Lan Xichen benci. Mengapa cinta itu terasa tak adil untuknya? Mengapa dia tak bisa mengenggam kembali sesuatu yang sudah dia genggam sebelumnya? Dan mengapa dia tak bisa merubah apa yang seharusnya bisa dia ubah?
Dia hanya bisa termenung dan membisu. Rasanya hatinya hancur tak tersisa. Kata-kata Jiang Cheng terngiang-ngiang di pikirannya.
Benarkah Jiang Cheng mencintai Wangji sekarang? Apa secepat ini?
"Hidup mu menjadi tak berguna tak tak terarah akhir-akhir ini." Xichen melirik Mingjue yang baru saja memasuki ruang kerjanya.
"Untuk apa kau datang kesini? Bukankah kakak membenci ku juga?".
"Tentu saja aku membenci mu. Tapi bagaimana pun kau tetap adikku Xichen. Aku tak mau hidupmu menjadi berantakkan."
"Kakak, aku ingin Wanyin kembali."
"Tidak bisa Xichen!"
"Kenapa? Aku masih bisa berusaha mengejarnya."
"Dan membuatnya semakin membenci mu? Sadar Xichen, dia sudah tak bisa bersamamu. Kenapa kau tak bisa menghargai keputusannya?"
"Aku mencintai nya kak, aku tidak bisa kehilangan dia."
"Lalu apa kabar dengan Wangji? Dia juga mencintai A-Cheng. Tapi dia bisa merelakan A-Cheng bahagia bersamamu saat itu. Bahkan terakhir kali pun, Wangji masih memberi kesempatan untuk kalian saling bicara meski hatinya terluka. Wangji tak pernah memaksa A-Cheng untuk menerimanya selama ini. Tapi kenapa kau tak bisa untuk tidak menjadi egois Xichen? Kau akan semakin menyakitinya."
"Tapi aku sungguh tidak bisa melupakan nya."
"Kau tak perlu melupakan. Hanya relakan saja dia. Jika kau sangat mencintainya, kau akan mengesampingkan semua egomu demi kebahagiaannya. Sama seperti yang selalu Wangji lakukan selama ini."
"Kakak berniat membandingkan ku dengan Wangji?"
"Aku tidak. Aku hanya ingin memperjelasnya padamu bahwa cinta yang dimiliki Wangji lebih hebat dari yang kau punya. Jiang Cheng lebih layak bersamanya. Mengertilah Xichen!"
"Maksudmu cintaku tak lebih besar dari cinta Wangji?"
"Tidak juga. Tapi cinta yang Wangji punya lebihlah murni."
Kenapa semua orang terlihat memojokkannya sekarang? Seolah mereka semua puas dengan apa yang telah dialaminya.
Apakah dia layak di perlakukan seperti ini? Dia hanya melakukan satu kesalahan. Tapi kenapa dia tak memiliki sedikit pengampunanpun hanya karena hal itu?
.
.
.
Jiang Cheng berjalan ringan memasuki area Apartement nya. Dia baru saja kembali dari minimarket sekitar Apartment itu. Namun langkahnya terhenti saat seseorang menahan lengannya.
"Apa-apaan?" Tanya Jiang Cheng tak suka saat Xichen menariknya tiba-tiba menjauh dari sekitaran orang-orang yang berlalu lalang.
"Beri aku kesempatan untuk bicara denganmu sekali lagi."
"Apalagi yang ingin kau bicarakan? Tidakkah semuanya sudah jelas? Kita sudah berpisah. Tak ada lagi yang perlu kita bicarakan! Jangan menggangguku lagi."
"Sekali ini saja tolong dengarkan aku.
Setelah ini aku benar-benar tidak akan mengganggumu lagi.""Jika kau melanggar ucapanmu dan mengganggu ku lagi, aku sungguh tidak akan pernah mau bertemu denganmu atau mengenalmu lagi."
"Baik." Xichen menghela nafas. "Wanyin, aku hanya belum yakin dengan ini semua."
"Apa yang tidak kau yakini?"
"Perpisahan kita, hubungan mu dengan Wangji. Semuanya terasa tak nyata bagiku."
"Lan Xichen, kenapa kau repot-repot menemuiku hanya untuk pembahasan yang tidak berguna seperti ini?"
"Wanyin, tidakkah kau berpikir bahwa hubungan mu dengan Wangji terlalu cepat? Kita baru saja berpisah. Semudah itukah kau mengganti posisiku?"
"Kita memang baru berpisah secara hukum. Tapi bagiku perpisahan kita sudah terjadi cukup lama. Bersamaan dengan pengkhianatan yang kau lakukan. Sejak itu semuanya berakhir untukku. Dan tunggu, kau berkata aku terlalu cepat mengganti posisi mu? Lalu bagaimana denganmu yang menemukan orang baru disaat aku masih jelas-jelas berstatus sebagai istri mu? Tidakkah itu lebih keterlaluan?"
"Wanyin.."
"APA?"
"Mengertilah, yang kuingin hanyalah kamu, tiada yang lain. Bisakah kita memulai semua ini lagi dari awal seperti kala itu, ketika tidak ada kata benci diantara kita."
"Lan Xichen. Dimana sebenarnya otak mu berada? Apa kau sungguh bodoh? Apa kau memang setidak tau malu ini?"
"Wanyin, pikirkan ini! Mungkin pantai yang baru membuatmu lebih bahagia, tapi disana tidak ada istana pasir dengan kenangan yang indah yang telah kita bangun bersama. Tidak ada aku, dan tidak ada mimpi kita."
Jiang Cheng semakin menganga tak percaya. Apakah Xichen sudah kehilangan akal hingga dia bersikap tak tau malu seperti ini.
"Masa bodoh dengan apa yang kau katakan. Tidakkah kau mengerti bahwa aku tidak ingin kembali bersamamu!"
"Kenapa? Kau sungguh tidak mencintai ku lagi?"
"Ya!"
"Lalu, tatap mataku dan katakan bahwa kau tidak mencintai ku lagi." Tantang Lan Xichen.
Jiang Cheng berdecih kemudian maju selangkah mendekat kan dirinya dengan Lan Xichen. Matanya menatap telak netra milik seseorang yang dulu teramat sangat dicintainya.
"Aku tidak mencintaimu lagi Lan Xichen." Ucapnya tanpa keraguan yang sontak membuat Xichen melangkah mundur dengan kepala yang menggeleng tak percaya.
"Enyahlah dan biarkan aku hidup tenang bersama Wangji!" Jiang Cheng berucap lagi dengan penuh penekanan. Lalu dia melenggang begitu saja meninggalkan Xichen dengan kepiluannya.
Jadi bingung mau layarin Wanyin sama siapaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)
General FictionTentang bagaimana Lan Xichen merubah Hitam menjadi Putih, lalu membuatnya menghitam lagi. Juga... Tentang bagaimana Lan Wangji mencegah sang hitam untuk tidak kembali lagi. Ya! Ini adalah tentang bagaimana dua orang dalam satu marga, satu darah, ber...