26

276 44 22
                                    

Sinar matahari menyelinap dari sela-sela tirai. Menyentuh wajah Jiang Cheng yang masih terlelap. Sama sekali tidak ada ketenangan dalam tidurnya, sejak semalam Mingjue melihat Jiang Cheng selalu bergerak gusar, dahinya berkerut menandakan bahwa Jiang Cheng masih memikirkan banyak hal bahkan dalam tidurnya.

Mingjue memandang Jiang Cheng iba, menyaksikan Jiang Cheng yang kacau seperti semalam membuatnya sedih juga. Mingjue sudah menganggap Jiang Cheng sebagai adiknya sendiri. Dia sudah menyayangi Jiang Cheng sejak dulu, ketika anak itu masih kecil. Saat itu, Wangji yang merupakan sepupunya sering kali meminta Mingjue untuk mengantarkan Wangji menemui Jiang Cheng, dari situlah Mingjue dekat dan mengenal Jiang Cheng juga.

Saat kecil Wangji memang paling dekat dengan Mingjue karena Lan Xichen menetap di Kanada bersama paman mereka yang kebetulan tidak memiliki anak. Sampai akhirnya Mingjue pun harus terpaksa pergi ke Kanada juga mengikuti orang tuanya saat dia berusia sebelas tahun. Hingga sejak saat itu dia tidak pernah bertemu dengan Jiang Cheng kecil lagi.

Sampai akhirnya siang kemarin Wangji menemui nya dan memberi tau bahwa Jiang Cheng yang sekarang menjadi istri Lan Xichen ini adalah Jiang Cheng kecilnya. Dia sungguh mengsumpah serapahi dirinya sendiri yang begitu bodoh tidak mengenali Jiang Cheng saat Lan Xichen memperkenalkan mereka waktu itu. Terlebih dia juga merasa bersalah pada Wangji. Mingjue tau dengan baik bagaimana perasaan Wangji pada Jiang Cheng sejak dulu. Tapi kini sepupu kecilnya itu harus dihadapkan oleh kenyataan yang jelas sangat menyakitkan karena melihat sosok yang dicintainya diperistri oleh kakaknya sendiri. Mingjue turut menyesal atas apa yang harus di terima Wangji.

Huaisang menghampiri Mingjue yang duduk disisi ranjang tempat Jiang Cheng terbaring.

"Kak, segeralah pergi mandi lalu sarapan, kau harus bekerja." Ucap Huaisang pada suaminya.

"Aku ingin berbicara dengan A-Cheng dulu, tapi aku tak bisa membangunkannya."

"Kau bisa berbicara dengannya nanti. Jangan khawatir, aku akan menjaganya." Ucap Huaisang yang kini disetujui oleh Mingjue.

"Aku akan bersiap-siap. Kau temani dia." Mingjue bangkit dari duduknya. "Oh ya, jika Xichen datang kemari, jangan beritahu dia bahwa A-Cheng ada disini kecuali A-Acheng sudah siap menemui suaminya itu." Ucapnya lagi sebelum berjalan keluar dari kamar itu.

.

.

.

Nie Huaisang mendudukkan dirinya di sisi ranjang, dia memperhatikan Jiang Cheng dengan seksama. Dia sama sedih nya dengan Mingjue saat tau bahwa Jiang Cheng kini harus mengalami hal seperti ini. Meski Huaisang baru mengenal Jiang Cheng setelah menikah dengan Nie Mingjue, tapi dia tau bahwa Jiang Cheng adalah orang yang rapuh di dalamnya.

Huaisang menampilkan senyumnya ketika Jiang Cheng kini sudah membuka matanya.

"Selamat pagi."

"Pagi A-Sang."

"Apa kau merasa pusing?"

"Aku baik-baik saja."

"Syukurlah. Aku akan membawa kan mu sarapan."

"Tidak perlu, aku akan makan di bawah."

"Baiklah."

"Dimana A-Yi?"

"Aku sudah mengantarnya ke sekolah."

"Maaf sudah merepotkan mu."

"Jangan sungkan, A-Yi juga keponakan ku."

Jiang Cheng ikut tersenyum ketika Huaisang memberinya senyuman hangat juga.

"Apa kau ingin berbagi sesuatu padaku?" Ucap Huaisang kemudian.

Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang