Malam ini, di sebuah kamar hotel yang temaram, dua jiwa telah berpadu, dua raga bertaut dalam cumbu. Seperti malam beberapa waktu lalu, malam ini pun mereka lewati dengan penuh gairah.
Beberapa adegan percintaan dan beberapa kisah romantis tercipta pada malam di kamar ini, tanpa menyadari bahwa yang telah mereka lakukan akan terukir menjadi sekelumit sejarah menyakitkan dalam kehidupan seseorang.
Jika malam itu Lan Xichen melakukannya karena melihat Cheng Xiao sebagai Jiang Cheng maka berbeda dengan sekarang, saat ini dia jelas tau bahwa orang di bawahnya ini adalah Cheng Xiao. Dia melakukannya dengan kesadaran 100%. Lalu kenapa dia melakukan ini? Entahlah, mungkin karena dia mulai menyukai gadis ini? Beberapa waktu terakhir, Cheng Xiao berhasil mengambil alih atensinya.
"Ahhh... Xichen, a-aku ahhh hamil." Cheng Xiao berucap tiba-tiba disela adegan panasnya membuat Lan Xichen menghentikan pergerakan nya juga.
"Apa?" Tanya Xichen memastikan.
"Aku hamil."
Lan Xichen bangkit mendudukan dirinya. Pria itu diam. Pikirannya berkecamuk. Wajahnya berubah pucat dan jantungnya berdegup kencang. Seperti yang di khawatir kannya bahwa Cheng Xiao akan mengandung anaknya.
"Kenapa? Apa kau tidak senang? Lalu mengapa malam ini kau kembali menggauli ku?" Tanya Cheng Xiao yang kini ikut mendudukan dirinya.
"Aku akan bertanggung jawab. Tapi beri aku waktu untuk mengatakan semua ini pada Wanyin."
Di balik temaramnya lampu, Lan Xichen bisa melihat sekilas wajah riang Cheng Xiao ketika dia mengatakan itu.
Berbeda kontras dengan Cheng Xiao yang terlihat senang, Lan Xichen justru tengah melayang pada pikirannya sendiri. Dia tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya? Kenapa dia melakukan ini lagi? Kenapa pula dia harus merasakan perasaan lain untuk Cheng Xiao? Bukankah yang dia lakukan saat ini jelaslah pengkhianatan? Oh apa dia sudah menjadi orang brengsek sekarang?
.
.
.
Malam semakin larut. Semilir angin hinggap di pucuk-pucuk yang kemudian bergoyang pelan. Dingin udara malam terasa menusuk hingga ke tulang. Sang kucing malang meringis, ada segaris rasa sakit mengiris seiring hembusan angin, ada setangkup haru mengoyak kala udara malam mencengkram. Ringkih. Pilu.
Beberapa jam lalu saat dirinya hendak menjemput Huaisang yang berniat menginap di sebuah Hotel karena bertengkar dengan Nie Mingjue, Jiang Cheng secara tak sengaja melihat dua orang yang di kenalinya memasuki salah satu kamar hotel dengan saling merangkul mesra.
Awalnya Jiang Cheng tidak ingin berburuk sangka dan menganggap bahwa Lan Xichen memang mungkin memiliki urusan disana meski dia sendiri tidak yakin. Tapi saat dia menghubungi Lan Xichen dan menanyakan keberadaannya justru kebohongan lah yang Jiang Cheng dapatkan. Lan Xichen mengatakan bahwa dia tidak akan pulang karena harus lembur di kantornya. Baiklah, hanya dengan jawaban Xichen yang berisi kebohongan itu, Jiang Cheng cukup mengerti bahwa suaminya kini sudah bermain api bersama Cheng Xiao di belakangnya.
Jika ini adalah Jiang Cheng yang dulu mungkin dia akan langsung menerobos masuk dan melabrak suaminya saat itu juga. Tapi yang dia lakukan tadi adalah melangkah mundur dengan kaki yang mulai melemas lalu kembali ke mobilnya menunggu Huaisang disana.
Dan disinilah dia sekarang, termenung dibawah temaram cahaya lampu kamarnya, mendapati dirinya seorang diri terpaku memikirkan sang suami yang mungkin tengah bergelut panas di atas ranjang bersama dengan orang lain.
Menyakitkan! Meski semua belum cukup jelas tapi rasanya tetap saja menyakitkan.
Rasa cintanya pada Lan Xichen membuat Jiang Cheng tak berdaya. Dia bahkan tidak bisa menyeret pulang suaminya dan bertanya langsung saat itu juga. Ketakutannya terlalu besar. Dia takut akan fakta dan kebenaran yang akan di dengarnya nanti.
Xichen bukannya sadar malah menjadi ckck
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)
Narrativa generaleTentang bagaimana Lan Xichen merubah Hitam menjadi Putih, lalu membuatnya menghitam lagi. Juga... Tentang bagaimana Lan Wangji mencegah sang hitam untuk tidak kembali lagi. Ya! Ini adalah tentang bagaimana dua orang dalam satu marga, satu darah, ber...