13

273 45 0
                                    

Jiang Cheng turun dari mobilnya dengan tergesa ketika melihat Wangji yang berjalan sempoyongan keluar dari club itu.

Dia langsung bergegas ketempat ini saat tadi Wangji tiba-tiba menelponnya dan meracau tidak jelas membuat Jiang Cheng berpikir bahwa lelaki itu sedang mabuk membuat Jiang Cheng cemas karena dia tau hal-hal seperti apa yang akan dilakukan Wangji ketika mabuk. Setelah menanyakan keberadaan pria itu, Jiang Cheng memutuskan sambungan telponnya dan bergegas menyusul Wangji.

"Lan Wangji! Ada apa denganmu hah?" Jiang Cheng bertanya penuh emosi pada pria yang kini sudah di papahnya.

"Wanyin? Kau kah ini?"

"Menurut mu siapa lagi?"

"Apa kau mengkhawatirkan ku?"

"Apa yang mengganggu pikiran mu hingga kau mabuk seperti ini?"

"Kamu, tentu saja!"

"Lagipula untuk apa memikirkan ku?"

"Memangnya kau tidak pernah memikirkan ku juga Wanyin?"

"Tentu saja tidak. Mengapa aku harus memikirkan mu?"

"Apakah aku sungguh tak pernah ada di hatimu meski sedikit saja?"

"Aku sudah keberatan karena harus memapahmu sekarang. Bisakah jangan membuat ku semakin muak dengan terus berbicara omong kosong?"

"Kau kejam Wanyin. Aku mencintaimu selama dua puluh empat tahun, tapi dalam hatimu sama sekali tidak pernah ada aku. Apa aku sungguh harus melepas mu? Kenapa kau melakukan ini padaku Wanyin? Aku mencintaimu seumur hidupku, tapi kau memaksaku untuk menghilangkan semua itu? Kau sungguh tega." Wangji berucap dengan kedua tangannya yang bergelayut pada pundak Jiang Cheng membuat sang empu mendorong nya menjauh.

"Wangji, kenapa kau tak berusaha untuk mencari seseorang? Kau seperti ini karena kau kesepian!"

"Aku tak keberatan harus kesepian. Kau tau sendiri bahwa aku memang mencintai sepi dan sunyi. Dan yang ku tau sekarang bahwa aku mencintaimu lebih dari aku mencintai sepi dan sunyi. Aku tidak butuh ramai jika bukan kamu orang yang ada di dalamnya. Aku tidak butuh pasangan jika bukan kamu yang berada di sampingku. Tidakkah kau mengerti itu?"

"Berapa kali lagi aku harus mengatakan bahwa kini aku istri kakakmu! Sudah berulang kali ku tegaskan padamu bahwa aku mencintai nya Wangji! Aku mencintai kakak mu dan bahagia dengannya. Kenapa kau tidak bisa merelakan itu? Setidaknya hargailah perasaan kakakmu. Dia akan terluka jika tau bahwa kau mengharapkan ku."

Wangji ambruk di bawah kaki Jiang Cheng. Bukan! Bukan Wangji tidak menghargai ataupun tidak menyayangi kakaknya. Lan Xichen jelas berarti untuknya, hanya saja Wangji juga tidak punya keberanian untuk melupakan Jiang Cheng. Wangji sudah membawa nama Jiang Cheng seumur hidupnya. Bagaimana dia bisa dengan mudah menerima ini semua? Wangji merasa Tuhan menganak tirikan nya. Jika Wangji tidak bisa memiliki Jiang Cheng kenapa pula dia harus dihadapkan dengan kenyataan menyakitkan bahwa kini orang yang dicintai nya justru menjadi pasangan kakaknya sendiri. Apakah takdir senang mempermainkannya? Sebenarnya karma dari dosa mana yang dia terima sekarang?

"Wanyin, aku juga sudah berusaha melupakan mu. Bahkan kepergian ku selama sepuluh tahun itu juga bentuk usahaku dalam melepasmu. Tapi hasilnya selalu nihil. Sungguh aku tidak bisa mengubur perasaanku, tidak bisakah kau biarkan saja perasaan ini? Aku berjanji tidak akan merusak hubungan kalian. Hanya saja tolong biarkan aku menjaga rasa ini tetap ada. Aku mohon!"

Jiang Cheng berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Wangji yang kini menatapnya dengan berurai air mata.

"Itu akan menyakitimu Wangji!"

"Tidak masalah. Biarkan aku menikmati cinta ini dan menanggung sakitnya sendirian."

"Kau tau aku menyayangimu Wangji, jangan lakukan sesuatu yang membuatmu terluka."

"Kau menyayangiku? Lalu kenapa dulu kau menikahi kakak ku?"

"Aku memang menyayangi mu Wangji, tapi bukan dalam konteks yang kau kira. Lagipula semua sudah menjadi seperti ini. Tidak ada gunanya menyesali yang sudah terjadi. Kenapa sekarang kau begitu lemah Wangji? Lihatlah, setelah kembali kau menjadi mudah sekali menangis. Aku ingin Wangjiku yang dulu kembali. Wangji yang kuat dan angkuh. Bisakah kau bangkit kembali Wangji? Aku benci melihat mu seperti ini. Ini menyakiti ku juga." Jiang Cheng berucap seraya menghapus sisa-sisa air mata yang bertahan di pipi Wangji.

"Sekarang ayo pulang ya!" Jiang Cheng membantu Wangji berdiri dan kembali memapahnya membawa lelaki itu memasuki mobilnya.

Jiang Cheng tau bagaimana Wangji. Dibalik sikap nya yang dingin dan angkuh Wangji memiliki hati yang lembut dan hangat. Apalagi saat bersama Jiang Cheng, Wangji hanyalah anak kucing yang mengekori induknya. Bahkan ketika masih kecil dia akan menangis saat Jiang Cheng terluka meski sedikit. Dan tentu saja hanya Jiang Cheng yang tau sisi Lan Wangji yang seperti ini.

Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang