Hari libur di rumah ini tidak secerah biasanya. Tidak adalagi Jiang Cheng yang bangun dengan sukacita menyiapkan makanan, tidak adalagi suara gaduh dari Jingyi karena dipaksa bangun oleh ayahnya, dan tidak adalagi Xichen yang bermain bersama Jingyi di taman belakang rumah. Semua sudut di rumah ini terasa begitu kosong dan hampa.
Rasanya menyakitkan sekali mengingat bahwa Jiang Cheng mungkin tak akan mengalami hal-hal indah itu lagi di rumah ini. Semua hanya tinggal kenangan dan kepahitan. Lebih menyakitkan lagi ketika kini dia harus melihat kebersamaan suaminya dengan orang lain secara langsung.
Kaki yang sebelumnya tengah menuruni anak tangga itu seperti kehilangan tulangnya, persendiannya melemas tiba-tiba saat matanya menangkap interaksi Xichen dan Cheng Xiao di ruang keluarga itu.
Dengan memberanikan diri dia melanjutkan langkahnya dan menghampiri kedua orang itu.
"Tidakkah kau memiliki pikiran sedikit saja Huan? Kau bermesraan dengan dia di rumah ini? Apa yang akan kau katakan jika anakmu melihatnya?"
"Maaf, Cheng Xiao ingin aku menemaninya bersantai disini."
Jiang Cheng memandang remeh Cheng Xiao. "Rupanya kau tidak pernah berubah. Sejak dulu kau selalu berusaha keras untuk menjadi pusat perhatian orang lain."
Cheng Xiao hanya tersenyum menanggapi perkataan Jiang Cheng. Namun Jiang Cheng bisa melihat tanggan wanita itu terkepal dibelakangnya. Dan itu membuat Jiang Cheng semakin berdecih. Ternyata Cheng Xiao pandai bersandiwara rupanya.
"Wanyin! Jangan mengatakan sesuatu yang akan menyakiti hatinya!" Tegur Lan Xichen membuat Jiang Cheng beralih menatapnya.
"Kau membela nya lagi?"
"Aku tidak membelanya. Kau terlalu kasar dengan mengatakan hal-hal seperti itu."
"Memang nya kenapa? Tidak ada yang salah denganku. Huan, aku mengenalnya lebih baik darimu." Perkataan Jiang Cheng terhenti, kemudian atensinya kembali pada Cheng Xiao. "Cheng Xiao, kupikir kau sudah berubah, ternyata kau masih saja sama. Apa salahku padamu? Kenapa kau tak pernah suka melihat ku bahagia? Sudah cukup atas apa yang selalu kau lakukan padaku dulu!Kenapa kau merebut suamiku juga sekarang? Kenapa kau merenggut satu-satunya yang kupunya?"
Kedua tangan Jiang Cheng kini di letakan di kedua sisi bahu Cheng Xiao.
"Katakan Cheng Xiao!" Tangan Jiang Cheng mengguncang kasar bahu Cheng Xiao. "KATAKAN KENAPA KAU MELAKUKAN INI? APA AKU PERNAH MEREBUT SESUATU YANG BERHARGA DARIMU? APAKAH AKU PERNAH SECARA TAK SENGAJA MENYAKITIMU? KATAKAN PADAKU JALANG!"
Plak
Suara tamparan cukup keras terdengar nyaring disusul dengan teriakan Lan Xichen selanjutnya.
"BERHENTI BERSIKAP DRAMATIS JIANG WANYIN!"
Jiang Cheng memegang pipinya yang memerah akibat tamparan keras Lan Xichen. Dia hanya terdiam dengan memandang Lan Xichen tak percaya.
Lan Xichen, suami yang mengasihi nya selama delapan tahun terakhir itu tega menampar nya? Sungguh, dalam mimpi buruknya sekalipun Jiang Cheng tak pernah menyangka akan mengalami hal seperti ini.
"AYAH! KENAPA MENAMPAR IBUKU?"
Jiang Cheng dan Lan Xichen memandang terkejut pada Jingyi yang berlari ke arah Lan Xichen kemudian memukul-mukul ayahnya dengan kekuatan yang dia punya.
"KENAPA? KENAPA AYAH MENAMPAR IBU? AYAH JUGA BERTERIAK PADA IBU! APA YANG AYAH LAKUKAN PADA IBUKU?"
Lan Xichen tertunduk melihat Jingyi yang menggucang kakinya dan meronta memukulnya dengan berlinang air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)
General FictionTentang bagaimana Lan Xichen merubah Hitam menjadi Putih, lalu membuatnya menghitam lagi. Juga... Tentang bagaimana Lan Wangji mencegah sang hitam untuk tidak kembali lagi. Ya! Ini adalah tentang bagaimana dua orang dalam satu marga, satu darah, ber...