40

298 36 21
                                    

Perjalanan hidup yang Jiang Cheng jalani sampai hari ini rasanya terlalu berliku untuk diingat terus menerus. Banyak hal yang telah membuatnya terluka dan tak jarang hal itu membuatnya ingin berhenti kemudian berlari. Namun kenyataan mengajak Jiang Cheng untuk menyadari jika hidup tak pernah sesederhana apa yang di bayangkannya.

Jiang Cheng menatap pemandangan indah nan unik yang tersaji di depan matanya. Ini adalah pertama kalinya dia keluar dari Mansion yang dia tinggali. Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat tempat ini berada di pesisir pantai yang terbentang luas di depannya. Entah apa lagi kombinasi yang lebih sempurna ketimbang matahari terbenam, suara debur ombak, semilir angin sejuk, dan kawanan kunang-kunang yang mengitari sekelilingnya. Jiang Cheng suka suasana tenang seperti ini.

Jiang Cheng mendengar langkah kaki yang mulai mendekat dari arah belakang. Lalu beberapa saat orang itu duduk di samping Jiang Cheng senyamannya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?"

Suaranya sangat Jiang Cheng kenal. Siapa lagi jika bukan Wangji.

Jiang Cheng hanya menoleh ke arahnya. Lalu balik menatap langit yang mulai menghitam.

"Tidak ada. Aku hanya ingin menikmati suasana ini. Rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan ketenangan."

"Aku ingin memberi tau mu sesuatu." Ujar Wangji tiba-tiba.

Tanpa mengalihkan atensinya dari langit, Jiang Cheng berucap. "Katakan saja."

"Lan Xichen sudah berpisah dengan Cheng Xiao."

Jiang Cheng tak bergeming.

"Wanita itu sudah menipu Lan Xichen. Dia berpura-pura hamil disaat dia sudah menggugurkan kandungannya. Dan dia menikahi Xichen hanya untuk menghancurkan mu. Kau tau bukan Wanita itu terobsesi padaku sejak dulu. Dia tak pernah mencintai Lan Xichen."

Jiang Cheng masih tak bergeming. Dia tak tau harus bereaksi seperti apa. Ini terlalu mengejutkannya. Beberapa saat dia ingin bersyukur pada tuhan karena Xichen mendapatkan karmanya juga. Namun dia mulai merasa iba dan kasihan kepada lelaki itu. Mungkin ini semua karena rasa sayang yang masih belum kadaluarsa di hatinya. Mengingat keadaan Xichen yang sepertinya terluka pun rasanya dia tidak sampai hati jika harus merayakan dengan sorak sorai kegembiraan.

"Wanyin, akankah kau kembali padanya?" Nada suara Wangji lebih lirih dari sebelumnya. Jiang Cheng tau, Wangji pasti tengah gelisah saat ini.

Kini Jiang Cheng mengalihkan pandangannya dari langit, kemudian beralih melihat Wangji yang menunduk di sampingnya.

"Aku tidak memikirkan hal itu."

Jawaban Jiang Cheng membuat Wangji menoleh ke arahnya.

"Kenapa? Bukankah Xichen tidak bersalah sepenuhnya?"

"Memang. Tapi yang dia lakukan tetaplah pengkhianatan. Aku mungkin akan memaafkannya jika ini hanya perkara perselingkuhannya dengan Cheng Xiao. Tapi yang dia lakukan lebih dari itu. Dia sudah membiarkan Jingyi ku mati, dan aku tak akan melupakan hal itu."

"Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya."

"Tidak tau. Untuk saat ini bisakah aku bergantung padamu seperti dulu? Sampai aku bisa mengambil langkah ku selanjutnya."

Senyuman Wangji tercipta. "Dulu ataupun sekarang, kau selalu bisa bergantung padaku Wanyin." Ucapnya kemudian.

"Tapi bolehkan aku meminta satu hal Wangji?"

"Apapun Wanyin."

"Tinggalkan lah dunia yang sudah kau geluti selama 8 tahun ini. Aku tidak mau kau terlibat dalam pekerjaan seperti ini lagi. Ini terlalu beresiko dan berbahaya Wangji."

Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang