Xichen membuka matanya yang berat. Sinar matahari terik menembus masuk di sela-sela gorden kamar yang terbuka. Tangannya meremas kuat kepalanya yang terasa pening. Dia mencoba bangun dari posisi duduknya dan menyadari ada seseorang yang juga terduduk di tepi ranjang.
"Bagaimana keadaan mu? Apa sudah baik-baik saja?" Cheng Xiao berbalik menatap Lan Xichen yang juga balas menatapnya terkejut.
"Kau? Sedang apa disini?"
"Sedang apa aku disini? Apakah kau lupa yang kau lakukan padaku semalam?"
Lan Xichen mengernyit mengingat apa yang dia lakukan semalam memangnya. Lalu seperkian detik kemudian matanya memobola sempurna, kepalanya dia gelengkan dengan cepat.
Tidak mungkin! Tidak mungkin dia melakukan itu pada Cheng Xiao kan?
"Kau menodai dan merenggut harga diriku Lan Xichen!"
"Tidak mungkin!" Lan Xichen masih berusaha menyangkal meski sebagian dari ingatannya mengingat kejadian semalam.
"Aku tidak tau bahwa pria sepertimu ternyata seorang pengecut yang tidak mau mengakui perbuatannya."
"A-aku, a-apa aku sungguh melakukannya?" Lan Xichen bertanya dengan putus asa.
"Apa aku perlu menjelaskan secara detail nya?"
"Maaf. Tapi bisakah kau lupakan ini?"
"Kau akan bersikap sebagai bajingan Lan Xichen? Kau tidak ingin bertanggung jawab setelah kau merenggut kehormatan ku?"
"AKU MEMILIKI ANAK DAN ISTRI!" Lan Xichen berteriak prustasi.
"LALU BAGAIMANA JIKA AKU JUGA MENGANDUNG ANAK MU NANTINYA?" Cheng Xiao balas berteriak membuat Lan Xichen tak berkutik.
Benar! Bagaimana jika Cheng Xiao juga mengandung anaknya? Dia tidak mungkin setega itu untuk menggugurkan anaknya. Tapi apa yang akan dia katakan pada Jiang Cheng dan Jingyi nantinya?
Rasanya Lan Xichen ingin menghilang. Tubuhnya lemas, belum lagi kepalanya yang semakin berdenyut nyeri. Berbagai sumpah serapah dia ucapkan untuk mengutuk dirinya sendiri.
"Baik. Aku akan bertanggung jawab jika itu terjadi nantinya!" Ucap Xichen pada akhirnya membuat Cheng Xiao tersenyum puas.
.
.
.
Jiang Cheng tidak tau apa yang membuatnya seresah ini. Semalaman dia tidak bisa tidur karena alasan yang tidak ia ketahui. Dia hanya terjaga sepanjang malam dan menenangkan hatinya yang tiba-tiba berdenyut nyeri.
Dia sudah berusaha menghubungi Lan Xichen semalaman, namun lagi-lagi suaminya itu mengabaikan panggilan nya. Dan itu semakin membuat perasaa Jiang Cheng tak karuan. Dia hanya ingin memastikan bahwa suaminya itu baik-baik saja.
"Ada apa?" Huaisang yang sedang menemani Jingyi bermain tidak tahan untuk bertanya pada temannya yang terlihat resah itu.
"Perasaan ku tidak enak A-Sang."
"Mengenai?"
"Suamiku!"
"Kalian bertengkar?"
"Tidak juga. Kami hanya terlibat perdebatan kecil sebelumnya. Tapi entah kenapa perasaanku memburuk semalam, terlebih dia tidak menjawab panggilanku. Aku takut terjadi sesuatu padanya."
"Tenangkan dirimu A-Cheng, aku akan mencoba menyuruh suamiku untuk menghubungi nya."
"Terimakasih A-Sang."
"Kalau begitu aku pergi sekarang. Nanti aku akan menghubungi mu jika sudah mendapat kabar tentang nya."
"Ya."
Huaisang menepuk pelan bahu Jiang Cheng, lalu menghampiri Jingyi untuk berpamitan pada bocah itu dan berlalu setelah memberi ciuman sayang di pipi Jingyi.
Anak itu kemudian menghampiri Jiang Cheng yang duduk gusar di sofa.
"Ibu baik-baik saja?"
"Tentu saja sayang."
Jingyi tersenyum saat ibunya menepuk pelan kepalanya.
"Oh paman Wangji menelpon ku. Katanya dia ingin mengajaku bermain hari ini." Ucapnya antusias."Aku ingat waktu itu ada bocah kecil yang mengatai pamannya tidak asik dan tidak mau bermain dengannya." Usil Jiang Cheng.
"Hehe, ternyata paman Wangji tidak seburuk itu ibu." Jawab Jingyi terkekeh malu.
Jiang Cheng mencubit gemas pipi anaknya.
"Apa ibu ikut?"
"Tidak sayang."
"Kenapa?"
"Ibumu harus menjaga rumah."
"Tapi paman Wangji akan senang jika Ibu ikut."
"Tapi ayahmu yang tidak akan senang A-Yi." Timpal Jiang Cheng disertai kekehan ketika mengingat tingkah suaminya saat sedang cemburu.
"Baiklah. Bagaimana jika nanti aku membelikan Ibu makanan sebagai gantinya?."
"Deal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)
General FictionTentang bagaimana Lan Xichen merubah Hitam menjadi Putih, lalu membuatnya menghitam lagi. Juga... Tentang bagaimana Lan Wangji mencegah sang hitam untuk tidak kembali lagi. Ya! Ini adalah tentang bagaimana dua orang dalam satu marga, satu darah, ber...