Jiang Cheng membuka lembar perlembar album foto di pangkuannya. Album itu berisi banyak kenangannya dengan Lan Xichen. Semua moment dia abadikan dan disimpan dalam album ini. Ingatannya kembali pada beberapa tahun lalu saat keduanya belum memiliki status apapun.
Flash back on
Jiang Cheng berjalan cepat membuat seseorang dibelakang nya mempercepat langkahnya juga.
"Kenapa kau resign? Apa itu karena aku? Kenapa melakukan hal sejauh itu? Kuakui aku suka mengganggu mu, tapi apakah perlu sampai resign dari perusahaan? Kau membenciku sebegitu banyaknya ya?"
Cukup! Jiang Cheng jengah mendengar kerewelan orang di belakangnya itu. Langkah kakinya terhenti, kemudian berbalik dan berkata. "Lan Xichen, bagaimana seorang CEO sepertimu bisa begitu rewel dan memiliki sikap tidak sopan dengan terus mengganggu orang lain seperti ini hah?"
"Untuk mengejar mu aku rela menjadi tidak tau malu Jiang Cheng!" Ucap Lan Xichen seraya meraih tangan Jiang Cheng untuk di pegang nya.
"Lepaskan tanganku!" Jiang Cheng berucap datar.
"Tidak akan!" Balas Lan Xichen dengan kepala yang menggeleng gaduh membuat Jiang Cheng menatap nya tak percaya. Bagaimana bisa orang berwibawa seperti Lan Xichen bertingkah kekanakan seperti ini pikirnya.
"Aku akan memukul mu jika kau tak melepaskan tanganku!"
"Silahkan!" Jawab Lan Xichen tanpa takut membuat Jiang Cheng semakin mengeluarkan kedua tanduk di kepalanya.
"Rasakan ini!" Beberapa centi lagi tinju Jiang Cheng akan mendarat di wajah Lan Xichen sebelum akhirnya orang itu menghindar dan yang terjadi selanjutnya membuat Jiang Cheng mematung dengan matanya yang membola sempurna.
Cupp
Kalian tau bunyi apa itu kan? Itu adalah bunyi yang di timbulkan ketika seseorang mencium orang lainnya.
Iya, iya! Lan Xichen sudah mendaratkan ciumannya di pipi halus Jiang Cheng.
Rahang Jiang Cheng jatuh, mulutnya menganga ketika mendapati Lan Xichen yang kini tengah tersenyum tanpa dosa ke arahnya.
"Kenapa terkejut seperti itu? Kau harus biasa dengan ini. Kedepannya aku akan lebih sering melakukan nya. Aku pergi dulu sayang, segeralah kembali kerumah mu ya. Sampai jumpa." Lan Xichen mengusak kepala Jiang Cheng kemudian melenggang pergi tanpa menghiraukan Jiang Cheng yang masih mematung di tempatnya.
"A-apa-apaan b-barusan?" Jiang Cheng mencoba mencerna kejadian sebelumnya. Lalu kemudian...
"LAN XICHEN BAJINGAN! TIDAK TAU MALU! KENAPA KAU MENCIUM KU BRENGSEK? KEMANA KAU PERGI? KEMARI SIALAN, AKAN AKU BUAT KAU MEMILIKI WAJAH TANPA BIBIR! DASAR MANUSIA LAKNAT, DEMI TUHAN AKU MEMBENCIMU HINGGA KETULANG!"
Jiang Cheng terus berteriak meluapkan kemarahannya. Sementara yang di maki hanya tertawa geli dan berlari kecil menjauhi pria yang sedang berkacak pinggang itu takut-takut Jiang Cheng mengejar nya dan benar-benar menganiaya bibirnya nanti.
Flashback off
Jiang Cheng terkekeh geli mengingat beberapa kenangan itu. Lucu sekali saat membayangkan bagaimana dulu ketika Lan Xichen yang ramah dan dikagumi banyak orang itu jatuh cinta pada Jiang Cheng yang keras kepala dan urakan.
Jiang Cheng menutup album itu kemudian menyalakan tv ruang keluarga nya. Sudah pukul 21.00 tapi suaminya belum kembali. Jadi Jiang Cheng memutuskan untuk menunggu Lan Xichen di ruangan ini sembari menonton tayangan televisi.
.
.
.
Lan Xichen memasuki rumahnya dengan lesu. Sepanjang hari ini, Xichen dibuat kewalahan dengan tingkah Cheng Xiao yang selalu memintanya melakukan ini dan itu dengan alibi atas kemauan anak yang di kandungnya. Langkahnya terhenti saat melihat Jiang Cheng yang tertidur di sofa ruang keluarga. Dia melangkah dan mendekat tanpa suara kemudian berjongkok di samping Jiang Cheng.
Lan Xichen mengamati setiap inci wajah itu. Indah! Hanya itu yang ada di pikirannya ketika melihat wajah Jiang Cheng. Saat tertidur Jiang Cheng berkali lipat lebih indah. Wajahnya terlihat polos dan damai tanpa ada kerutan yang biasa terpampang di dahinya ketika dia sedang kesal.
Tangannya terulur menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi kecantikan itu. Lan Xichen membelai lembut pipi Jiang Cheng.
"Wanyin, bangun." Ucapnya lembut.
Jiang Cheng yang merasa terganggu dalam tidurnya itu pun mengerjapkan matanya.
"Ah, kau sudah pulang?" Tanya Jiang Cheng ketika dia melihat wajah Lan Xichen yang terpampang pertama kali saat dia membuka matanya.
"Kenapa tidur disini?" Tanya Xichen masih dengan kelembutannya.
"Aku menunggu mu."
"Seharusnya tidak perlu menungguku."
"Pagi ini kau bilang akan makan malam bersama ku dan Jingyi, jadi aku menunggu mu."
Xichen menatap istrinya dengan rasa bersalah. Jiang Cheng memang berkata dengan menampilkan senyumnya. Tapi Xichen tau, saat ini istrinya pasti kecewa.
"Maafkan aku." Sesal Xichen.
"Tak masalah. Kau pasti sibuk dengan pekerjaan mu kan?"
Xichen mengangguk ragu.
"Lalu apa kau sudah makan?"
Xichen kembali mengangguk sebagai jawaban.
Jiang Cheng tersenyum hangat. "Bagus. Sekarang bersihkan dirimu dan beristirahat lah." Ucapnya kemudian.
"Ayo ke atas." Ajak Lan Xichen.
"Kau duluan. Aku akan membereskan meja makan terlebih dulu."
Xichen mengangguk kemudian berjalan memasuki kamar lebih dulu. Sementara Jiang Cheng termenung di tempatnya.
Lan Xichen semakin mengabaikan Jiang Cheng dan Jingyi. Dia bahkan sudah jarang untuk sekedar sarapan dan makan malam bersama. Semua waktu Lan Xichen semakin menipis dan terkikis untuk Jiang Cheng dan Jingyi.
Berapa lama lagi Jiang Cheng harus bertahan seperti ini? Harus dengan cara seperti apa lagi dia menyembunyikan rasa sakitnya seorang diri? Masihkan dia sanggup menjalani hubungan yang terasa semakin mencekat dan menyiksa nya ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)
General FictionTentang bagaimana Lan Xichen merubah Hitam menjadi Putih, lalu membuatnya menghitam lagi. Juga... Tentang bagaimana Lan Wangji mencegah sang hitam untuk tidak kembali lagi. Ya! Ini adalah tentang bagaimana dua orang dalam satu marga, satu darah, ber...