14

243 49 9
                                    

Jiang Cheng memandang resah pada ponsel yang di letakan nya di atas meja. Pagi ini Jingyi bilang bahwa semalam Xichen menelponnya. Tapi lelaki itu mengabaikan pesan dan panggilan Jiang Cheng yang sedari tadi berusaha menghubunginya.

Apa Xichen marah saat Jingyi bilang dia menjemput Wangji semalam?

Suara decitan kursi yang di tarik mengembalikan kesadaran Jiang Cheng yang sejak tadi melamun memikirkan berbagai macam kemungkinan mengenai suaminya.

"Kau sudah bangun?" Jiang Cheng bertanya pada Wangji yang baru saja mendudukan dirinya di hadapan Jiang Cheng.

"Maaf. Apa aku menyusahkan mu semalam?"

"Tidak masalah. Sekarang makanlah sarapanmu!" Jiang Cheng meletakan beberapa lauk pauk di piring milik Wangji.

Sementara itu Wangji menunduk merasa bersalah sudah merepotkan Jiang Cheng dan membuat lelaki manis itu menjemput nya semalam.

"Kemana kakak dan Jingyi?" Tanya Wangji saat menyadari hanya dia dan Jiang Cheng yang ada di meja makan.

"A-Yi sudah berangkat sekolah. Sedangkan kakak mu sedang berada di Korea sejak kemarin."

Wangji hanya mengangguk paham lalu kemudian menyuapkan makanan nya membuat sudut bibirnya sedikit terangkat kala makanan itu menyapa Indra pengecap nya.

Masakan Jiang Cheng tidak berubah sama sekali pikirnya. Makanan yang lelaki itu buat selalu memiliki rasa khas sendiri sejak dulu.

Sedangkan dihadapannya, Jiang Cheng memandang Wangji dengan senyuman yang menghiasi bibirnya juga. Sudah lama sekali sejak terakhir kali dia memasak untuk Wangji.

Wangji menikmati makanan itu dengan khidmat, kebiasaan yang sama dengan kakaknya saat sedang menyantap makanan.

"Terimakasih untuk sarapannya." Ucap Wangji setelah menghabiskan suapan terakhir dan meneguk air minumnya.

"Sama-sama. Jika kau mau, kau bisa kemari untuk makan bersama kami kapanpun."

Wangji tersenyum menimpali tawaran hangat Jiang Cheng. "Aku sungguh minta maaf. Aku sudah sangat merepotkan mu Wanyin, dan semalam pasti aku mengatakan sesuatu membuatmu tidak nyaman. Kau bisa melupakan nya, mulai sekarang aku juga akan sangat berusaha untuk benar-benar bersikap biasa padamu dan tidak menyebabkan kesalahpahaman pada kakak."

"Terimakasih Wangji, aku tau kau sudah sangat berusaha."

"Baiklah. Aku pergi kalau begitu." Wangji bangkit dari kursinya kemudian berjalan ke arah pintu keluar diikuti Jiang Cheng dibelakang nya.

"Sampai jumpa Wanyin."

"Hati-hati Wangji."

Wangji memasuki mobilnya setelah melempar senyum kecil pada Jiang Cheng. Lalu sesaat kemudian mobilnya melaju keluar dari pekarangan rumah kakak nya.

Jiang Cheng kembali memasuki rumahnya setelah mobil Wangji tidak terlihat lagi. Ia kemudian mengecek ponselnya berharap ada balasan pesan dari suaminya. Namun lagi-lagi dia menghela nafas berat saat tak menemukan satupun notifikasi di ponsel nya.

Wajahnya ditekuk menandakan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Jiang Cheng mengkhawatirkan Lan Xichen. Suaminya itu sudah dibuat salah paham sejak pertemuan pertama nya dengan Wangji waktu itu. Jadi bisa di pastikan bahwa semalam suaminya akan kembali salah paham padanya.

Drtt drtt

Matanya berbinar ketika ponselnya berdering dan menampakkan nama suaminya di layar. Dengan cepat ia menggeser tombol menjawab panggilan itu dengan antusias.

"Huan, aku menghubungi mu sejak tadi! Kenapa tidak membalas pesan ku? Kenapa juga mengabaikan panggilan ku?"

"Wangji sudah pergi?" Celotehan Jiang Cheng justru hanya dibalas pertanyaan singkat itu.

"Dia pergi beberapa waktu lalu."

"Apa menyenangkan menghabiskan waktu dengannya semalam disaat aku tak ada di rumah?"

"Huan, apa yang kau katakan?"

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan perkataan ku?"

"Kau berkata seolah aku dan Wangji sudah melakukan sesuatu."

"Memangnya tidak?"

"Apa maksudmu? Memang apa yang akan ku lakukan dengan Wangji?"

"Kenapa bertanya padaku? Kau yang membawanya ke rumah saat aku tidak ada."

"Dia mabuk, aku hanya membawanya pulang."

"Kau sangat perduli padanya?"

"Dia adikmu Huan!"

"Tapi bukan berarti kau bisa melakukan itu padanya Jiang Wanyin! Kau tidak seharusnya memberi perhatian seperti itu pada Wangji. Tidakkah kau menghargai perasaan suamimu?"

"Apa yang salah denganmu? Aku sudah mengatakan bahwa kami tidak melakukan apapun. Kenapa perlu bersikap berlebihan seperti ini?"

"Berlebihan? Menurut mu aku berlebihan? Baiklah bagaimana jika aku yang melakukan itu pada orang lain Wanyin?"

"Itu tidak sama Huan. Wangji iparku, memberi sedikit perhatian bukanlah sesuatu yang salah."

"Aku tidak tau kau seegois ini. Baiklah. Silahkan lakukan apapun yang kau mau Wanyin. Silahkan lakukan sesuatu yang menurut mu tidak salah itu! Oh atau mungkin kau ingin berbagi kamar tidur dengan Wangji selama aku tidak ada? Kau bisa melakukannya!"

"Hu-"

Panggilan terputus secara sepihak sebelum Jiang Cheng bisa membalas ucapan Lan Xichen.

Jiang Cheng mengacak rambut prustasi. Dia belum pernah bertengkar seperti ini dengan Lan Xichen. Terlebih sebelumnya Lan Xichen tidak pernah sama sekali mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hatinya. Tapi barusan suaminya itu mengatakan kalimat-kalimat yang merendahkan dan melukai harga dirinya. Apakah dimata Lan Xichen dia memang serendah itu hingga suaminya tidak mempercayai apa yang dikatakannya.

Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang