Udara dini hari buta semakin mendukung suasana. Sakit, dingin, perih. Jiang Cheng berfikir, kemana lagi dia harus pergi? Seberapa cepat lagi dia harus berlari? Terus terang, Jiang Cheng sudah muak dan lelah dengan semua ini. Rasa sakit itu dengan cepat dan mudah menemukannya. Kepahitan seperti bayangan dirinya, di manapun Jiang Cheng berada kepahitan itu seolah tetap mengejar dan mengikutinya.
Setelah perjalanan cukup jauh, mobil berhenti di Rumah Sakit milik Wangji. Song Lan memerintahkan anak buah nya untuk memanggil beberapa perawat sementara dia menggendong tubuh Jiang Cheng yang mengerang, ketubannya pecah di perjalanan. Sedangkan Wangji sudah tak sadarkan diri.
Dokter Xingchen datang membawa brankar bersama beberapa perawat lainnya.
Song Lan membaringkan Jiang Cheng di salah satu brankar itu. Sementara bawahannya membaringkan Wangji di brankar yang lain.
"Astaga apa yang terjadi pada Direktur dan Nyonya Lan?" Tanya Xingchen panik saat melihat kondisi keduanya.
"Selamat kan mereka!" Pinta Song Lan.
"Perawat, tolong bawa Direktur ke ruang operasi. Aku akan membawa Nyonya Lan ke ruang persalinan."
Jiang Cheng menahan tangan Xingchen yang hendak mendorong brankarnya.
"Biarkan kami berada di ruangan yang sama." Pinta Jiang Cheng.
"Tidak bisa nyonya. Itu akan mengganggu konsentrasi mu saat persalinan."
"Tolong, aku mohon. Biarkan dia tetap di sampingku."
Xingchen menggigit bibir bawahnya sejenak sebelum akhirnya mengangguk menyetujui permintaan Jiang Cheng.
>>>
Sejak memasuki ruang operasi, Jiang Cheng tak pernah mengalihkan pandangannya dari Wangji sedetikpun.
Tubuhnya memang sudah terasa lumpuh akibat obat bius yang di suntikan Dokter Xingchen padanya, tapi jiwanya terus memberontak sementara mulutnya hanya bisa meneriakkan nama belahan jiwanya tanpa bersuara.
Dengan hentakan bengis di dadanya, Jiang Cheng memandang Wangji yang juga tengah di tangani oleh Dokter di sampingnya. Jiang Cheng menyadari bahwa cinta ini teramat banyak untuk Wangji. Bayang-bayang Wangji yang selalu mencintai dan menjaganya selama ini tak enyah menyelubungi tempurung kepalanya.
Isakan tangis Jiang Cheng meletup lagi. Jika batinnya terlihat dengan mata telanjang, pastilah ia hangus terbakar. Hitam berasap meninggalkan bentuk yang tak serupa. Sirna. Jiwanya tersesat semakin jauh ketika saat ini dia harus melihat Wangji tak berdaya dan tengah berjuang untuk hidupnya.
"Lan Zhan, tetaplah disini bersamaku. Tapi jika kau tetap ingin pergi, bawalah aku bersamamu." Lirih Jiang Cheng parau.
Tangan Jiang Cheng terulur berusaha menggapai tangan Wangji.
Dokter Xingchen yang melihat itu memandang sendu keduanya, betapa mengharukan dan menyedihkannya moment yang tersaji di depannya ini. Dua orang yang saling mencintai kini tengah sama-sama berjuang untuk hidup mereka. Dia kemudian meraih tangan Wangji dan menyatukannya dengan tangan Jiang Cheng. Membuat Jiang Cheng tersenyum padanya sebelum pria itu benar-benar hilang kesadaran dan memejamkan matanya.
Tenang guys jangan pada marah, Wangji masih ada kemungkinan hidup kok haha
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)
General FictionTentang bagaimana Lan Xichen merubah Hitam menjadi Putih, lalu membuatnya menghitam lagi. Juga... Tentang bagaimana Lan Wangji mencegah sang hitam untuk tidak kembali lagi. Ya! Ini adalah tentang bagaimana dua orang dalam satu marga, satu darah, ber...