39

260 37 20
                                    

Jiang Cheng tak tau harus bereaksi seperti apa. Ternyata dia tidak mengenal Wangji sebaik yang dia kira. Bagaimana mungkin Wangji yang tumbuh bersamanya itu ternyata seorang mafia. MAFIA!

"Sejak kapan Wangji?"

"Delapan tahun lalu. Kau tau aku suka pantai kan? Saat itu ketika aku tengah menikmati senja, aku tak sengaja menemukan seseorang dalam keadaan mengenaskan di pesisir pantai. Aku membawa dan merawat nya selama beberapa waktu sampai akhirnya dia sadar dan pulih. Orang itu adalah Danger. Yang ternyata seorang ketua Mafia. Sejak saat itu aku berteman baik dengannya, dan perlahan aku mulai mengenal dunia bawah."

"Lalu kau memutuskan untuk terlibat. Begitu? Kenapa?"

"Aku hanya ingin menjadi orang berkuasa. Membuat semua orang berlutut dan mendapatkan apapun yang kumau hanya dengan menggerakkan jari telunjuk. Bukankah itu menyenangkan?"

"Hanya karena itu?"

"Tidak. Alasan lainnya karena aku ingin mendapatkan mu. Pikirku kala itu, jika aku berkuasa dan memiliki banyak pengikut yang mengabdikan hidupnya untuk ku akan mempermudah ku mendapatkan mu. Bahkan jika kau menolakpun aku masih bisa menculik dan mengurungmu."

"Jadi apa kau sekarang sedang menculik ku?" Tanya Jiang Cheng was-was membuat Wangji terkekeh geli.

"Jika aku berniat seperti itu, aku akan menculik mu sejak pertama kali bertemu dengan mu lagi." Wangji kini menatap lekat Jiang Cheng. "Wanyin, awalnya aku benar-benar akan menculik, mengurung, dan memiliki mu untuk diriku sendiri. Tapi ketika aku tau kau bahagia dengan Xichen kala itu, aku mengurungkan niatku. Karena aku tak bisa menjadi orang jahat dan egois jika sudah menyangkut dirimu. Kau selalu menjadi kelemahan ku Wanyin."

Jiang Cheng tertegun. Wangji sudah melakukan begitu banyak hal untuknya. Kenapa Jiang Cheng masih tidak bisa melihat kesungguhan itu? Harusnya dia sadar! Sejak dulu Wangji lah yang selalu berusaha menopang hidupnya. Tapi kenapa hanya Xichen yang selalu didambakannya bahkan setelah lelaki itu berkhianat. Ya, Jiang Cheng masih suka memikirkan Xichen diam-diam di setiap malam yang dilewatinya.

.

.

.

Malam demi malam dilaluinya dengan keheningan. Angin malam seolah menertawakan dengan hembusannya yang semakin dingin. Lebih dingin dari malam sebelumnya. Tapi tampaknya Xichen masih tak memperdulikannya.

Malam yang sepi tanpa bintang seakan melambangkan bahwa langit telah bosan melihat Xichen yang selalu duduk terdiam seorang diri di taman belakang. Keterpurukan yang dialaminya bahkan membuat Xichen lupa pada jabatannya sebagai seorang pemimpin perusahaan. Penampilannya akhir-akhir ini sungguh mengenaskan.

Sementara di dalam rumah, Huaisang memandang nya prihatin. Dia memutuskan untuk mendekat dan mendudukan dirinya disamping Xichen.

"Sampai kapan kau menjalani kehidupan yang seperti ini Xichen?"

Tak ada jawaban apapun dari orang yang tengah mendongak menatap langit itu.

"Tak ada gunanya kau terpuruk seperti ini. Kau pikir dengan seperti ini akan membuat A-Cheng kembali?" Ucap Huaisang lagi membuat Xichen menoleh ke arahnya.

"Kakak ipar, tolong katakan yang sejujurnya! Apa kalian tau dimana Wanyin berada?"

"Berapa kali ku katakan? Kami sungguh tidak tau apapun. Bahkan kak Mingjue juga belum berhenti menyuruh orang untuk mencarinya."

"Kenapa Wanyin bisa di culik? Bukankah saat itu kak Mingjue ada bersamanya?"

"Saat itu aku sedang berada di rumah ibuku ketika aku mendapat kabar A-Yi meninggal, aku pulang dengan terburu-buru hingga aku harus mengalami kecelakaan kecil sehingga Kak Mingjue yang khawatir langsung menemuiku. Sebelumnya dia juga sudah berusaha membawa A-Cheng untuk pulang bersama, tapi A-Cheng ingin tetap disitu untuk sementara, jadi kak Mingjue membiarkannya dulu. Tapi saat Kak Mingjue kembali lagi kesana, Wanyin sudah tidak ada. Kami mencari di sekitaran juga tetap tidak da Wanyin disana. Kak Mingjue bertanya pada beberapa orang disana dengan menunjukkan foto A-Cheng,
dan seseorang bilang bahwa ada orang yang membawa A-Cheng ke mobilnya. Jadi kita beranggapan bahwa A-Cheng sudah di culik."

"Ini salahku."lirih Xichen. menundukkan kepalanya dalam.

"Ini memang salahmu. Tapi hanya terpuruk dan berdiam diri tidak akan menghasilkan apa-apa. Berusahalah lebih keras lagi untuk menemukannya Xichen."

Huaisang menepuk bahu Xichen mencoba memberi semangat pada seorang yang terlihat ringkih itu.

Bagaimanapun, Xichen tetaplah iparnya. Huaisang tidak tega melihat Xichen yang seperti kehilangan roh dalam dirinya. Kesalahan Xichen memang parah. Tapi itu semua berawal karena tipu muslihat wanita sialan itu. Huaisang tau persis seperti apa Lan Xichen. Pria itu terlalu baik dan gampang sekali termakan omongan orang lain. Jadi wajar saja Cheng Xiao bisa dengan mudah merayunya dengan kalimat-kalimat yang membuat Xichen terenyuh.

Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang