46

265 35 49
                                    

"Boleh ku tau apa yang kau dan Xichen bicarakan tadi?" Tanya Wangji Tiba-tiba membuat kegiatan Jiang Cheng yang tengah menata bahan makanan di kulkas itu terhenti.

"Maaf, aku tak sengaja melihat kalian berdua di bawah." Ujar Wangji.

Jiang Cheng hanya mengangguk. Sebelum menjawab. "Dia memintaku kembali." Ucapnya berterus terang.
Dia tak ingin menyembunyikan apapun dari Wangji.

"Lalu bagaimana?"

"Bagaimana apanya?"

"Kau tidak akan memberinya kesempatan?"

"Wangji, jangan bersikap menyebalkan. Setelah apa yang sudah terjadi antara kita beberapa hari ini terakhir ini masihkah kau perlu bertanya hal seperti itu?"

"Kau bisa berubah pikiran."

"Tidak akan. Aku sudah memutuskan untuk berpisah dengannya. Tak ada lagi kata kembali. Terlebih, aku suka bersama mu Wangji."

"Sungguh?"

"Apa aku perlu menciumu dulu agar kau percaya?"

"Jika kau mau, boleh-boleh saja Wanyin."

"Wangji?"

"Iya Wanyin? Ingin menciumku sekarang?"

"Kau ingin aku menendang mu dari sini?"

"Apa salahku? Kau ingin menciumku kan? Aku hanya memberimu izin."

"Aku hanya menyindir mu bodoh!"

Wangji terkekeh sementara Jiang Cheng sudah melotot kearahnya.

"Baiklah, baiklah. Aku becanda."

Jiang Cheng menaruh barang terakhirnya.

Dia mendekati Wangji yang tengah duduk di sofa. Tatapannya berubah serius ketika dia sudah berhadapan dengan Wangji.

"Ada apa?" Wangji terkesiap ketika Jiang Cheng menatapnya intens.

"Aku menyesal Wangji."

"Perihal apa?" Tanya Wangji hati-hati. Dia gugup tentang apa yang disesali Jiang Cheng.

"Aku menyesal karena terlampau lambat mencintaimu."

"Hehh?"

"Tanpa sadar rasa itu menyelinap masuk dalam relung hatiku, sungguh aku tak tau pasti kapan rasa ini mulai tumbuh, tetapi aku dapat memastikan bahwa rasaku padamu adalah nyata."

"Wangji?"

"Y-ya?"

"Mulai saat ini peluk aku, rangkul aku dan dekaplah aku sesukamu. Kau bisa beritahukan pada semua tentang aku. Tentang rasamu. Rasa yang membuatku bersumpah takkan meninggalkanmu secuil ujung kuku sekalipun. Berikan aku cinta, maka akan kuberikan seluruh duniaku juga padamu. Karena kemarin aku telah bersumpah di depan senja yang kusukai. Bahwa aku jatuh cinta padamu." Pungkas Jiang Cheng dengan penuh kelembutan disetiap katanya.

Sementara Wangji? Jangan tanya keadaan pria itu sekarang. Saat Jiang Cheng mengakhiri kalimatnya, Wangji menjatuhkan kepalanya di paha Jiang Cheng dan menangis tersedu begitu saja. Membuat Jiang Cheng menumpu kepalanya sendiri dengan sebelah tangan. Astaga, ada apa dengan Wangji. Sikap pria itu menyebabkan Jiang Cheng tertawa geli.

"Ada apa dengan mu?" Tanya Jiang Cheng terkekeh.

Wangji mengusak kasar wajahnya pada paha Jiang Cheng.

"Wanyin aku terharu." Jawab Wangji di sela tangisnya.

"Apa perlu sampai menangis seperti ini?"

"Kau tidak mengerti. Setelah 24 tahun akhirnya cinta ku terbalas juga. Siapa yang takkan senang dengan hal itu?"

Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang