pula bayangan itu dengannya.

Entah dia yang terlalu lambat, atau memang orang itu yang terlalu cepat sampai akhirnya dia bisa tertangkap.

Orang itu menarik nya paksa memasuki gang sempit yang benar-benar sepi. Tidak ada kesempatan untuk Jiang Cheng berteriak, mulutnya sudah lebih dulu di bungkam, tangannya pun kini sudah terikat kuat sebelum Jiang Cheng bisa berontak.

Brakk!

Tubuhnya terlempar begitu saja keatas tanah.

Dengan susah payah Jiang Cheng mencoba bangkit, niat hati ingin berlari secepat yang dia bisa. Namun lagi-lagi orang itu lebih cepat darinya. Kakinya di tarik hingga ia menghantam tanah untuk yang kedua kalinya.

"Bisakah kau diam? Tidak ada gunanya kau melawanku!" Pria itu berucap dengan posisi tubuh yang kini sudah menindih Jiang Cheng.

"Awalnya aku akan membawamu pulang. Tapi karena sepertinya kau tidak bisa di ajak bekerja sama, maka aku akan melakukannya disini."

Mata Jiang Cheng membola sempurna saat merasakan sesuatu yang lembab menyapa permukaan leher nya.

Dengan sisa tenaga yang ada Jiang Cheng berontak sekuatnya. Namun lagi lagi, dan lagi, tenaga nya masih kalah dengan tenaga pria yang kini ada di atasnya.

"Aku tau, belum ada yang menjamah tubuh ini sebelumnya kan?"

"Jiang Wanyin."

Tubuh Jiang Cheng menegang saat namanya disebut tiba-tiba oleh orang asing itu.

Siapa dia? Kenapa dia tau nama lahirnya?

"Aku sudah lama mendambamu. Tidakkah kau tau itu? Tubuhmu ini selalu berhasil menghasilkan imajinasi liar di kepalaku."

"Stttt, jangan takut. Lihatlah! Bukankah aku cukup tampan?"

Memang. Pria itu cukup tampan dengan alis tebal juga rahang tegasnya. Jangan lupakan kulit wajahnya yang juga seputih Jiang Cheng.

Tapi ketampanan itu justru terlihat menjijikkan bagi Jiang Cheng. Dia tak habis pikir! Bagaimana bisa seorang pria melecehkan pria lainnya?Hatinya teriris menyadari bahwa mungkin sebentar lagi harga dirinya akan di renggut paksa. Untuk kesekian kalinya Jiang Cheng membenci keindahan yang ada pada dirinya. Karena keindahan inilah banyak pria yang menatapnya lapar. Memalukan!

Tubuhnya benar-benar lemas saat pria itu sudah mulai meraba-raba tubuhnya, mencium nya, mengucapkan kalimat-kalimat hina yang sungguh menjijikan.

Air mata Jiang Cheng jatuh begitu saja bersama dengan keputusasaan. Matanya memejam ditemani isakan-isakan yang tertahan.

Hingga beberapa saat matanya kembali terbuka seakan mengingat sesuatu.

Saat pria itu sedang sibuk menikmati aksinya, memberi tanda kemerahan di sekitar leher dan tulang selangka Jiang Cheng, tangan Jiang Cheng meraba sekitar kantung mantel yang masih digunakannya.

"Arghhh!"

Geraman pria itu terdengar nyaring saat sebuah cutter menggores lehernya.

Jiang Cheng mengambil kesempatan untuk menjatuhkan pria yang sedang memegang lehernya yang sudah bercucuran darah itu.

Dengan cepat ia memutuskan tali yang mengikat nya dengan cutter itu.

Ia membuang nafas lega ketika ia melepas selotip yang membungkam mulutnya.

"BAJINGAN! KAU BENAR-BENAR MENJIJIKAN!" Emosi Jiang Cheng meledak, tangannya memukul pria itu dengan kekuatan yang ia punya.

"KAU!"

"KAU MANUSIA HINA! TERKUTUK!"

"BERANI SEKALI KAU MENYENTUH TUBUHKU!"

"ENYAHLAH KAU!"

Amarah yang tak terkontrol membuatnya hilang akal hingga menancapkan cutter itu di leher pria yang sudah tergores tadi.

Pria itu tumbang bersamaan dengan cutter yang di tarik Jiang Cheng.

Sudut bibir Jiang Cheng naik. Sorot mata yang berapi-api itu terlihat berbinar. Bahkan tubuh yang bergetar sebelumnya kini tengah berdiri angkuh dengan senyum cerah ketika menyaksikan pria itu sekarat di depan matanya. Seolah dia puas dengan apa yang sudah dia lakukan.

Itulah awal yang menyebabkan Putih menjadi Hitam.

Tidak ada lagi Jiang Cheng yang hangat, tidak ada lagi Jiang Cheng yang lembut, tidak ada lagi Jiang Cheng yang bertutur kata baik dan penuh tawa. Seolah dia sudah mati bersama dengan kenangan dan kejadian-kejadian pahit yang dia alami.

Jiang Cheng yang sekarang adalah Jiang Cheng dengan karakter yang di bentuk dari luka, amarah dan rasa sakitnya dulu.

Karakternya sekarang adalah senjatanya. Tameng yang akan melindungi nya dari orang-orang yang sebelumnya selalu menganggap dia si lugu yang tak berdaya.

Meski harus berubah kelam, Jiang Cheng tidak perduli. Karena baginya, dia sudah kehilangan terang sejak lama. Setengah dari jiwa Jiang Cheng sudah dibawa pergi, ikut terkubur bersama raga orang tuanya yang terlelap meninggalkan nya sendiri.

.

.

.

Hingga suatu hari, seseorang datang menawarkan Putih. Menjanjikan untuk mengambalikan Cerah yang sudah hilang di kehidupan nya.

Tanpa Jiang Cheng tau bahwa Putih itu akan kembali luntur bersamaan dengan munculnya lagi noda hitam di permukaannya. Bahkan hitam itu akan lebih pekat dari sebelumnya.

Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang