1

958 110 1
                                    

Jiang Cheng tersenyum kecil menyaksikan pemandangan indah di depannya.

Dua orang dengan perbedaan umur yang kontras terlihat sedang saling berdebat di hadapannya.

"Ibu, lihatlah! Ayah bermain curang."

Senyuman Jiang Cheng semakin merekah tatkala seorang anak berlari ke arahnya dengan tangan yang menunjuk orang dewasa lainnya yang kini sedang tertawa.

"A-Yi, jangan menunjuk ayahmu. Itu tidak baik." Ucap Jiang Cheng seraya berjongkok mensejajarkan tingginya dengan bocah yang tengah mencebik kesal itu.

"Tapi ayah curang, bukankah itu juga tidak baik ibu?"

"A-Yi, lelaki yang tidak menerima kekalahan dan mengadu pada ibunya adalah lelaki yang tidak jantan!" Ucap pria dewasa itu yang kini sudah berdiri di samping Jiang Cheng.

"Ck, yang curang lebih tidak jantan!"

"Oho, lihatlah Wanyin! Anakmu semakin pandai membalas perkataan orang dewasa rupanya."

"Anakmu? Ayah! Jangan lupa bahwa aku juga anak mu!" Koreksi anak itu.

"Aku tidak memiliki anak yang payah!"

"Payah? Ayah sungguh mengataiku payah? Aku tidak payah! Ayah yang payah, bermain dengan anak kecil pun masih berbuat curang." Ucap anak itu bersungut-sungut tak terima dengan perkataan ayahnya.

Jiang Cheng yang menyaksikan perdebatan tak berujung itu hanya terkekeh geli seolah sudah biasa menghadapi situasi seperti ini.

Jika diingat lagi, Jiang Cheng tidak pernah mengira akan mengalami hal-hal indah begini. Menikah dan berkeluarga. Itu adalah sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Pertemuannya dengan Lan Xichen waktu itu membawanya pada dunia baru.

Delapan tahun lalu, Jiang Cheng bertemu dengan Lan Xichen di perusahaan milik pria itu untuk melamar pekerjaan.

Entah karena bakat yang ada pada dirinya atau justru hanya karena keberuntungan saja akhirnya Jiang Cheng di terima di perusahaan yang luar biasa besar itu.

Dia menjalani pekerjaannya seperti biasa selayak karyawan lainnya. Namun secara tak terduga, Lan Xichen, atasannya tiba-tiba berkata bahwa pria itu jatuh cinta. Jatuh cinta pada Jiang Cheng!

Tentu saja Jiang Cheng menolak mentah-mentah. Namun rupanya pria itu tidak perduli. Hari Jiang Cheng yang tenang menjadi menyebalkan karena gangguan dari atasannya. Bahkan hingga Jiang Cheng resign dari perusahaan itupun, Lan Xichen seolah tidak pernah berniat untuk menyerah.

Sampai akhirnya Jiang Cheng jengah dan bertanya apa yang membuat pria itu jatuh cinta padanya.

"Cepat katakan apa mau mu sebenarnya?"

"Kamu!"

"Bisakah kau tidak bertele-tele? Aku muak!"

"Wanyin selalu saja marah."

"Kau sungguh ingin menguji kesabaran ku?"

Lan Xichen terkekeh melihat air wajah Jiang Cheng yang merah padam menahan amarah.

'Lihatlah Wanyin kesal' batinnya berkata.

"Kuberi kau kesempatan untuk bicara. Jadi cepat katakan ada apa sebenarnya dengan mu? Kenapa terus mengganggu ku?"

"Sudah ku katakan bahwa aku jatuh cinta padamu Wanyin."

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Bodoh! Kenapa jatuh cinta padaku?"

"Entahlah, mungkin itu karena kamu adalah Wanyin."

"Cih, tak di ragukan lagi. Mulut pria seperti mu memang ahlinya berbicara hal-hal menjijikan seperti ini."

"Wanyin, kau melukai perasaanku."

"Apa perduli ku?"

"Mulutmu sungguh kasar Wanyin."

"Dan mulutmu sungguh penuh bualan Lan Xichen!"

"Kau pikir aku membual saat mengatakan bahwa aku mencintaimu?"

"Lalu katakan alasan masuk akal yang membuat mu mencintai ku sialan!"

"Aku mencintai semua yang ada padamu Wanyin!"

Kalimat itu di ucapkan dengan nada rendah yang berhasil membuat Jiang Cheng terperangah.

Entah kenapa aura dominan Lan Xichen terlalu kuat hingga membuat nyalinya sedikit mengendur.

"Aku kagum dengan bagaimana caramu menjadi kuat."

"Aku menyukai sorot sendu di balik tatapan tajam mu."

"Aku ingin melihat senyum yang kau simpan disudut sana. Senyum yang sebelumnya tidak pernah kau perlihatkan pada siapapun."

"Aku jatuh cinta pada semua sisi yang ada padamu. Termasuk sisi lainmu yang sudah kau sembunyikan."

"Wanyin, sejak awal aku bisa mengenali bahwa yang kulihat saat itu hanyalah topeng yang sedang kau pakai."

"Aku bisa mendengar Isak tangis dibalik mulut kasarmu!"

"Bahkan saat melihat jauh ke dalam matamu, aku bisa melihat kesakitan dan keputusasaan disana."

"Tingkah sembrono mu adalah cara untuk menutupi sisi lemahmu."

"Kalimat-kalimat kasar yang kau lontarkan adalah untuk mencegah keluarnya isakan pilu dari mulutmu."

"Setelah mengamati mu diam-diam aku sadar bahwa kau hanyalah sosok rapuh yang sedang membodohi diri sendiri dengan berpura-pura kuat."

"Wanyin, kamu adalah Putih yang di paksa menjadi Hitam."

"Untuk itu, izinkan aku mencintaimu Wanyin. Biarkan aku menjaga dan membantu mu keluar dari kelam. Bersamaku, kau bisa menjadi dirimu yang seputih dulu. Wanyin yang cerah dan penuh tawa. Bukankah kamu juga merindukan dirimu yang dulu Wanyin?"

Sejak hari itu, Lan Xichen benar-benar menepati janjinya untuk menjaga Jiang Cheng. Pria itu tidak menyerah bahkan setelah di tolak berkali-kali. Semakin Jiang Cheng menolak dan menjauh, Semakin pria itu berusaha keras mendapatkan nya. Hingga pada akhirnya Jiang Cheng kalah dan jatuh pada pelukan Lan Xichen.

Tepat setelah satu tahun mereka dekat, Lan Xichen memutuskan untuk menikahi Jiang Cheng di usianya yang ke 21. Dan sekarang pernikahan mereka sudah memasuki tahun ke tujuh. Terlebih saat ini, pernikahan mereka di lengkapi oleh sosok kecil yang sudah Jiang Cheng lahirkan 6 tahun lalu.

Untuk tahun-tahun itu, Jiang Cheng sudah berubah banyak. Tidak ada lagi tatapan tajam juga kalimat-kalimat kasar dari dirinya. Lan Xichen sungguh membuktikan ucapannya untuk membuat Jiang Cheng kembali menjadi Putih yang bersih.

Jiang Cheng menjalani kehidupan yang baik berkat suami dan anak yang di cintai nya. Dan Jiang Cheng bersyukur untuk itu.

Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang