6

525 65 5
                                    

Setelah Lan Xichen menyaksikan interkasi tak terduga antara Lan Wangji dan Jiang Cheng di bandara tadi, ketiganya memutuskan untuk berbicara di rumah. Dan disinilah mereka sekarang, duduk terdiam dengan pemikirannya masing-masing di ruang tamu rumah ini.

"Ekhem" Lan Xichen berdehem memecahkan keheningan.

"Baiklah, jadi Wangji? Adakah sesuatu yang ingin kalian katakan padaku?" Ucap Lan Xichen menyadarkan Lan Wangji dari keterdiamannya.

"Kami teman lama." Jawabnya singkat.

"Hanya teman lama?" Terdengar nada menyelidik dari pertanyaan Lan Xichen.

Lan Xichen semakin menekuk kedua alisnya kala memperhatikan keduanya yang entah kenapa terasa ada sesuatu yang janggal antara adik dan istrinya itu.

"Wanyin, sejak kapan kamu menjadi sangat pendiam?" Tanyanya kemudian ketika melihat sang istri hanya menatap adiknya dengan pandangan yang terlalu rumit untuk dimengerti Lan Xichen.

"Tidak. Aku hanya terkejut melihatnya kembali setelah sepuluh tahun."

"Sepuluh tahun?"

"Ya, kami berpisah selama itu. Dulu aku dan Lan Zhan bertemu untuk pertama kalinya di taman kanak-kanak ketika kami berusia empat tahun."

"Tunggu! Kau memanggilnya Lan Zhan?" Lan Xichen bertanya dengan nada tak suka. Apa-apaan itu? Lan Zhan? Bahkan adiknya tak mengizinkan dia memanggilnya seperti itu.

"Huan, dulu aku dan Wangji sering mengikuti beberapa les serta kursus yang sama. Sejak saat itu kami juga selalu pergi ke sekolah yang sama sampai akhirnya kita lulus dari sekolah menengah atas. Aku mengenalnya selama empat belas tahun, kami melewati banyak waktu bersama sebagai teman. Jadi dia membiarkan aku memanggilnya seperti itu, kau tidak perlu khawatir Huan."

"Kalian sungguh hanya teman?"

"Tentu saja. Dia bahkan pergi tanpa memberi tauku. Jika kami lebih dari teman, dia tidak akan melakukan hal seperti itu padaku."

"Begitukah?" Tanya Xichen memastikan.

"Ya, benar begitukan Wangji?" Jiang Cheng mengalihkan pandangannya pada Wangji seraya menampilkan senyum yang secerah biasanya.

Tak ada kata yang keluar dari pria itu selain deheman dan anggukan pelannya.

Tapi meski tak mengatakan apapun, sebagian orang harus nya tau bahwa banyak hal yang bergemuruh di kepalanya. Terlebih hatinya yang tadinya menggebu karena rindu kini berubah menjadi gejolak penuh kekecewaan.

Dia terus bertanya pada dirinya sendiri.

'Tidak mungkin!'

'Kenapa jadi begini?'

'Bagimana bisa ini terjadi?'

Hati Wangji yang terkoyak terus meraung dengan berbagai tanya yang tak ia dapatkan jawabannya selain bertanya langsung pada orang yang menjadi penyebab adanya hiruk pikuk dalam kepalanya ini.

Dark among Light. (Xicheng/Wangcheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang