- Sanskara

1.2K 57 1
                                    

Sanskara Ravendra seorang CEO muda terlihat sangat sibuk mengurus perusahannya. Bahkan, hampir setiap hari dia menghabiskan waktunya dikantor saja, dan untuk healing pastinya club adalah tempat terbaiknya.

Di usia dua puluh lima tahun, ayahnya menyerahkan perusahaannya kepada Sans. Memang, dia adalah anak tunggal dari keluarganya, dan harapan satu-satunya. Bayangkan siapa juga wanita yang tidak mendambakan seorang Sanskara Ravendra? Semua wanita berlomba - lomba menjadi istrinya Sans. Memang, semua wanita itu gila harta.

Terlihat seorang pria muda memasuki ruangannya. Dia adalah Reyhan, sekretarisnya. Sans memang sengaja memilih sekretaris pria. Dulu dia pernah mempunyai sekretaris wanita. Namun, wanita itu seperti jalang, berpakaian minim, memamerkan belahan dan mencoba menggodanya. Fuck! Sans tidak menyukai wanita yang bodoh!

"Tuan, anda harus menghadiri kencan buta malam ini. Itu permintaan ayah anda," ucap sekretarisnya.

"Bilang kepadanya aku sangat sibuk. Lebih baik aku menjadi melajang seumur hidupku daripada harus terikat dengan wanita!" sahut Sans tegas.

Cih, menikah itu hal yang paling Sans hindari. Bahkan ibunya bercerai meninggalkannya begitu saja bersama ayahnya. Lebih baik dia menyewa wanita jalang di club setiap malamnya daripada harus menikah.

Sans kembali menyibukkan dirinya mengurusi pekerjaannya. Tak ada waktu lagi untuk memikirkan kencan buta yang menyebalkan itu.

Terlihat sekretarisnya itu membawa sebotol wine kearah Sans.

"Minuman ini akan menjadi pelega stress anda. Minumlah sedikit," ucap Reyhan menuangkan wine itu kedalam gelas.

Sans langsung meneguknya, hingga tak tersisa.

"Kau tahu? Ayah selalu menyuruhku untuk berkencan dengan wanita pilihannya. Apa kau ada solusi untuk itu?"

"Cari seorang wanita yang anda cintai. Atau wanita bayaran untuk berpura-pura menjadi kekasih anda."

"Itu selalu gagal. Ayah sangat tahu yang mana jalang yang mana wanita baik," keluhnya.

Sans terpikirkan dengan wanita yang dia sekap diruangan bawah tanah.

"Aku harus pulang sekarang, tolong rapikan mejaku."

"Kenapa buru - buru? Biasanya anda selalu pulang larut malam."

"Ada sesuatu yang harus aku lakukan."

"Dan katakan kepada ayah, jika aku tidak ingin melakukan hal bodoh itu!"

***

Sans tiba dirumahnya. Terlihat beberapa ajudan yang menghampirinya.

"Tuan, tadi wanita itu pingsan."

"Biarkan saja. Nanti dia terbangun sendiri," ucapnya acuh.

"Tiga hari sudah dia tidak makan, sebaiknya kita memberikannya sedikit makanan."

"Kenapa kalian peduli hah?! Wanita itu tawananku. Aku berhak melakukan apa semauku!" bentak Sans.

"Jika dia mati. Aku juga tidak peduli. Jalang itu pantas mati!"

"Tapi tuan.."

"Aku harus menyiksanya hari ini." Pria itu melepas jas hitamnya, kini hanya kemeja putih yang melekat ditubuhnya.

Sans kembali keruang bawah tanah. Tak menyangka ternyata wanita itu masih hidup. Dia berniat kembali mencambuk wanita itu.

Terlihat Savina menatap Sans sinis. Entah kenapa dia bisa bertemu pria berparas tampan namun hatinya sangat kejam bagaikan iblis.

"Apa kabar jalang? Ternyata kau masih hidup," ucap Sans berjongkok dihadapan wanita itu.

"Asal kau tahu, aku benci wanita sepertimu!"

SavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang